Di Indonesia, bus listrik mulai dijalankan sebagai moda transportasi umum ramah lingkungan. Namun populasinya masih sangat langka dibandingkan bus bermesin diesel.
Pasalnya di Indonesia belum ada rute reguler mengenai bus listrik. Baru sebatas uji coba semata di beberapa kawasan dan belum menyeluruh di banyak kota.
Misalnya operator PT Transjakarta yang baru membuka rute uji coba EV1 yang menghubungkan halte Blok M dan Balai Kota. Kemudian pihak Damri juga mulai gunakan bus listrik bandara. Selanjutnya ada juga uji coba bus listrik angkutan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Provinsi Bali.
Ternyata Ada beberapa kendala yang membuat terhambatnya kehadiran bus listrik sebagai andalan transportasi massal di Indonesia. Seperti disebutkan dalam acara Webinar Bus World 2022 pada Rabu (19/1/2022).
Pihak-pihak stakeholder seperti operator bus hingga departemen perhubungan menyatakan jika salah satu faktor kunci dari kelancaran operasional bus listrik adalah pada suplai listrik di Indonesia. Tapi bukan cuma itu aja.
Baca Juga: Dijuluki Scania Jawa, Kenali Bus China Golden Dragon Lebih Dekat
Andy Oetario, Director PT Maya Saribakti Utama sebagai salah satu operator bus di Indonesia menyatakan jika dari pihaknya, ada beberapa hal yang dibutuhkan untuk menghadirkan bus listrik sebagai andalannya. Paling utama kejelasan masa depan.
Masa depan di sini menurutnya, mulai dari road map pemerintah mengenai bus listrik. Jangan ada tarik ulur kebijakan karena faktor politis dan lainnya. Sehingga kejelasan masa depan dan investasi perusahaan bisa terukur.
"Poin pentingnya, kami harus tahu road map dari penggunaan bus listrik di Indonesia. Jangan seperti jaman dulu, saat bus CNG dicanangkan. Setelah sudah investasi di bus CNG, sekarang kami justru balik lagi ke diesel bus. Kami tak mau kejadian kayak begitu lagi," katanya.
Baca Juga: Tahun Depan Indonesia Mulai Uji Coba Penggunaan Bus Listrik Mercedes-Benz
Selain itu, pihaknya mengharapkan kesanggupan penyedia layanan listrik yaitu PLN dalam menghadirkan daya yang stabil untuk pengecasan baterai bus listrik.
"PLN harus bisa menjaga dan memberikan garansi dari kualitas suplai listriknya. Karena selain investasi di pembelian bus listrik, kami juga harus membangun depo untuk mengisi dayanya. Sehingga kami harus dapat suplai listrik yang terjaga. Jangan sampai mati lampu ketika dibutuhkan," urai Andy.
Di sisi lain, pihaknya juga berharap adanya subsidi tarif listrik agar menghasilkan ongkos yang tetap terjangkau bagi masyarakat. Ini juga terkait pada investasi besar yang dilakukan oleh perusahaan jika benar-benar menggeser penggunaan bus diesel ke listrik.
Mengenai penggunaan bus listrik sendiri, saat ini Mayasari Bakti belum mengoperasikannya. Selain karena belum ada kejelasan di atas, pihaknya juga masih menunggu produsen bus-bus big player dari pabrikan terkenal untuk menghadirkan produk di Indonesia. "Saat ini baru pemain Cina saja," pungkasnya.
Hal senada disampaikan oleh I GW Samsi Gunarta, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali yang mengungkapkan jika subsidi dan insentif sudah sepatutnya diberikan pada pelaku industri. Sehingga tercipta transisi dari bus diesel ke bus listrik.
"Karena hal ini akan mempermudah bagi pihak swasta dan operator transportasi beralih ke bus listrik. Karena jika tidak ada subsidi, akan makin sulit karena tidak tercapai effective cost," paparnya.
Baca juga : Lebih Dekat dengan Hino RG, Bus Paling Disegani di Pantura pada Masanya Karena Larinya
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta