**Artikel ini adalah pengalaman pribadi dari pemilik Honda CBR250RR dan artikel ini dari situs Vietnam, ini tidak mencerminkan pendapat AutoFun.

Baim

Sebagai mahasiswa yang akan wisuda, Baim telah bersama Honda CBR250RR selama 3 tahun. Ini adalah sepeda motor pertama Baim dan setelah lebih dari tiga tahun pemakaian, tentunya selama masa tersebut, Baim telah merasakan kelebihan dan kekurangannya.

Baim mengatakan bahwa dirinya memiliki Honda CBR250RR secara tidak disengaja. Di saat ayahnya melewati showroom sepeda motor besar, keluarganya berjanji untuk memberikan sepeda motor di tahun kedua kuliahnya, Baim langsung lihat Honda CBR250RR dan mencobanya.

Meski dia belum belajar apa-apa tentang motor ini, namun dengan harga yang Rp 61- 70 jutaan membuat dia sangat tertarik.

Anehnya, meski langsung menyukai motor tersebut, Baim belum memutuskan untuk membelinya. Sampai dua tahun lalu, dirinya merasa harganya sudah lebih bersahabat, Baim memutuskan untuk membeli motor ini dan merasa puas dengan keunggulan yang melekat pada Honda CBR250RR.

“Dibandingkan pesain lain di segmen yang sama, harga Honda CBR250RR memang mahal (lebih mahal dari Kawasaki), tapi desain motor ini lebih bersudut," kata Baim. Apalagi di tahun 2018, fitur yang dibawanya termasuk langka di segmennya.

Dilengkapi dengan lampu full LED diseluruh bagian, electronic throttle, dan tiga mode mengemudi. Suspensi depan juga belakang mengandalkan Showa. Selain itu, sistem rem cakram ABS dual channel serta panelmeter full digital sudah jadi standarnya.

Bagi Baim, memilih Honda CBR250RR saat itu sangat murah melihat kelengkapan yang dimilikinya.

Mahasiswa ini pun menyukai mesin Honda CBR250RR yang memiliki spesifikasi mesin silinder ganda berkapasitas 249,7 cc, dengan daya maksimal 40 hp pada 11.000 rpm dan torsi 25 Nm. Gearbox manual 6-percepatan, sistem throttle elektronik throttle by wire, tersedia dalam 3 mode mengemudi termasuk Comfort, Sport dan Sport +.

Baim menilai CBR250RR sangat mudah dikendalikan untuk pertama kalinya. Secara khusus, mode berkendara yang halus, menghadirkan kenyamanan saat berkendara di jalanan yang padat. Namun ketika berbicara tentang tenaga, mode Sport + membuat perbedaan performa mesin pada kisaran 7.000 rpm.

Menurut Baim, respon throttle motor ini sangat menyenangkan, tidak seperti gas yang lembut dan lambat seperti model 300 cc yang pernah dia uji. Selain itu, saat mengendarai motor sport ini, Baim kerap mendapat perhatian para pejalan kaki. Terkadang ada pertanyaan dari mereka tentang motor ini setiap berhenti di lampu merah.

Bicara soal perawatan motor ini, Baim cukup puas karena sesuai dengan kriteria merek Jepang: "Sehat dan awet". Untuk pelajar seperti Baim, Rp 2-3 juta sudah lebih dari cukup untuk mendukung perawatan motornya.

Sejak pertama menggunaan Honda CBR250RR, Baim hanya mengeluarkan biaya untuk perawatan berkala seperti penggantian oli, penggantian filter oli. Setiap penggantian oli setelah 3.000km membutuhkan biaya sekitar Rp 600 ribuan, tetapi untuk Baim, untuk menempuh jarak 3.000km, Baim biasanya membutuhkan 3 sampai 4 bulan.

Sejak pertama membeli motor ini, Baim belum mengalami penggantian komponen yang vital. Kecuali Baim telah mengganti satu set ban Michelin Pilot Street untuk lebih memuaskan pengalamannya berkendaranya.

Bicara soal konsumsi bahan bakar, Honda CBR250RR butuh sekitar 3-4L / 100km saat di dalam kota, tapi saat di jalan bebas hambatan hanya butuh sekitar 2.5L / 100km - setara dengan Honda SH 150i!

Setelah dua tahun digunakan dan menjadi kendaraan utamanya, Baim tetap puas dengan keunggulan yang melekat pada Honda CBR250RR. Namun, sisi negatifnya juga dirasakan olehnya.

Seperti suspensi Showa dimotor ini ternyata sangat empuk dan tidak bisa diatur. Karenanya, setiap kali melibas tikungan dengan kecepatan tinggi, Honda CBR250RR tidak terlalu membuat Baim merasa aman.

Berbicara tentang komentar: "Honda CBR250RR tidak layak menyandang nama RR", Baim menambahkan: "Bagi saya, tanda RR Honda berarti membawa semua keunggulan utama dari pabrikan merek Jepang ini.

Sama seperti Kawasaki yang memiliki seri ZX, dan baru-baru ini mereka juga telah merilis ZX25R. Bermesin 250 cc tetapi menggunakan mesin 4 silinder, memberikan suara knalpot yang hangat dan menggoda, sedangkan Honda CBR250RR masih hanya menggunakan mesin 2 silinder ".

Mengakhiri sharing, Baim mengatakan bahwa setelah dua tahun pemakaian, dirinya cukup lelah dengan bentuk sporty murni dari Honda CBR250RR. Walaupun saya sangat menyukai sensasi mengendarai motor sport saat touring dan sering melihat orang-orang di sekitar saya saat berlari di jalan, namun sakit punggung, bahu atau lengan mati rasa setelah berkendara tidak bisa dihindari.