Honda Brio sukses menjadi mobil terlaris 2020, dan penjualannya melampaui Toyota Avanza. City car ini begitu disukai karena fun to drive dan irit. Salah satu penunjang kenyamanan berkendara di Brio ialah dari performa CVT yang halus.
Memang, transmisi dengan sabuk baja ini jadi andalan di hampir seluruh model Honda yang ada di Indonesia. Teknologi Earth Dream yang digaungkan Honda pada CVT ini bertujuan menghasilkan performa berkendara yang halus dan efisien. Dengan kinerja transmisi yang halus dan mengalir, mobil bertransmisi CVT terasa nyaman untuk berkendara sehari-hari di dalam kota.
CVT atau Continuously Variable Transmission adalah transmisi yang tidak memiliki gigi perseneling seperti pada mobil bertransmisi manual ataupun mobil bertransmisi otomatis konvensional.
Jadi untuk posisi gigi 1,2,3,4 tetap pada satu posisi transmisi (Drive). Pengemudi tidak perlu mengoper tuas perseneling setelah pindah ke posisi Drive.
Sebelum membahas lebih jauh soal transmisi CVT di Honda Brio, kita harus tahu keunggulannya. Berikut ini beberapa kelebihan Transmisi CVT di mobil Honda sebagaimana dikutip dari Honda Mitra:
Manfaat CVT ini dibilang sangat canggih, karena fakta bahwa rasio pulley penggerak belt sangat bervariasi. Rentangnya bisa melebihi transmisi manual atau otomatis konvensional 5 atau 6 percepatan.
Perbandingan pulley dan panjang belt ini menjaga putaran mesin supaya dapat berada pada tingkat efisiensi yang tinggi setiap saat. Ini juga memiliki desain yang cukup sederhana, karena perangkat transmisi yang tidak rumit inilah membuat biaya produksi lebih murah.
Jika Anda mengemudi dengan normal seperti yang diperhitungkan oleh insinyur perancang mobil, kemungkinan besar tidak akan ada masalah pada CVT. Untuk itu kamu perlu tahu kelemahan transmisi CVT terutama di mobil Honda Brio 2021:
Transmisi ini juga menyimpan risiko yang menyeramkan pada transmisi CVT, yaitu ada risiko belt baja putus. Apabila sudah rusak maka harus ganti semuanya satu bagian belt dan pulley-nya.
Biaya penggantian komponen tadi kisarannya tiga kali lipat lebih mahal dari mengganti perangkat transmisi AT konvensional.
Faktanya sabuk baja ini bisa rusak disebabkan oleh perilaku berkendara yang jauh buruk daripada yang diperkirakan oleh seorang insinyur. Maksudnya, kerusakan ini disebabkan oleh penggunaan dan perawatan yang asal-asalan.
Kita harus memastikan bahwa mengganti oli transmisi CVT tidak menggunakan cairan transmisi otomatis ATF konvensional. Namun, kita harus menggunakan oli transmisi khusus CVT saja.
Ada satu perilaku yang bisa dilakukan dengan transmisi otomatis konvensional, namun tidak dengan CVT, yaitu menggunakan pedal rem, dan gas secara bersamaan. Untuk membuat putaran mesin lebih tinggi sebelum dihidupkan supaya lebih cepat panas.
Karena pada sistem transmisi CVT, tidak bisa dengan menginjak rem sambil menginjak gas seperti matik tradisional. Pulley akan bergesekan dengan sabuk karena bergerak bersama tapi roda mobil tidak berputar.
Mengutip Autofun Thailand, pada transmisi otomatis memiliki Torque Converter yang berputar dan persnelingnya menyatu jadi tidak ada kerusakan seperti pada CVT. Sementara pada CVT ini kedua pulley ini membesar dan mengecil untuk mengatur posisi belt, di situ ada perubahan rasio untuk menggerakkan roda.
Transmisi CVT hanya menggunakan tiga komponen utama untuk keseluruhan percepatan transmisi yaitu primary pulley, secondary pulley, dan sabuk baja.
Nah, bila kita masuk posisi D tapi menginjak rem terus menerus hingga roda tidak bergerak maka akan ada gesekan sabuk baja dan pulley. Gesekan ini bila dibiarkan pastinya membuat belt rentan putus atau pulley jebol.
Transmisi CVT sebenarnya tidak didesain untuk menahan beban besar, sehingga berbeda dengan transmisi matik konvensional. Ini membuat mobil transmisi CVT cenderung susah nanjak dan diperparah karena driving behavior pemilik mobil yang tidak sesuai aturan.
Seringkali mobil membawa muatan berlebih sehingga menambah beban tarik ke belakang. Ini pastinya aka semakin menyulitkan mobil menanjak. Pengemudi juga melakukan kebiasaan gantung gas untuk menahan mobil di tanjakan supaya tidak melorot.
Semestinya, kita gunakan kombinasi rem, bisa itu injak pedal rem atau pakai rem tangan. Cara gantung gas bisa menyebabkan transmisi CVT lebih cepat panas dan mengalami selip.
Penyebabnya, oli transmisi senantiasa menerima beban besar sehingga membuat peningkatan suhu. Ini memicu lemahnya pressure oli untuk menggerakan pulley yang mencengkeram sabuk baja. Kondisi ini membuat power loss dari sabuk baja yang tidak kuat lagi memutar pulley.
Sebagai mobil perkotaan, Honda Brio 2021 dibekali transmisi CVT yang rasionya cukup efisien. Perbandingan putarannya berada dalam kondisi senantiasa optimal sehingga membuat konsumsi bahan bakar bisa lebih irit.
Dengan perawatan rutin dan pemakaian normal, transmisi CVT di Honda Brio masih sanggup melewati situasi jalan menanjak dan menurun di kota pegunungan. Untuk itu, jangan sembarangan memperlakukan transmisi CVT apabila kalian tidak ingin tekor akibat biaya perbaikan yang sangat mahal.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2022 Honda BRIO SATYA E 1.2
5.503 km
0,5 tahun
Jawa Barat
2022 Toyota AGYA GR SPORT 1.2
5.751 km
1 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO SATYA E 1.2
15.855 km
2,5 tahun
Jakarta
2020 Honda BRIO SATYA E 1.2
16.096 km
3,5 tahun
Jawa Barat