Popularitas mobil listrik di Indonesia kian meningkat. Ini ditandai dengan makin banyaknya para produsen otomotif yang menawarkan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV).
Sebagai contoh ada Hyundai yang terlihat kian gencar bermain disegmen EV (Electric Vehicle). Buktinya Hyundai Kona electric dan Hyundai Ioniq cukup sukses. Bahkan kini siap dipasarkan Hyundai Ioniq 5 yang juga memecut banyak perhatian ketika tampil perdana di IIMS 2022.
Lantas jejeran model Tesla yang dipasarkan pihak Prestige Motors juga sama suksesnya. Baik Tesla Model 3 Model Y, Model X, dan Model S, semuanya ada peminat masing-masing. Itu berarti, perlahan pola konsumsi kendaraan berbahan bakar internal (ICE) di masyarakat Indonesia mulai bergeser.
Namun mungkin ada satu perhatian yang membuat masih banyak orang ragu untuk beli mobil listrik. Selain harganya yang masih mentereng di atas Rp600 juta, kemampuan mobil listrik untuk menghadapai jalanan tergenang air atau banjir masih dipertanyakan.
Air dan listrik memang menjadi dua hal yang saling bertentangan. Ketika air dialiri listrik maka bakal fatal akibatnya buat mahluk hidup termasuk manusia. Ketakutan akan mobil listrik kena banjir yang bisa nyetrum atau malah terjadi konsleting dan terbakar inilah yang banyak tergingang di benak masyarakat Tanah Air.
Baca juga : Ini 5 Kelebihan Mobil Listrik yang Tidak Dimiliki Mesin Bensin dan Diesel
Untuk menjelaskan seberapa aman mobil listrik terjang banjir kita simulasikan dulu bagaimana jika kejadiannya terjadi pada mobil bermesin bakar. Dikutip dari hdfcergo.com, mobil bermesin bensin atau diesel dilengkapi pipa saluran untuk lubang udara masuk dari luar.
Saat kondisi normal, pipa itu akan menyerap udara segar dari luar demi mendinginkan ruang mesin. Tapi ketika menghadapi banjir, pipa ini bisa kemasukan air dengan mudah. Saat mesin sudah bercampur dengan air, maka air dapat merusak ruang mesin.
Kemudian pada bagian gearbox juga terdapat beberapa lubang kecil yang juga berpotensi kemasukan air apabila banjir yang diterjang cukup tinggi. Apabila air telah masuk ke mesin lantas tercampur dengan oli, sistem pendingin mesin, dan transmisi, semuanya bisa rusak.
Kalau mesin bakar butuh lubang udara masuk, maka tidak dengan mobil listrik. Karenanya mobil listrik seringkali datang dengan desain tanpa gril depan, atau bagian grilnya tertutup. Jadi ini sekaligus mengurangi risiko air dengan mudah masuk ke ruang mesin.
Selain itu mobil listrik menggunakan komponen yang lebih ringkas dibanding mesin bakar. Ia hanya terdiri dari motor listrik yang memiliki berbagai komponen, baterai, sistem konverter listrik DC-AC, serta komponen yang tersambung ke poros penggerak roda. Secara keseluruhan bagian-bagiannya lebih sedikit dibanding mesin bakar.
Baca juga : Hyundai IONIQ 5: Kondisi Battery Health di Bawah 70% Langsung Ganti Baru Selama Masa Garansi!
Mungkin pertanyaan berikutnya adalah tentang posisi baterai di mobil listrik. Sebagian besar BEV, posisi baterainya ada di bagian bawah lantai kabin. Jika membandingkan dengan ACCU alias aki mobil di mesin konvensional yang letaknya ada di posisi atas, mungkin baterai ini terlihat rawan terkena banjir atau membentur benda asing di jalan.
Tapi percayalah, pihak produsen baterai dan kendaraan listrik sudah memikirkan risiko itu. Sehingga mereka membuat komponen ini terisolasi dan tersegel dengan baik. Sehingga baterai akan sangat kedap air, serta dibuat lapisan pelindung tamabah agar tidka mudah pecah.
Untuk memastikan produknya itu baik, para produsen mobil listrik pun sudah melakukan pengujian. Bahkan Elon Musk juga pernah memamerkan bagaimana Tesla Model S bisa sanggup mengapung di air dalam beberapa waktu. Meskipun tentu ini tidak disarankan diuji para pemiliknya. Namun hanya sekedar bukti baterai di mobil ini tetap aman walau terendam air.
Meskipun tertutup rapat, namun kalau mobil listrik kena banjir dengan ketinggian hingga menutupi seluruh permukaan kendaraan juga tetap berisiko rusak. Sama seperti mobil lain, jika banjir hingga menutup lebih dari setengah bodi mobil, maka bisa dipastikan air akan masuk sampai ke ruang kabin.
Begitu pula dengan mobil listrik. Tetap ada beberapa celah yang bisa membuat air bertekanan tinggi masuk ke komponen baterai. Apalagi lithium pada baterai akan bereaksi agresif saat terkena air dan menghasilkan hidrogen yang mudah terbakar.
Selain itu berhati-hati juga dengan air asin dari laut. Karena sifatnya korosif, maka air asin akan mengikis lapisan segel baterai. Sebenarnya ini juga dapat terjadi pada mobil konvensional yang memicu munculnya karat.
Untuk itulah sebaiknya mobil dilindungi dengan asuransi dan perluasan asuransi yang mencangkup risiko banjir. Bukan hanya mobil listrik, mobil konvensional pun butuh asuransi seperti ini. Sehingga ketika musibah terjadi, maka biaya perbaikannya akan ditanggung pihak asuransi.
Baca juga : Mobil Listrik Wuling Hongguang Mini EV Ternyata Jago Berenang! SUV Offroad Langsung Kena Mental
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta