Chery Indonesia Tak Mau Terjebak Perang Harga Mobil Listrik, Pilih Strategi Ini
Prasetyo · 26 Jun, 2024 08:01
0
0
Mobil listrik Chery saat ini memang baru Omoda E5, varian yang ditawarkan pun hanya satu tipe, kecuali opsi warna eksterior dan interiornya.
Meski tak sebanyak pabrikan otomotif lain yang punya ragam varian model BEV (Battery Electric Vehicle), namun penjualan mobil listrik Omoda E5 cukup membuat nama Chery Indonesia berkibar di segmen kendaraan listrik.
Bagaimana tidak, beberapa waktu lalu Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merilis hasil wholesales (pengiriman dari pabrik ke dealer) untuk sejumlah mobil baru di Tanah Air.
Catatan penjualan ini tentu bukan hanya untuk mobil bermesin bakar internal (ICE), namun juga kendaraan elektrifikasi yang sudah dipasarkan di dalam negeri, baik itu Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dan BEV.
Berdasarkan data tersebut, ternyata posisi teratas mobil listrik terlaris di negara ini sudah alami pergeseran.
Jika di April 2024 terlihat Wuling masih menempati urutan pertama dengan torehan penjualan Cloud EV sebanyak 597 unit dan di posisi kedua ada Chery Omoda E5 dengan penjualan sebanyak 410 unit, maka kini situasinya terbalik.
Laporan Gaikindo untuk wholesales Mei 2024 tampak PT Chery Sales Indonesia (CSI) merebut mahkota juara dari Wuling lantaran sanggup mendistribusikan 755 unit Omoda E5.
Adapun Wuling harus puas tergeser ke urutan kedua akibat pihak Wuling Motors hanya bisa mencatat wholesales Cloud EV sebanyak 452 unit.
"Data pencapaian ini menjadi bukti bahwa Chery Omoda E5 mampu dengan cepat mendapatkan kepercayaan dari konsumen indonesia setelah hadir pertama kali pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023," ujar Rifkie Setiawan, Head of Brand Department PT Chery Sales Indonesia (CSI).
Chery Tidak Mau Perang Harga Mobil Listrik di Indonesia
Persaingan di segmen kendaraan elektrifikasi berbasis baterai saat ini memang begitu sengit, apalagi semenjak agresifnya pabrikan Tiongkok menggelontorkan produk-produk BEV.
Kondisi ini terlihat juga di pasar otomotif dalam negeri, ketika sebelumnya pasar BEV ini lebih dulu diisi oleh Hyundai dengan Ioniq 5, kemudian diikuti Wuling yang langsung mengguncang pasar melalui Air ev.
Mungkin kesuksesan Wuling Air ev inilah yang menjadi titik balik banyak pabrikan Negeri Tirai Bambu yang akhirnya melirik pasar Indonesia untuk produk-produk otomotif tanpa Bahan Bakar Minyak (BBM).
Tak heran kemudian Morris Garage (MG) juga menghadirkan model EV untuk dijual massal melalui MG 4 EV, lantas Chery juga menghadirkan mobil listrik E5 sebagai versi listrik dari seri Omoda 5.
Berikutnya seakan bak jamur di lahan yang lembab, gerombolan produsen Tiongkok masuk ke Tanah Air, dimulai dari raksasa asal China, BYD.
Lantas hadir juga BAIC, kemudian GAC, serta nantinya akan muncul banyak brand baru lagi yang diumumkan ketika perhelatan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 berlangsung di ICE BSD City, Tangerang.
Selain ragam produk yang semakin berjejer, para produsen otomotif China itu juga seakan perang harga satu sama lain, terutama untuk model BEV mereka.
Kondisi ini pun turut diamini oleh pihak CSI, meskipun mereka rupanya tak mau terjebak ikut pada price war seperti yang dilakukan sejumlah pabrikan.
"Kita tidak bisa mengingkari kalau saat ini market kondisinya seperti itu," kata Rifkie ketika ditemui di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (25/6/2024).
Dengan adanya perang harga ini, menurut dia, di satu sisi sebenarnya dapat memberikan keuntungan buat konsumen, karena masyarakat mendapat lebih banyak pilihan mobil listrik dengan harga terjangkau.
"Tapi pasti nantinya balik lagi ke masyarakat, mana yang mereka rasa bisa memenuhi kebutuhan mereka," sebut Rifkie.
Sementara dari segi perusahaan, pasti lama kelamaan akan ada dampak buruk terhadap pabrikan yang melakukan price war tadi.
"Saya pikir strategi itu tidak bisa bertahan lama, karena dengan menekan harga supaya lebih rendah, perusahaan akan mengeluarkan budget lebih besar, subsidi keuangan juga jadi tidak seimbang, dan ini pastinya akan mengganggu eksistensi mereka disini nantinya," jelas dia.
Ditegaskan oleh Rifkie, pihak CSI tidak mau ikut terjebak dengan price war antara pabrikan China, termasuk memaksakan harga mobil listrik Chery turun demi makin terjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia
"Daripada kita terjebak di level itu lebih baik kita terus bangun kepercayaan kepada konsumen. Jadi kita memang fokusnya ke sana, menyediakan apa yang dibutuhkan konsumen, baik dari sisi produk, layanan purna jual, termasuk dealer network," jelas dia.
Untuk urusan produk misalnya, beberapa hal yang sudah dilakukan Chery Indonesia dalam aktivitas memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumennya adalah menyediakan varian warna interior hitam untuk mobil listrik Omoda E5.
Pemilihan warna hitam ini, sebut Rifkie, adalah masukan dari sebagian konsumen mobil listrik Chery tersebut yang menginginkan jika kabin kendaraan itu bukan hadir dengan warna yang mencolok.
"Jadi mereka mau Omoda E5 ini pakai interior warna gelap, jadi kita tawarkan yang seri Black Interior," sambung Rifkie.
Kemudian disebutkan oleh dia, hasil studi dari pihak Chery Indonesia juga menemukan fakta bahwa konsumen butuh dealer yang dekat dengan mereka, sehingga mereka mudah untuk melakukan pembelian dan servis berkala.
Alhasil, Chery pun terus agresif melakukan penyebaran dealer network yang terus diusahakan menjangkau hingga ke area pelosok.
Sebab dikatakan oleh Rifkie, konsumen Chery juga saat ini sudah mulai merambah ke daerah-daerah pinggiran kota, bukan hanya kota besar.
Lantas soal ketersediaan suku cadang, Chery juga ingin konsumen tidak menunggu lama jika membutuhkan suku cadang tertentu untuk kendaraannya.
"Sparepart juga kita maintenance supaya mereka gak tunggu sparepart terlalu lama, jadi kita sekarang kerja sama juga dengan pihak DHL untuk distribusi yang kita ubah menjadi lebih cepat dan aman ke konsumen," tuturnya.
Sebagai informasi, CSI sudah mengumumkan kolaborasi strategis dengan penyedia logistik kontrak terkemuka di dunia, DHL Supply Chain Indonesia.
Kedua perusahaan lintas sektor itu sepakat untuk saling bekerja sama demi tercapainya kepuasan konsumen.
Kemitraan Chery dengan DHL Supply Chain Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan layanan purna jual khususnya dalam hal distribusi suku cadang seluruh kendaraan Chery yang dijual di Indonesia.
Nantinya pihak Chery akan memanfaatkan fasilitas multi-user DHL Supply Chain Indonesia seluas 70.000 meter persegi di Cikarang tersebut, sebagai tempat stok semua suku cadang sebelum akhirnya didistribusikan ke seluruh jaringan dealer maupun bengkel resmi Chery di Indonesia.
Selain fokus pada pemenuhan keinginan dan kebutuhan seluruh konsumennya, Chery Indonesia juga rupanya tak mau ikut-ikutan memproduksi baterai mobil listrik secara mandiri seperti halnya pabrikan BEV lain yang ada di dalam negeri.
Masih menurut Rifkie, saat ini TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) untuk mobil listrik Chery Omoda E5 sudah mencapai lebih dari 40 persen, dan kondisi tersebut cukup sesuai dengan yang diinstruksikan pemerintah Republik Indonesia (RI).
Mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2023 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, kendaraan listrik yang ada di Indonesia wajib memenuhi batas minimal TKDN 40 persen pada 2026.
"Untuk TKDN Omoda E5 kita sudah 40 persen lebih sedikit, dan itu tanpa baterai lokal. Jadi kalau harus naik ke 60 persen, kita juga bisa ikut," tuturnya.
Chery Indonesia, menurut Rifkie, lebih memilih melakukan investasi di sisi Penelitian dan Pengembangan (Research and Development /RnD) terlebih dulu daripada investasi produksi baterai secara mandiri.
"Saat ini pabrik di Handal Motor masih sanggup kalau memang wajib TKDN sampai 60 persen. Kalau ternyata nanti ada produsen baterai lokal yang bisa sesuai standar kami dan diizinkan pemerintah, kita akan ikut pakai baterai itu," tukas dia.
Menggeluti bidang jurnalistik otomotif sejak 2009 selaras dengan hobinya dalam memodifikasi mobil. Apalagi karakteristik yang berbeda dari setiap kendaraan yang dibuat oleh masing-masing pabrikan, terus menumbuhkan minatnya di dunia otomotif hingga saat ini.