Honda Monkey merupakan motor premium yang didatangkan secara utuh alias Completely Built Up (CBU) dari Jepang. Motor mungil ini baru diluncurkan oleh PT Astra Honda Motor (AHM) pada Juli 2019 lalu di ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang.
Bisa dibilang, motor ini memiliki desain yang retro. Sebab, sejak awal peluncuran generasi pertama Monkey hingga keluar generasi terbarunya, desain yang digunakan tidak jauh berbeda. Tidak ada perubahan yang signifikan dari segi eksterior. Honda masih mempertahankan desainnya yang khas.
Tapi, untuk generasi terbarunya, Monkey sudah dibekali mesin berkapasitas 125 cc. Selain itu, fitur dan teknologi yang disematkan juga canggih dan modern. Monkey sudah menggunakan remote yang memiliki fitur Answer Back System dan Anti Theft Alarm.
Panel instrumennya sudah menggunakan model full digital. Tak hanya informatif, tapi panel instrument ini juga mudah dibaca pengendaranya. Sistem pencahayaan juga sudah LED, baik untuk lampu depan dan lampu belakangnya.
Lalu, di bagian pengereman, Honda sudah menggunakan system pengereman Anti-lock Braking System (ABS) satu channel. Tapi , bagian depan dan belakang sudah menggunakan rem cakram. Untuk suspensinya, berkendara semakin nyaman berkat penggunaan suspensi depan upside down dan suspensi belakang Double RR Suspension.
Di beberapa negara lain tempat dipasarkannya Honda Monkey, tersedia dua tipe, yakni tipe Standard dan ABS. Sementara di Indonesia, AHM hanya memasarkan tipe ABS saja. Monkey tipe ABS dibanderol Rp 77.700.000 (OTR Jakarta) dengan tiga warna pilihan, antara lain Pearl Shining Black (hitam), Pearl Nebula Red (merah), dan Banana Yellow (kuning).
Biaya Perawatan
Fitur dan teknologi yang diusung memang menggugah selera untuk mengoleksi Honda Monkey. Namun, perlu juga untuk mencermati biaya perawatan dari motor yang termasuk kendaraan hobi dan koleksi ini. Sehingga, konsumen juga bisa memperhitungkan pengeluaran lainnya.
Setiap motor tentunya perlu dilakukan perawatan atau servis secara rutin. Tujuannya tentu agar performa atau kondisi motor tetap terjaga dan terawat. Pemilik Honda Monkey perlu melakukan servis pertama saat motor sudah menempuh jarak 1.000 km atau dua bulan setelah mendapatkan STNK, tergantung mana yang dicapai lebih dulu.
Servis kedua dilakukan setelah motor mencapai 6.000 km atau enam bulan, tergantung mana yang dicapai lebih dulu. Servis ketiga dilakukan saat motor mencapai 12.000 km. Pada servis pertama, AHM masih memberikan layanan gratis. Tapi, pada servis kedua, konsumen perlu membeli oli mesin. Sedangkan pada servis ketiga, pengeluaran bertambah dengan membeli busi.
Servis keempat dan seterusnya, biaya sudah ditanggung oleh konsumen sepenuhnya. Untuk oli mesin, harganya Rp 54.000. Sedangkan untuk busi, harganya Rp 22.000.
Lama pengerjaan saat servis tergantung dari jenis perawatannya. Servis pertama biasanya hanya berkisar 45 menit. Sedangkan servis kedua, sekitar satu jam. Servis ketiga dan seterusnya, sekitar 1,5 jam.
Berikut rincian harga penggantian komponen servis berkala Honda Monkey:
- Oli mesin: Rp 54.000
- Busi: Rp 22.000
- Kanvas Rem Depan: Rp 264.000
- Kanvas Rem Belakang: Rp 333.000
- Filter Udara: Rp 75.000
- Coolant: Rp 35.000
Di luar biaya komponen tersebut, konsumen juga akan diminta biaya jasa untuk servis sebesar Rp 90.000. Biaya perawatan untuk motor yang terbilang kecil ini memang cukup tinggi. Maklum, statusnya adalah motor premium. Sehingga, harga suku cadangnya pun juga menjadi mahal.
Konsumsi Bahan Bakar
Honda Monkey mengandalkan mesin SOHC, 4-tak, berpendingin udara, dan berkapasitas 125 cc. Mesinnya dikawinkan dengan transmisi manual 4-percepatan. Mesin tersebut memiliki ukuran bore 52,4 mm dan stroke 57,9 mm dan mampu menghasilkan tenaga maksimum hingga 6,9 kW pada 7.000 rpm dan torsi maksimum mencapai 11 Nm pada 5.250 rpm. Dengan teknologi Programmed Fuel Injection (PGM-FI), konsumsi bahan bakar Monkey dinilai cukup efisien. Konsumsi bahan bakarnya untuk satu liter diklaim dapat menempuh jarak hingga 67 km.
Jumlah tersebut jauh lebih unggul dibandingkan Kawasaki Z125 Pro yang sama-sama dibekali mesin SOHC, 4-tak, berpendingin udara, dan berkapasitas 125 cc. Transmisinya juga manual dengan 4-percepatan. Dengan ukuran bore 56 mm dan stroke 50,6 mm, tenaga maksimum yang dihasilkan mencapai 6,9 kW pada 7.500 rpm dan torsi maksimumnya hanya 9,5 Nm pada 6.000 rpm. Z125 Pro sendiri konsumsi bahan bakarnya hanya sanggup menempuh 43 km dengan satu liter bahan bakar.
Harga Bekas Honda Monkey
Motor hobi yang juga merupakan collector’s item ini cukup unik. Melihat dari berbagai situs jual beli online, ada beberapa konsumen yang menjual Monkey dengan kondisi bekas. Rata-rata jarak tempuhnya masih di bawah 1.000 km. Terlihat jelas bahwa motor ini memang jarang ada yang menggunakannya untuk harian, melainkan sebagai motor koleksi saja.
Selain itu, harga bekasnya ternyata malah jauh lebih mahal dibandingkan harga barunya. Perlu diketahui, AHM membanderol Honda Monkey dengan Rp 77.700.000 (OTR Jakarta). Sementara harga bekasnya, untuk yang produksi tahun 2019, ada yang menawarkan dengan harga Rp 85.000.000. Sedangkan untuk yang tahun 2020, harganya lebih tinggi lagi, mencapai kisaran Rp 88.000.000 hingga Rp 90.000.000.
Kenaikan harga tersebut dikarenakan motor ini termasuk motor koleksi. Untuk mendapatkannya juga diperlukan kesabaran, karena inden yang cukup lama untuk pembelian unit Honda Monkey yang baru. Apalagi, mengingat motor ini masih diimpor secara utuh dari Jepang.