Pergerakan antara piston, intake valve dan exhaust valve dalam mesin perlu selaras dan butuh penghubung supaya sinkron. Untuk penghubung antara camshaft dengan crankshaft, mobil baru sekarang ini kembali memakai timing chain. Sebenarnya, teknologi timing chain ini adalah teknologi lawas dan sempat digantikan oleh timing belt.
Timing belt sempat jadi primadona di mesin SOHC dan DOHC karena bisa memiliki RPM lebih tinggi tanpa harus khawatir ada gagal momentum dari rantai. Karena berbahan karet maka suaranya bisa lebih senyap, tidak kemricik seperti timing chain bila sudah kendur.
Mobil dengan timing belt ini sempat populer di era 90-an hingga 2000-an. Timing belt terkesan lebih nyaman buat berkendara bukan? Namun ternyata kenyamanan ini harus dibayar lebih 'mahal' sehingga timing belt terpaksa ditinggalkan.
Karena bahannya dari karet maka lebih cepat aus dan waktu penggantiannya juga cukup singkat. Seiring penggunaan, komponen ini akan mengalami penurunan kualitas seperti berkurangnya elastisitas karena selalu berada pada suhu yang tinggi dan mulai aus akibat gesekan.
Gejala awal yang bakal dirasakan ialah kendur dan getas. Namanya bahan karet, pasti lama kelamaan akan melar. Walaupun ada lift tensioner namun kekuatan karet ini ada batasnya sehingga bisa putus.
Nah, jika sudah tidak elastis, risiko timing belt putus akan semakin besar. Bila sudah begini, klep dan piston bisa bertabrakan karena putaran yang tidak singkron setelah timing belt putus.
Kalau timing belt putus, pergerakan naik turunnya klep yang menjadi tidak sinkron. Klep masuk (valve in) bisa saja bertabrakan dengan klep keluar (exhaust valve).
Fungsi timing chain yang adalah menghubungkan putaran pada poros crankshaft (roda gila/bandul) dan poros camshaft (noken as). Gerakan berputarnya piston dan klep ini harus sinkron, supaya minim risiko terjadinya tumbukan antara klep dengan piston.
Tujuannya untuk menciptakan sinkronisasi antara naik turunnya piston dengan naik turunnya klep intake dan exhaust. Ketika piston bergerak ke bawah, maka klep mobil akan terbuka. Sebaliknya, ketika piston naik, maka klep akan tertutup.
Timing chain ini bekerja sebagai satu kesatuan dengan bagian lain antara lain seperti berikut:
Teknologi timing chain ini relatif sederhana dan durable sehingga digunakan juga pada roda dua.
Fungsi timing chain sebagai komponen yang menyelaraskan pergerakan piston dan klep terbukti lebih unggul daripada timing belt. Berikut ini alasan mengapa pabrikan mobil kembali pakai timing chain:
Jadi, tidak selamanya teknologi baru seperti timing belt selalu hebat kan?
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta