Setir yang lazim kita lihat mungkin bentuknya begitu-begitu saja, bulat, dengan palang simetris di bagian tengahnya. Ataupun tidak berbentuk lingkaran sempurna, paling banter di bagian bawah dibikin rata untuk menunjukkan sisi sporty - ambil contoh lingkar kemudi di Suzuki Ertiga.
Kendati begitu, beberapa mobil memiliki rancangan alat kendali yang berbeda dari biasanya. Entah itu berasal dari gagasan untuk mendukung keselamatan, gimick untuk menyesuaikan karakteristik desain mobil, hingga seakan menggambarkan imajinasi desainer yang kelewat tinggi.
Tampak aneh. Sebagian mungkin fungsional, sebagian malah bisa jadi merepotkan. Tidak percaya? Coba simak dulu beberapa contoh berikut.
Baca juga: Sering Bikin Kesal, Ini Penyebab Gas Mobil Jadi Lemot dan Brebet
Bicara soal keunikan dan inovasi desain, tak dapat dipungkiri Citroen cukup menonjol di masa lalu. Terutama pada model seperti DS yang terbilang spektakuler di zamannya. Memamerkan banyak terobosan baru baik itu dari segi desain hingga mekanikal. Sebut saja suspensi Hydropneumatic, sorot lampu dinamis sesuai arah setir, hingga ke sisi aerodinamika.
Tak terkecuali hal lebih detail seperti setir, konon gaya nyentrik satu palang diinisiasi DS pada 1955. Bukan sekadar gaya, dirancang sedemikian rupa demi faktor keselamatan. Ujung tubular kolom setir dibikin bengkok dan memiliki permukaan tumpul sehingga bila terjadi insiden frontal tidak langsung menghujam dada atau perut pengemudi. Belum lagi lokasi steering rack yang mundur jauh di balik moncong.
Rancangan ini sendiri juga sempat menjadi tema khas Citroen di era berikutnya. Contoh saja di GS, SM, CX, BX, hingga XM. Bukan itu saja, tema serupa diaplikasikan pula ke model-model eksentrik seperti Aston Martin Lagonda atau konsep Lamborghini Athon yang bisa menciptakan ilusi mata dari sudut pandang tertentu.
Tidak sedikit mobil yang punya keterkaitan dengan dunia aviasi. Antara itu sebatas nama hingga inspirasi rancangan keseluruhan. Tidak heran bila keluar nama seperti Spitfire (Triumph) dan Mustang (Ford) hingga supercar bernuansa jet tempur.
Sama halnya menyoal setir. Beberapa kali muncul gagasan untuk mengadaptasikan alat kendali pesawat terbang untuk sebuah kendaraan di atas aspal. Mayoritas sebatas konsep, memang. Contoh saja kegilaan era 80-an seperti Oldsmobile Incas atau Mazda MX-03. Juga kalau melirik ke dunia fiksi, K.I.T.T. dan Knight Rider terlihat mengusung konsep serupa. Semua seakan siap terbang dengan kontrol Yoke.
Kalau bicara kepraktisan tampaknya akan sangat buruk. Bisa dipastikan mengganggu jika tidak dibarengi rasio kemudi sensitif seperti di F1. Tanpa pegangan melingkar penuh, apa ceritanya ketika harus “nyendok” atau belok patah? Namun, terlepas dari ketidakpraktisan itu, ternyata Tesla merealisasikanya di Model S. Pun tampaknya konsumen kurang suka dengan desain seperti ini.
Seakan bentuk lingkaran dinilai kurang sempurna sebagai alat kemudi mobil, beberapa pabrikan coba beralih ke rupa mengotak. Bukan hal baru, sempat diangkat oleh Chrysler Corporation di era 60-an lewat model seperti Plymoiuth Fury atau Chrysler 300J. Ada juga upaya dari Britania Raya seperti mejeng di Austin Allegro.
Tapi tidak selesai sampai di situ. Belakangan masih ditemukan mobil yang mengadopsi setir mengotak atau bersudut. Keluar dari merek eksotis atau supercar seperti Ferrari LaFerrari, Lamborghini Sesto Elemento, atau Chevrolet Corvette C8.
Namun tidak melulu demikian, Honda juga sempat memamerkan ide kemudi tidak lazim di Urban Electric Vehicle Concept. Bahkan kalau boleh dibilang, bentuknya sangat unik. Cikal bakal mobil listrik Honda e ini menganut komposisi mengotak dan memiliki satu palang. Beruntung, realisasinya lebih masuk akal meski tetap boleh dikatakan khas berkat dua palang nan klasik.
Seiring pabrikan mencari terobosan baru, rancangan setir pun tampaknya turut menjadi bahan eksperimen. Atau, setidaknya upaya menunjukkan ciri khas. Tak kalah nyeleneh adalah Subaru XT dengan palang “L” asimetris. Seperti sebuah pistol dalam lingkar kemudi.
Di samping itu, Citroen juga pernah mengangkat inovasi setir eksentrik mereka di model C4. Bukan single spoke melainkan bagian tengah yang dibikin paten. Sama sekali tidak terlihat bergerak bila mobil diajak belok.
Terlepas dari segala keunikan tadi, bukan tidak mungkin di masa mendatang kita akan dibuat rindu oleh keberadaan lingkar kemudi. Bagaimana tidak, pengembangan teknologi berkendara otonom kini jadi salah satu pusat perhatian. Bisa jadi mobil tidak lagi memerlukan keberadaan pengemudi termasuk peranti pengendali.
Baca juga: Kelebihan Mobil dengan Transmisi Manual, Walau Ribet Tapi Jadi Favorit Kebanyakan Orang Indonesia
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Toyota RAIZE S 1.0
15.274 km
2 tahun
Jawa Barat
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta