Banyak orang yang ingin membeli mobil listrik dengan segala kelebihannya. Namun pada masa peralihan ini ada kekhawatiran di benak sebagian calon konsumen bila ingin beli mobil listrik. Mereka akan mempertimbangkan soal harga, pengisi daya, baterai, atau suhu.
Ada rumor yang menyebut kalau mobil listrik tidak cocok untuk negara tropis karena paparan cuaca panas. Beberapa orang beranggapan bahwa cuaca panas seperti di Indonesia tidak cocok untuk mobil listrik.
Karena iklim tropis dengan panas terik disinyalir akan menyebabkan baterai lekas rusak. Untuk itu kita perlu tahu bagaimana suhu mempengaruhi baterai mobil listrik. Jadi, kita bisa tahu apakah kabar tersebut adalah fakta atau isu bohong semata.
Saat ini, sebagian besar mobil listrik menggunakan baterai lithium-ion. Teknologi tersebut juga dapat ditemukan di ponsel, notebook, atau kamera.
Keunggulannya adalah bobotnya yang ringan, pengisian daya yang stabil, dapat memuat banyak daya, pengisian daya yang cepat, dan memiliki masa pakai yang lama. Kelemahannya ialah baterai lithium harganya mahal.
Teknologinya beda jauh dengan aki mobil, walau keduanya sama-sama baterai. Aki mobil saat ini berbahan timbal-asam. Dibandingkan dengan baterai Lithium-ion, aki mobil bobotnya lebih berat dan memberikan daya yang lebih kecil.
Kegunaan dari aki mobil pun hanya sebatas memberi daya untuk menyalakan mobil, menghidupkan AC, menggerakkan kaca spion, atau pemutar radio. Karena fungsinya lebih sederhana, maka harganya pun lebih murah.
Soal kekuatan, baterai lithium ini apakah buruk di suhu panas seperti Indonesia?
Faktanya, baterai lithium-ion tidak terlalu bagus pada suhu rendah akan mengakibatkan daya baterai cepat habis. Efek lainnya yaitu pengisiannya juga lambat di suhu dingin. Sebaliknya dalam cuaca panas, baterai lithium-ion akan terisi daya dengan cepat dan daya lebih hemat keluar dari baterai.
Prinsipnya sederhana, ada banyak bahan kimia di dalam baterai lithium-ion. Molekul didalamnya akan bergerak di sepanjang kumparan untuk menemukan bahan kimia lain untuk bereaksi. Dalam kondisi suhu tinggi, akan membantu antar molekul bereaksi lebih cepat.
Artinya, lebih banyak reaksi kimia di suhu panas membuat baterai akan dapat menggunakan daya secara optimal. Tetapi dalam kondisi suhu rendah membuat pergerakan molekul jadi bergerak lambat.
Inilah yang membuat baterai lithium-ion memproduksi daya rendah dan membuat proses pengisian berjalan lambat.
Kalau dianalogikan saat kita berolahraga lari. Akan lebih mudah dan lincah bila kita lari dalam cuaca hangat ketimbang dalam cuaca dingin. Jadi, apakah isu lemahnya ketahanan baterai lithium-ion di suhu panas itu tidak terbukti?
Analogi lain soal keterkaitan antara suhu udara dan kemampuan baterai ialah saat kita kadang sulit menghidupkan mesin di kondisi dingin. Kadang kita butuh beberapa kali melakukan starter mobil saat di pagi hari atau ketika lingkungan cukup dingin. Sebaliknya, mobil lebih mudah menyala saat kondisi lingkungan cukup hangat.
Tentu isu ketahanan baterai ini sudah diantisipasi oleh pabrikan mobil listrik. Jadi kalau ada yang bilang cuaca panas tidak cocok untuk mobil listrik mungkin itu adalah hoax.
Dengan kondisi iklim tropis yang relatif hangat, kalian jangan khawatir dengan kondisi lingkungan yang dingin. Kondisi ini masih dalam tahap toleransi kemampuan baterai. Walaupun ada potensi kinerjanya menurun, tapi tak signifikan seperti di Eropa ketika suhu dingin akibat turun salju.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta