3 Fakta Penting Sasis Bus 'Balap' DongFeng, Pernah Jadi Andalan Sumber Kencono
Yongki Sanjaya · 5 Jun, 2024 19:02
0
0
Siapa yang tidak kenal perusahaan bus Sumber Kencono, sebuah Perusahaan Otobus (PO) yang sudah tersohor di Pulau Jawa.
Ya, perusahaan yang bermarkas di Krian, Sidoarjo ini terkenal akan para sopir dan kendaraannya yang melaju dengan kecepatan barbar namun ketepatan waktu tiba di tujuan.
Perlu diketahui, Sumber Kencono merupakan cikal bakal lahirnya PO Sumber Group yang garasi utamanya ada di Jalan Bypass Kriyan, Sidoarjo, Jawa Timur.
Sumber Kencono sendiri berasal dari kata berbahasa Jawa yang artinya "Sumber Emas".
Dan memang, bus-bus milik Sasongko menjadi ladang emas yang terus berkembang pesat dan menguasai trayek di Jawa Tengah - Jawa Timur.
Demi menjaga kualitas ketepatan waktunya, PO Bus Sumber Kencono dulu pernah mencoba kemampuan sasis bermerek Dongfeng asal China.
Bus ini menjadi yang paling diingat di jalur Surabaya-Jogja karena dikenal sebagai pelari.
Tahun 2008 sampai 2011 menjadi masa kejayaan Sumber Kencono, tetapi julukan kencang sekaligus ugal-ugalan melekat, bahkan bus ini kerap disebut "Sumber Bencono" lantaran seringnya terlibat kecelakaan di jalan raya.
Hingga akhirnya pihak perusahaan mengganti nama jadi Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu serta memicu munculnya beberapa nama bus baru lain seperti Golden Star dan SR Express karena kerap mengalami kecelakaan.
Sumber Kencono (SK) merupakan perusahaan otobus yang dibenci sekaligus dicintai oleh masyarakat di rute trayeknya.
Dibenci karena perilakunya sering ugal-ugalan di jalan dan memacu busnya terlalu kencang.
Namun SK juga dicintai karena bus ini cepat, tepat waktu, dan tarifnya terjangkau untuk semua golongan, sehingga sangat bisa diandalkan bagi para penumpangnya untuk mengejar waktu.
Satu dari beberapa hal yang memicu SK jadi pelari Pantura adalah penggunaan sasis dan mesin dari Dongfeng Motor.
Kiprah DongFeng tetap melekat sebagai bagian dari sejarah PO Bus Sumber Kencono karena performa mesin yang dihasilkan sanggup di atas merek Jepang atau Eropa.
Produk bus bermesin depan (front engine) ini mulai dikenalkan pada tahun 2008, melalui PT Indo Dongfeng Motor dengan panjang 12 meter.
Pada 2008 Sumber Group mengambil banyak sekali produk sasis Dongfeng EQ6120KSD yang digunakan untuk bus kelas ekonomi trayek Surabaya-Jogja dan Surabaya-Semarang via Madiun.
Kabarnya untuk kelas big bus front engine, hanya SK saja yang menggunakannya.
Seperti apa sih sosok DongFeng yang dikenal sebagai 'bus balap' itu? Berikut ini ulasannya.
Pada saat itu, Dongfeng terbilang baru sebagai pemain di sasis bus besar (big bus) yang menggunakan front engine.
Sebenarnya selain punya sasis big bus, Dongfeng kala itu juga mengenalkan sasis medium bus dengan nama Dongfeng EQ6841KR, namun chasis big bus ternyata lebih laris daripada chasis medium busnya.
Bus yang memakai sasis Dongfeng seperti digunakan oleh SK mudah dikenali dari kaki-kakinya yang menggunakan baut 10.
Selain itu ukuran bus yang menggunakan sasis asal Negeri Tirai Bambu ini juga punya panjang bodi sekitar 12 meter.
Lantas saat kita masuk ke dalam kabin, bakal melihat besarnya ukuran engine bay di samping sopir.
Saking besarnya engine bay ini sering disebut juga dengan peti mati berjalan karena bentuknya seperti peti mati di film barat.
Karena engine bay yang terlalu besar, maka untuk kursi penumpang baris paling depan sisi kiri hanya ada satu.
Suara mesinnya juga khas, karena lebih keras dibanding mesin Hino AK yang juga mereka pakai.
Suaranya makin bising ketika knalpotnya sudah dibobok, sehingga dari jauh juga sudah terdengar.
2. Performa Bus DongFeng Paling Gahar Pada Eranya
Armada dongfeng ini sangat fantastis, mesinnya sangat powerful dan memiliki top speed di atas rata-rata bus pada saat itu, sehingga bisa dibilang PO Sumber Kencono menjadi armada paling kencang.
Chasis dongfeng EQ6120KSD menggunakan mesin diesel bermerek Yuchai YC6G270-20.
Konfigurasinya 6 silinder inline 7.800 cc dan sudah dilengkapi dengan turbocharger keluaran Honeywell+ intercooler.
