Untuk era sekarang ini, kita begitu sulit dan jarang menjumpai truk dengan moncong alias truk berbonnet. Umumnya, truk keluaran baru memakai layout cab over engine alias mesin yang ada di bawah kabin.
Kalaupun ada truk berbonnet, umumnya adalah mobil tua semisal Toyota Buaya, Mercy Bagong, atau Kenworth dan truk merek Amerika yang dulu populer era 60-70an. Kini, mobil truk yang beredar umumnya berasal dari pabrikan Jepang dan sebagian Eropa yang umumnya bermuka rata.
Truk berbonnet memiliki penampilan yang gagah dengan dimensinya yang panjang. Namun demikian, posturnya ini kurang ideal dengan kondisi jalan di Indonesia yang relatif sempit. Terlebih, bila truknya melewati jalur pegunungan yang konturnya berliku naik-turun akan menyulitkan bermanuver.
Bila memakai truk berbonnet, visibilitas terbatas dan juga membutuhkan haluan yang besar ketika berbelok. Truk berhidung panjang seperti Kenworth, Mack, Peterbilt, dan sejenisnya menyulitkan driver melihat orang atau kendaraan lain yang berada persis di depan hidung truk. Desain seperti itu hanya cocok untuk jalan raya yang lebar, lurus, panjang dan tidak padat lalu lintasnya.
Tak cuma itu, pemerintah juga telah menerapkan regulasi yang membatasi dimensi panjang maksimal kendaraan angkutan barang. Jika truknya bermoncong, maka dimensi untuk bak muatan pun terpaksa harus dikurangi. Pengusaha truk pun malah jadi dirugikan akibat dimensi muatan yang berkurang karena adanya kap mesin di kabinnya.
Melihat situasi yang ada, jalan tol di Indonesia belum sepenuhnya tersambung dan jalan lintas provinsi kondisinya kebanyakan sempit, padat, kecil, dan ramai. Truk berbonnet pun akan sulit dioperasikan di lapangan.
merujuk pada aturan PP 55 Tahun 2012 Pasal 54, panjang maksimal kendaraan total 12 meter tronton rigid dan 18 meter di trailer. Untuk truk bermoncong, panjang bonnetnya saja sudah sekitar 1-2 meter.
Moncong di depan akan mempengaruhi dimensi keseluruhan kendaraan. Hal ini akan berdampak ke regulasi dimensi hingga termasuk pajak dan sebagainya.
Dibandingkan panjang kendaraan yang sama, truk dengan moncong di depan muatannya akan lebih sedikit. Dalam bisnis tentunya lebih memilih yang bisa membawa muatan lebih banyak dengan dimensi yang sama.
Kondisinya tentu berbeda dengan beberapa negara Eropa atau Amerika Serikat yang tidak membatasi dimensi panjang maksimum suatu kendaraan angkutan barang maupun penumpang. Kondisi jalanan di Amerika pun jauh lebih lebar sehingga truk dengan moncong tak kesulitan bermanuver.
Bila dibandingkan dengan kondisi medan di Indonesia, manuvernya jadi cukup sulit berhubung jarak antar sumbu rodanya (wheelbase) yang panjang. Sementara itu truk cab over tanpa moncong panjang membuatnya parkir di pool lebih gampang. Saat putar balik nggak susah, kargo lebih luas untuk ukuran yang sama.
Truk tanpa moncong memiliki visibilitas yang luas dan blind spot yang lebih sempit dibandingkan truk bermoncong. Hal tersebut menjadikan kendaraan dengan desain seperti ini memiliki tingkat safety yang lebih baik.
Kalian mungkin ingat atau mengetahui kenapa di ujung sisi kiri dan kanan Mercy Bagong terdapat semacam sungut seperti lele. Alat tersebut sebagai patokan pengemudi mengatur jarak aman dari sisi terluar kap mesin. Inilah salah satu kesulitan bagi truk bermoncong saat bermanuver.
Dengan beragam kekurangannya, membuat para pelaku usaha angkutan barang akhirnya tak lagi melirik truk bermoncong. Padahal di era 80an truk ini populasinya masih cukup banyak, dari berbagai merek dan negara.
Situasi jalanan saat itu yang masih cukup lengang membuat truk bermoncong masih gampang bermanuver. Kini, situasi jalanan lintas provinsi cukup ramai dan padat sehingga truk berbonnet ini sulit untuk bergerak secara leluasa.
Namun bukan tidak mungkin kiprah truk bermoncong ini akan kembali berjaya saat jalan tol lintas provinsi telah terhubung ke berbagai kota. Truk bermoncong akan lebih mudah melewati jalan tol yang pandangannya lebih luas dan jalanannya lebar.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta