Keterbatasan Daya Baterai Jadi Tantangan Masyarakat Menggunakan Mobil Listrik
Herdi · 6 Jun, 2024 15:05
0
0
Baterai mobil listrik ternyata masih jadi isu yang paling banyak dibicarakan terkait masyarakat yang mulai beralih menggunakan kendaraan elektrifikasi.
Dalam beberapa tahun terakhir mobil listrik selalu menjadi pembicaraan, karena mobil tanpa bahan bakar minyak ini juga didukung secara langsung oleh pemerintah.
Hanya saja, berdasarkan riset yang dilakukan Populix, terhadap 350 responden laki-laki dan perempuan berusia 17-45 di Jakarta, selama Maret 2024, ada sejumlah tantangan yang dirasakan pemilik mobil listrik.
Menurut CEO & Co-Founder Populix Timothy Astandu, dari survei yang telah dilakukan ternyata ada beberapa kekhawatiran yang terjadi dirasakan masyrakat jika menggunakan mobil listrik.
"Pertama, khawatir dengan sisa baterai, dimana banyak sekali respon masyarakat yang mengatakan (sebanyak 65 persen) sebelum keluar rumah sudah hitung dulu (memprediksi) berapa kilometer dan berapa jam," ujar Timothy saat ditemui di Jakarta, Kamis (6/6/2024).
Lebih lanjut Timothy menyatakan, bahwa tantangan yang pertama sangat berhubungan dengan kedua, yaitu sebanyak 61 persen, masyarakat masih khawatir karena kapasitas jarak tempuh baterai mobil listrik masih terbatas.
Berikut ini beberapa tantangan para pemilik mobil listrik berdasarkan survei Populix.
Khawatir dengan sisa baterai selama perjalanan: 65%
Kapasitas jarak tempuh terbatas: 61%
Tidak semua bengkel menerima perbaikan meskipun kerusakannya non-listrik: 49%
Infrastruktur/fasilitas pengisian daya terbatas: 43%
Lokasi stasiun pengisian daya sedikit dan jauh: 42%
Harga lebih mahal dari kendaraan konvensional: 33%
Akses kendaraan listrik terbatas area: 27%
Jenis dan model kendaraan listrik terbatas: 26%
Waktu tunggu layanan lebih lama: 23%
Baterai bengkak atau bocor: 22%
Suspensi kaku: 18%
Baterai sering kali perlu diganti baru: 13%
Kesulitan dalam pengurusan STNK: 7%
Timothy menyebutkan, seiring dengan berkembangnya pasar kendaraan listrik (EV) di Indonesia, kolaborasi antara regulator dan produsen EV menjadi semakin krusial.
Antara lain untuk mengatasi tantangan yang mendasar seperti aksesibilitas, jarak tempuh, biaya, hingga ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang menghambat integrasi kendaraan listrik bagi mobilitas konsumen sehari-hari.
"Dengan memahami tantangan dan preferensi konsumen, sinergi ini menjadi kunci untuk mendorong adopsi EV secara lebih luas, serta meningkatkan pertumbuhan industri kendaraan listrik di Indonesia," ujar Timothy.
Ngecas Baterai Mobil Listrik Lebih Nyaman di Rumah
Populix juga meriset soal kenyamanan para pemilik dalam mengisi daya baterai.
Hanya saja, meskipun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sudah memiliki jenis fast charging, namun ternyata para pemilik mobil listrik belum merasa nyaman dengan infrastruktur yang disediakan.
Perlu diketahui, SPKLU dengan fasilitas fast charging memang masih terlalu lama, dan jumlahnya sangat sedikit.
Hal inilah yang membuat konsumen pemilik mobil listrik memilih di rumah untuk mengisi daya baterai, meski tidak terlalu cepat
Berikut ini hasil survey terkait okasi pengisian daya baterai mobil listrik paling nyaman:
Rumah: 59%
Layanan home charging: 16%
SPKLU: 15%
Stasiun resmi brand: 10%
Kantor: 5%
Mall: 5%
Diketahui juga, kebanyakan tujuan konsumen membeli mobil listrik saat ini dikarenakan lebih untuk mengunjungi teman atau keluarga (71%), perjalanan dalam kota (69%), bekerja (67%), antar jemput teman atau keluarga (63%), dan antar jemput teman atau keluarga (60%).
Sementara itu, rata-rata para pemilik mobil listrik untuk mengisi daya ke SPKLU tak perlu dilakukan setiap hari, karena berdasarkan survei Populix, hasilnya sebagai berikut:
Frekuensi Penggunaan SPKLU / SPBKLU pengguna mobil listrik:
Mengawali karir sebagai jurnalis sejak tahun 2011 di salah satu media massa Nasional Tanah Air. Memiliki ketertarikan untuk membahas bidang otomotif, mulai dari sepeda motor, mobil, hingga bus dan truk.