Lawan yang bisa melampaui kemampuannya hanyalah brand premium Eropa seperti Scania.
Tenaga maksimal mesin Tiongkok ini diklaim mencapai 270 PS pada 2.500 rpm atau 55 PS lebih besar dibanding Hino AK215 yang jadi armada mayoritas di bus-bus lain saat itu.
Hal yang istimewa dari mesin ini adalah torsi raksasanya yang mencapai 1.080 Nm mulai dari 1.500 rpm.
Lagi-lagi, torsi ini bahkan masih jauh lebih besar jika dibanding Hino RK 260 sekalipun yang hanya bertorsi 750 Nm namun pada masanya sudah dianggap cukup jumawa.
Tak heran bila bus ini mudah dipacu hingga 145 km/jam, dimana jadi suatu rekor kecepatan tak tertulis yang cukup fantastis untuk saat itu bahkan hingga sekarang.
Konon, bus-bus keluaran Hino di masa tersebut 'hanya' kuat maksimal 140 km/jam.
3. Kinerja Rem Paling Menyedihkan
Walau punya tenaga dan torsi di atas rata-rata, pada kenyataannya rem yang dimiliki bus Dongfeng kinerjanya payah, serta tidak bisa mengimbangi performa mesin yang luar biasa.
Apalagi bus kerap dipacu dalam kecepatan tinggi, untuk kejar waktu.
Kelemahan ini makin terlihat saat musim hujan, dimana bus sering mengalami selip atau rem ngeloss yang pada akhirnya memicu kecelakaan di jalan.
Sebetulnya Chasis Dongfeng sudah mengaplikasikan rem full air brake dan ukuran teromol yang lebih besar dibanding Hino.
Hanya saja material non asbestos untuk kampas rem DongFeng dikenal kurang pakem ketika musim hujan.
Menurut diskusi di grup Facebook Sejarah Transportasi, material asbestos pada komponen rem tersebut jadi kurang optimal saat terkena banyak air.
Penyebab lainnya karena rancangan chasis yang terlalu rigid dan juga per terlalu keras, yang ternyata juga berpengaruh ke daya cengkeram ban ke aspal.
Supaya handling sisi belakang tidak makin liar, para crew bus pernah juga menambahkan sejumlah karung berisi pasir di bagian bagasi belakang untuk beban tambahan.
Pihak mekanik bus Sumber Kencono sebenarnya sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah ini, mulai dari penambahan retarder, serta mencoba penggantian tromol rem dari produk lain namun memang rancangannya tidak bisa saling substitusi.
Puncak tak terkendalinya rem milik Dongfeng terjadi tahun 2010 ketika satu bus Sumber Kencono dengan nopol W 7113 UY yang hendak menuju Yogyakarta menabrak 2 pengendara motor di daerah Geneng, Ngawi, Jawa Timur.
Dalam peristiwa kala itu, satu korban tewas di lokasi kejadian kecelakaan dan satu orang kritis, warga yang emosi pun merusak bahkan membakar bus tersebut karena dianggap sering ugal-ugalan di jalan dan kerap memakan korban jiwa.
Kecelakaan tragis berunjung pembakaran unit bus ini seperti puncak dari kemarahan warga, lantaran sudah setahun belakangan bus-bus SK kerap alami kecelakaan, bahkan terhitung sampai sebulan sekali terlibat tabrakan.
Wilayah Ngawi pun menjadi daerah yang deakan tidak menerima kehadiran bus Sumber Kencono akibat rentetan kecelakana tersebut.
Alhasil pihak PO mulai mengganti nama bus mereka jadi Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu mulai 2011, terutama yang melintasi area Ngawi dan sekitarnya.
Akhir Kiprah Bus Dongfeng, Pensiun Dini dan Dijual ke Perusahaan Lain
Karena beban kerja tinggi namun tidak diimbangi performa rem mumpuni, serta kerap menimbulkan kecelakaan di jalan, pihak PO akhirnya terpaksa memensiunkan dini sasis Dongfeng.
Oleh pihak Sumber Kencono, sasis Dongfeng dijual ke beberapa perusahaan otobus lain di Pulau Jawa.
Sebagian besar bus Dongfeng milik SK dijual kepada PO Parahyangan di Jawa Barat dan dioperasikan hingga kini sebagai bus antar jemput karyawan.
Sebagian unitnya lagi jatuh ke tangan PO Ladju untuk armada ekonomi trayek Surabaya-Jember.
Ada juga beberapa PO lokal di Jawa Tengah bagian selatan yang memakai bus bekas Sumber Kencono untuk armada bus ekonomi non AC, beberapa diantaranya mengisi trayek Magelang-Wonosobo.
Kini armada bus Sumber Kencono tak ada lagi di Sumber Group, dan perusahaan pun terus membaik dalam memberikan pelayanan terhadap penumpangnya.
Berpengalaman di beberapa media online. Bermula menjadi reporter otomotif di situs yang lain hingga kini menjadi Editor di Autofun Indonesia. Penghobi mobil lawas dan anak 90-an banget.
FB:Yongki Sanjaya Putra