**Artikel ini adalah pengalaman pribadi dari pemilik Mazda 3 dan artikel ini dari situs Vietnam, ini tidak mencerminkan pendapat AutoFun.
Patur diakui bahwa Mazda3 generasi lama memiliki banyak kekurangan, meskipun masih menyuguhkan tampilan yang cantik, harga terjangkau dan daya tahannya baik. Keputusan yang diambil oleh Yusuf, pria berusia 29 tahun ini memang tidak membuatnya menyesal, dia hanya ingin berganti ke mobil yang lebih baik.
Yusuf adalah pekerja kantoran di Ibukota. Pria kelahiran 1993 ini memiliki pekerjaan yang mapan, dan menggunakan mobil terutama untuk perjalanan sehari-hari. Saat ini ia telah bersama sebuah Mazda3 2018 bermesin 1.5L selama hampir 3 tahun dengan jarak tempuh sekitar 16.000 km. Berikut ini adalah komentar pemuda ini tentang Mazda3-nya.
Keputusan untuk membeli Mazda3 1.5L pada 2018 lalu cukup sederhana. Saya memiliki kebutuhan untuk memiliki sebuah sedan, dengan anggaran terbatas, sehingga kemudian saya memilih beberapa target di mobil sedab segmen C. Pada tahun 2018, saya masih berusia 26 tahun sehingga saya suka model yang memiliki gaya sporty. Saat itu, saya harus memilih di antara Mazda3 atau Kia Cerato. Karena saya lebih suka desain yang menonjol dan model sporty, dan istri saya pun lebih cenderung untuk memilih Mazda3, maka akhirnya saya memutuskan untuk membeli Mazda3.
Banyak orang berpikir bahwa perawatan mobil ini cukup mahal, dan saat tiba-tiba rusak, perlu segera diperbaiki. Tapi sejujurnya, selama 3 tahun menggunakan mobil ini dan menempuh jarak hingga 16.000 km, saya tidak pernah mengalami kerusakan apa pun yang serius. Mobil buatan Jepang ini sangat bagus. Bagi pemilik mobil untuk mobilitas perkotaan yang berhati-hati seperti saya, Mazda3 tidak memiliki peluang besar untuk rusak.
Pada akhir tahun mendatang, saya berencana untuk mengirim mobil ini ke bengkel untuk mengecat bumper depan dan belakang serta beberapa detail kecilnya. Ternyata, biayanya tidak lebih dari Rp 1,9 juta! Kalau ditanya alasan kenapa saya harus mengecat ulang, itu karena jalanan ibukota sudah padat, sehingga badan mobil sangat mudah tergores.
Lapisan cat Mazda3 sangat tipis. Pada hari saya menerima mobil ini, kualitas cat menjadi hal yang tidak terlalu saya sukai. Jika dicermati, cat antara bumper depan dan belakang serta bodi-nya, tidak memiliki kualitas dan kilap yang sama. Kadang-kadang hanya tergores ringan, tetapi kalau Anda tidak berhati-hati dapat terlihat goresan yang bahkan melukai logamnya. Sepeda motor terkadang lewat dan dengan ringan "menyentuh" Mazda3 ini, yang menjadi salah satu alasan yang menyebabkan goresan pada badan mobilnya.
Saya banyak mendengar hal ini, terutama dari pemilik Mazda3 yang lain. Saya akui, pengendaraan Mazda3 memang lebih unggul dari model-model lain di segmennya.
Tapi untuk mengatakan rasa pengendaraannya sebaik BMW, itu saya tidak setuju. Mesin Mazda3 terasa kurang kuat. Mesinnya teras lemah untuk tampilannya yang sporty. Jika hanya dikemudikan di dalam kota, mesin ini memuaskan dan responsif. Tetapi jika Anda mengemudikannya dalam perjalanan jauh ke luar kota misalnya, Anda tidak akan merasa puas.
Jika seluruh keluarga ikut duduk di dalam mobil, atau membawa barang yang berat, mobil ini terasa seperti "terengah-engah". Mazda3 generasi ini juga memiliki mode berkendara, saya sering harus mengaktifkan mode Sport saat mobil ini membawa beban berat. Dibandingkan dengan versi lama yang pernah saya kendarai, mode ini membantu mobil mempertahankan rpm lebih tinggi.
Meski begitu, saya tidak keberatan jika seseorang mengatakan interior Mazda3 ini layaknya mobil Eropa. Ini juga satu hal yang saya suka dan menjadi salah satu faktor yang membuat saya memilih Mazda3. Bagaimanapun, interior merupakan bagian penting dari mobil.
Kekedapan suara Mazda3 bisa dibilang tidak terlalu baik. Jika hanya dua penumpang yang naik mobil, istri saya biasanya duduk di kursi penumpang. Suara mendengung dari kursi belakang terdengar memprihatinkan.
Bagi saya, efek peredaman suara mobil juga dinilai berdasarkan banyak faktor obyektif dan subyektif. Misalnya, suatu hari ketika saya sedang sakit kepala, lelah dengan pekerjaan rasanya mobil ini terasa berisik. Tapi kalau pekerjaannya lancar, kondisinya nyaman, pemandangan di jalan indah, ditambah alunan musik yang lembut, mobil ini terasa tak kalah dari mobil mewah.
Meskipun saya menyebutkan beberapa aspek pada mobil ini yang saya tidak suka, tapi tak bisa dipungkiri jika mobil ini masih bisa dibilang bagus
Seorang teman saya pernah berkata bahwa orang Indonesia membeli banyak mobil karena: satu karena irit, dan dua karena tampilannya yang keren. Hal baiknya adalah Mazda3 memiliki kedua keunggulan ini. Jadi mudah untuk memahami mengapa seharusnya banyak yang membelinya, terlepas dari semua kekurangannya yang baru saja saya sebutkan di atas.
Dengan kekurangan versi yang lama, saya sedikit terkejut dengan versi baru yang baru saja dirilis. Mazda3 2020 sempurna dalam hal desain, melebihi harapan saya. Tapi itu bukan hal yang paling saya pedulikan. Opsi baru itu penting.
Ketika saya memiliki kesempatan untuk test drive, saya menemukan beberapa perbedaan pada mobil generasi baru. Peredaman lebih baik, mungkin berkat ban baru. Pedal akselerator juga lebih sensitif.
Tetapi semakin saya mengemudikannya, semakin saya menyadari bahwa saya seharusnya tidak menyesal mengganti mobil saya. Nilai-nilai inti yang saya miliki di Mazda3 2020 seperti kenyamanan jok, visibilitas dan rasa pengemudiannya, masih bisa saya dapatkan di Mazda3 2018 saya. Efek isolasi suara di mobil baru itu lebih baik, tapi masih ada suara berdengung.
Apalagi harga yang dimiliki Mazda3 2020 ini rasanya terlalu tinggi. Menurut saya, mayoritas konsumen yang menyasar Mazda3 adalah anak muda, tapi anak muda tidak akan terlalu mubazir untuk soal finansial mereka. Jika mereka mau beli mobil segmen C, jumlah uang yang mereka keluarkan sekitar Rp400-500 Juta. Jika mereka punya cukup uang, mungkin mereka akan lihat mobil lain. Jumlah konsumen yang membeli Mazda3 versi tercanggih dengan harga yang tinggi, mungkin akan sangat kecil. Kebanyakan dari mereka membeli Mazda3 karena ingin tampil beda.
Saya tidak memuji Mazda, saya bukan fans berat Mazda. Namun dari sisi finansial, Jika memang ada kebutuhan sederhana akan sebuah sedan kelas D yang tampil mewah, lapang, dan ramah untuk bisnis, maka Mazda6 jelas memiliki potensi dengan harga awal yang terjangkau. Jika kita tidak mempertimbangkan kebutuhan lain, dan faktor keuangan adalah faktor utama, di segmen SUV kecil, saya akan memilih Mazda CX-5 dibandingkan Honda CR-V.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Mazda CX-5 ELITE 2.5
45.271 km
4 tahun
Jakarta
2021 Toyota FORTUNER VRZ 4X2 2.4
28.559 km
2,5 tahun
Jawa Barat
2019 BMW 3 20I (CKD) 2.0
47.554 km
3,5 tahun
Jakarta
2020 BMW X1 SDRIVE18I XLINE 1.5
35.681 km
3 tahun
Jakarta
2019 Honda ACCORD TC EL 1.5
30.464 km
4 tahun
Jakarta