CEO Toyota, Akio Toyoda sempat melayangkan protes kepada pemerintah Jepang karena kebijakan terkait kendaraan elektrifikasi yang tidak pro terhadap pengembangan mobil hybrid. Toyota mengingingkan kendaraan hybrid juga perlu disamakan dengan mobil listrik karena bertenaga baterai.
Toyoda pun sempat memperingatkan anggota parlemen bahwa pabrikan mobil tidak akan mendukung pemerintah yang menolak kendaraan hybrid. Berdasarkan data Japan Automobile Dealers Association, penjualan mobil hybrid telah tumbuh 44 persen di sana, sementara mobil listrik masih kurang dari satu persen.
Baca Juga: Bukan Cuma Cari Hemat, Mana Pilihan Ideal Antara Mobil Diesel dan Mobil Hybrid?
Atas protes keras tersebut pejabat pemerintahan Jepang akhirnya mengubah isi dokumen kebijakan, yang menempatkan kendaraan hybrid setara dengan mobil listrik berbasis baterai. Kendati keputusan tersebut mendapat penolakan dari pegiat lingkungan dan investor karena keduanya memiliki perbedaan yang besar.
Versi terakhir dari dokumen tersebut mengacu pada target Jepang di 2035 perihal semua penjualan mobil baru domestik yang disebut kendaraan bertenaga listrik, secara khusus juga menyebutkan bahwa kendaraan tersebut termasuk hybrid. Dokumen tersebut akan menjadi kerangka kerja penentu kebijakan di masa depan.
Akira Amari, satu politikus dari Partai Demokrat Liberal Jepang mengaku telah menemui Toyoda. Toyoda yang juga Ketua Lobi Asosiasi Produsen Mobil Jepang (JAMA) mengungkapkan, dokumen kebijakan harus eksplisit, yang artinya turut menyertakan kendaraan hybrid dalam misi netralitas karbon pada 2050.
Sebab menurut Toyoda ujar Amari, kendaraan listrik tidak terbatas pada kendaraan baterai-listrik dan termasuk hybrid. Kendaraan hybrid juga dapat dikembangkan menenggak bahan bakar sintetis untuk menjaga lingkungan tetap asri sesuai konsep kendaraan listrik pada umumnya.
Baca Juga: Jangan Keliru, Ini Perbedaan Mobil Hybrid dan Mobil Listrik Murni
"Apa yang Toyoda coba katakan adalah bahwa hibrida menggunakan bahan bakar sintetis baik untuk lingkungan karena sangat hemat bahan bakar. Dia mengatakan akan sangat tidak puas jika hibrida ditolak, itu yang dia katakan kepada saya," katanya mengutip Asia Financial.
Bahan bakar sintetis yang dimaksud berupa bahan bakar cair, atau bisa berupa gas yang diperoleh dari gas sintetis, serta campuran karbon monoksida dan hidrogen. Awal tahun ini, mahasiswa ITS sudah mengagas jenis bahan bakar sintetis melalui reaksi hidrogenasi.
Amari menambahkan, dengan mengembangkan bahan bakar sintetis, para pabrikan mobil akan mampu memproduksi mesin pembakaran internal tanpa emisi. Bahan bakar tersebut juga bisa digunakan di pesawat, yang kemungkinan tidak dapat beroperasi dengan daya baterai.
Dalam sebuah pernyataan, JAMA mengatakan bahwa industri otomotif di Jepang akan melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan netralitas karbon pada 2050. Sebab tujuan utamanya adalah karbon netral, yang tidak terbatas pada teknologi tertentu.
Baca Juga: Mitsubishi Siapkan Line Up Mobil Hybrid, Salah satunya Xpander Hybrid di 2023
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta