Hampir setiap tahun pabrikan mobil pasti memperkenalkan mobil baru kepada masyarakat. Umumnya, mobil yang diperkenalkan pasti memakai layout mesin depan. Mobil bermesin belakang seperti VW Beetle generasi pertama sudah makin jarang kita temui.
Dalam dunia otomotif, layout posisi mesin mobil terbagi ke dalam tiga posisi yaitu mesin depan, mesin tengah, dan mesin belakang. Kebanyakan mobil yang menggunakan Mid Engine Layout ini adalah mobil performansi tinggi ala mobil-mobil super, seperti Lamborgini, Bugatti, Ferrari, Lycan, dll. Sisanya, mobil pribadi hampir pasti memakai layout mesin depan dengan kombinasi penggerak roda depan atau roda belakang dan kadang 4x4.
Baca juga:
Ketahui Kelebihan FWD, Mulai Dari Toyota Avanza Sampai Honda CR-V Kini Andalkan Penggerak Roda Depan
Toyota Pastikan Avanza dan Veloz 2022 Pakai FWD Tetap Kuat Seperti RWD
Bukti Ketangguhan RWD Toyota Avanza di Jalan Tanah Pedalaman Kalimantan, Xpander Dengan FWD Keok
Mundur ke belakang, layout mesin mobil dulu malah cukup banyak dipasang di bagian belakang mobil. Pabrikan kendaraan berlomba-lomba menunjukkan susunan mesin mana yang terbaik secara performa hingga efisiensi bahan bakar. Akhirnya tercipta proses seleksi alam yang memenangkan susunan mesin depan alias Front Engine Layout.
Nah, ada keterkaitan hasil seleksi alam yang membuat mobil bermesin belakang akhirnya tersisih karena banyaknya kelemahan. Berikut ini kita bahas terlebih dahulu kelemahan layout mesin belakang tersebut.
Sirkulasi udara untuk pendinginan mesin kurang optimal karena posisinya di belakang. Produsen harus berpikir ekstra untuk menciptakan sistem pendinginan mesin. Itulah mengapa dulu cukup sering muncul kasus VW Kombi yang bermesin belakang rentan overheat.
Kebanyakan Rear Engine Layout menggunakan sistem penggerak belakang (Rear Wheel Drive) dimana efisiensi mesin penggerak belakang ini lebih rendah jika dibandingkan efisiensi Penggerak Depan (Front Wheel Drive/FWD) yang umum digunakan oleh mobil-mobil Front Engine Layout (FEL).
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, walaupun mendapat kelebihan pada traksi dan akselerasi yang lebih baik, tapi mobil Rear Engine & Rear Wheel Drive rentan mengalami gejala oversteering saat di tikungan.
Dengan semua alasan-alasan tersebut akhirnya tercipta konsensus umum bagi pabrikan mobil untuk lebih banyak memproduksi mobil-mobil dengan susunan mesin depan yang lebih banyak kelebihannya. Secara umum, masalah yang muncul di mobil dengan layout mesin belakang ini teratasi ketika posisi mesin ada di depan.
Karena posisi mesin ada di depan maka akan langsung terkena hembusan angin saat melaju. Pendinginan mesin pun kian optimal karena posisi radiator pasti ada di depan mesin sehingga angin tersebut telah mendinginkan suhu radiator kemudian aliran udara membuang panas dari mesin.
Kalaupun ada masalah overheat, biasanya karena kerusakan sistem pendingin mesin, entah thermostat, entah kisi-kisi radiator, entah pompa air dsb.
Tahukah kalian kalau salah satu aspek perlindungan sebuah mobil ialah crumple zone? Nah, mesin sebenarnya menjadi salah satu bagian untuk menahan kerasnya hantaman sebelum mengenai kabin. Alhasil, perlindungan jadi lebih optimal bagi pengemudi dan penumpang jika terjadi kecelakaan tumbukan depan.
Sebagai gambaran, VW Beetle pada bagian kap depan dimanfaatkan sebagai bagasi sehingga membuat ruang kosong yang cukup besar.
Kalian yang kini memakai minibus dengan konfigurasi 7-seater semisal Nissan Serena pasti merasa cukup leluasa dalam kabin yang luas. Bagian paling belakang di balik kursi baris ketiga bisa dimanfaatkan untuk bagasi yang cukup besar. Ini tak lepas karena layout mesin depan dikombinasi penggerak roda depan sehingga ruang kabin bisa dioptimalkan.
Dek bisa lebih rata, dan pada versi penggerak roda depan tidak terpangkas untuk tunnel untuk menempatkan gardan. Bisa kalian bayangkan mobil minibus seperti VW Kombi, yang ruang kabin sisi belakang terpangkas untuk kompartemen mesin. Penyimpanan barang di bagasi pun tak seluas mobil dengan mesin depan.
Mobil keluaran baru kini umumnya hadir dalam versi Front Wheel Drive alias penggerak roda depan. Layout mesin depan yang dikombinasi dengan Penggerak Depan (FWD), sengaja dipilih oleh produsen karena ongkos produksi lebih hemat.
Ini semestinya bukan hanya menguntungkan bagi produsen tapi juga bagi konsumen. Pengguna mobil jadi bahagia karena mesin mobilnya irit bahan bakar dan harganya cenderung lebih terjangkau dari mobil RWD. Kalaupun setara, ada kompensasi fitur yang lebih komplit untuk mobil FWD.
Adanya mesin di bagian depan mobil lantas membuat beban di depan yang lebih besar. Hal ini juga membantu mobil untuk mendapat cengkeraman ban (grip) yang baik di depan, sehingga optimal untuk handling. Meskipun dengan layout roda belakang, gejala oversteer tak separah mobil dengan mesin belakang.
Untuk mobil bermesin belakang, kondisinya bakal rumit soal handling terutama di jalan menanjak. Beban terlalu berat di belakang sehingga roda depan traksinya berkurang karena hidung mobil sedikit terangkat.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Daihatsu TERIOS X 1.5
19.652 km
4,5 tahun
Jakarta
2017 Toyota AGYA G 1.0
10.656 km
6,5 tahun
Jawa Barat
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta