Bus Listrik MAB Laris Manis di PEVS 2022, Transaksi Tembus Rp41 M!
Ilham · 27 Jul, 2022 12:30
0
0
Bus Listrik MAB laris dipesan perusahaan dan pemerintah daerah..
Total pesanan menyentuh Rp 41 miliar.
Bus listrik MAB juga bekerja sama dengan UI
PT Mobil Anak Bangsa (MAB) tampil semringah di ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022 yang berlangsung 22-31 Juli 2022. Pasalnya bus listriknya laris manis di event tersebut.
Hal ini ditandai dari penandatanganan konfirmasi pembelian bus listrik merk MAB pada 26 Juli 2022. Kontrak pembelian ini dilakukan MAB dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), PT Chandra Asri Petrochemicals (CAP), PT Kaltim Parna Industri (KPI) dan Pemerintah Kota Semarang.
Kerja sama tersebut juga menghasilkan nilai kontrak pembelian bus listrik MAB hingga sebesar Rp41,1 miliar lebih. Rinciannya berupa 7 unit bus 12 meter (big bus) dan 2 unit bus 8 meter (medium bus).
Ada Konsumen Repeat Order
Di PEVS 2022 ini, MAB juga mengadakan seremoni penghargaan kepada PT Kideco Jaya Agung yang telah melakukan pembelian bus listrik dari MAB pada akhir tahun 2021. Dan kini, Kideco kembali melakukan pemesanan bus listrik pada MAB.
“Pembelian produk Bus Listrik MAB hasil karya bangsa Indonesia oleh beberapa perusahaan ini merupakan kepercayaan dari beberapa perusahaan di Indonesia kepada hasil karya bangsa sendiri," papar Kelik Irwantono, Direktur Utama PT MAB.
Lebih lanjut menurutnya pihak MAB akan terus berkomitmen mengembangkan produk-produk kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Sehingga membantu percepatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Secara total, sejak pertama dikenalkan pad 2019 silam, bus listrik MAB sudah terjual 40 unit. Kelik menyatakan jika rata-rata penggunaan bus listrik tersebut adalah angkutan karyawan. Kecuali Pemkot Semarang yang ditujukan untuk kendaraan wisata.
Kandungan Lokal Masih Rendah
Sayangnya, meski terbilang laris namun produksi bus listrik MAB masih banyak mengandalkan komponen impor. Bahkan Kelik mengatakan jika kandungan lokal di bus garapan MAB hanya 35 persen saja.
"Kandungan lokal baru 35 persen. Kedepannya kami ingin lebih banyak komponen dari Indonesia. Karena saat ini, komponen yang berkaitan dengan baterai, controller dan axle masih harus diimpor. Harapannya, minimal baterai bisa diproduksi di sini. Sehingga bisa mengurangi biaya produksinya secara signifikan," urainya.