Di awal dekade 2000-an, PT Astra Honda Motor (AHM) memboyong line up ayam jago mereka yang diimpor dari Thailand. Diantaranya Honda Sonic RS 125 dan Honda Nice 110.
Nama terakhir mungkin tidak setenar saudaranya. Namun secara fitur dan tampilan tak kalah keren.
Uniknya fitur utamanya adalah bagasi luas yang dilengkapi cover dengan julukan U-Box, yang kala itu jadi fitur jarang.
Sedangkan mesinnya bertipe 4-tak 110 cc pendingin udara horizontal. Mesin tersebut bukan diambil dari keluarga Honda C Engine yang ada di Supra X.
Tapi dikembangkan oleh AP Honda Thailand, yang di kemudian hari malah diaplikasikan pada Honda Blade 110 dan Revo 110 di Indonesia.
Soal fitur, jelas jauh tertinggal dari Sonic 125RS, karena menyesuaikan dengan pasar dan juga harganya.
Ini karena rem belakang Honda Nice 110 masih tromol. Pun demikian dengan sokbreker belakangnya yang bertipe ganda.
Saat itu, harga jualnya sekitar Rp 15 jutaan. Jauh lebih mahal dari Supra X yang dibanderol di harga Rp 12 juta.
Sehingga Nice 110 hanya digemari oleh anak muda yang mencari gaya, walau akhirnya populasinya pun tak sebanyak Sonic 125.
Hadir terlebih dulu di Filipina dengan nama Kawasaki Fury 125, kemudian di tahun 2008, Kawasaki Athlete resmi hadir.
Saat itu, PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) merilis Athlete sebagai 'rekan' dari Kawasaki Ninja 250R dan KLX 250.
Fitur yang ditawarkan terbilang melimpah di kelasnya. Mulai dari penggunaan cakram gelombang di kedua roda. Lalu sok tipe monosok horizontal di belakang.
Kemudian volume bagasi luas di balik jok. Serta yang fungsional adalah tangki berkapasitas 5,2 liter yang ada di bagian tulang underbone.
Posisi tersebut membuat pengendara tak perlu membuka jok saat mengisi bahan bakar.
Mesinnya diturunkan dari varian bebek Kawasaki Zone VR. Yakni bervolume 125 cc 4-tak dengan pendingin udara berkopling rotary 4-percepatan.
Tenaganya 9,7 PS di 8.000 rpm dan torsinya 9,2 Nm di 6.500 rpm. Sistem pengabut bahan bakarnya karburator Keihin PB20.
Menariknya, motor ini juga sempat turun di ajang balap Indoprix 2009. Dengan dukungan tuner Ibnu Sambodo dari Manual Tech.
Kawasaki Athlete langsung mendobrak dominasi Yamaha Jupiter Z dan Suzuki Shogun 125 yang meraja saat itu.
Kawasaki Athlete kemudian mendapat facelift di tahun 2012. Sepintas masih mirip dari varian lawasnya.
Perbedaannya hanya terlihat pada sisi eksteriornya, yaitu pada panel sayap kiri depan, stoplamp, behel dan batok lampu depan.
Untuk kategori motor ayam jago bermesin rebah, nama Kawasaki Athlete terbilang cukup awet. Pasalnya sanggup bertahan hingga sewindu dengan dua model berbeda.
Di mana tahun 2015, KMI menghadirkan varian terbaru dengan julukan Kawasaki Athlete Pro.
Secara tampilan, motor ini terbilang revolusioner dan jauh lebih berotot dari versi sebelumnya. Paling kentara terlihat dari batok lampunya yang persis dengan milik Z125.
Ubahan juga terlihat pada penempatan monosok yang tak lagi horizontal. Lalu koplingnya sudah memakai tipe manual 4-speed.
Tenaganya meningkat jadi 9,9 PS di 8.000 rpm tapi torsinya berkurang ke 8,6 per 6.000 rpm. Karburatornya pun berubah menjadi Keihin PB18 yang sebelumnya dipakai varian Kawasaki Blitz.
Suzuki RC Sprinter
Suzuki menjadi produsen motor ayam jago mesin rebah terbanyak dengan dua model di era berbeda.
Yang paling senior adalah RC Sprinter meluncur pada tahun 1988 di Indonesia. Motor ini memiliki kembaran bersosok bebek, yakni Suzuki RC100 Bravo.
Mesinnya berjuluk Jet Cooled yang bervolume 100 cc 2-tak dengan pendingin udara. Tenaganya 9,5 PS di 6.500 rpm dengan torsi 11,2 Nm pada putaran 5.000 rpm.
Berbeda dari saudara bebeknya yang dikenal sebagai motor bebek yang cukup digemari berkat mesin yang bertenaga.
RC Sprinter yang masih dilengkapi rem tromol di kedua roda dan dual shockbreaker di belakang ini kalah bersaing.
Kini motor tersebut kembali diburu untuk dirapikan dan menjadi tunggangan akhir pekan oleh anak-anak muda atau mereka yang mau nostalgia.
Sama seperti Kawasaki Athlete, Suzuki Satria F115 Young Star juga dihadirkan di Filipina.
Meski menganut embel-embel nama Satria, secara basis motor yang beredar di tahun 2015 tersebut lebih erat pada varian Suzuki Smash Titan.
Hal ini bisa ditilik mulai dari spek mesinnya, yaitu bertipe 4-tak 115 cc pendingin udara dengan tenaga 9,3 PS per 8.000 rpm dan torsi 9,1 Nm pada putaran 6.000 rpm.
Mesin tersebut sebangun dan setipe dengan milik Suzuki Smash Titan.
Berlanjut ke soal sasis. Meski bergaya ayam jago, namun Suzuki Satria F115 Young Star mengandalkan bodi belakang yang sama dengan saudara bebeknya itu.
Sehingga suspensi belakangnya tetap model ganda dan berlanjut ke sistem pengereman belakangnya yang masih dikawal rem tromol.
Di pasar Indonesia, motor yang lahir di awal kemunculan kembali pabrikan Suzuki di ajang MotoGP tersebut mengincar segmen anak muda.
Untuk itu salah satu promosi yang dilakukan pada Suzuki Satria F115 Young Star adalah ajang balap bertajuk Suzuki Indonesia Challenge.
Di tahun 1989, Yamaha merilis varian ayam jago bermesin rebah berjuluk Yamaha Champ. Secara spesifikasi, motor ini memiliki kembaran bernama Yamaha Alfa.
Motor ini memiliki spek mesin yang serupa dengan Alfa Series yang kemudian diusung oleh Yamaha Sigma.
Di mana mesinnya bertipe 2-tak 100 cc pendingin udara yang dilengkapi transmisi 4-percepatan.
Tenaganya sebesar 7,8 PS di kitiran mesin 7.000 rpm serta torsi 8,82 Nm pada 6.000 rpm.
Fiturnya standar seperti motor-motor kelas bebek di jamannya. Seperti sokbreker ganda di belakang.
Namun sudah memakai rem depan model cakram. Selain itu, desain knalpot dengan silencer terpisah juga lebih sporty dari pesaingnya kala itu, Suzuki RC Sprinter.
Dan sama seperti pesaingnya itu, Yamaha Champ banyak dicari untuk direstorasi.
Daya tariknya adalah bermesin 2-tak, bentuk ayam jago serta bisa untuk nostalgia dan berkendara diakhir pekan.
Bagaimana, motor ayam jago mesin rebah mana yang pernah menghuni garasi rumah Anda?