Mesin common rail yang sudah berstandar Euro 4 besutan Hino rupanya belum cocok menenggak solar series yang dijual Pertamina. Sebab kriteria bahan bakar untuk menyesuaikan dapur pacu pada truk dan bus anyar ini terbilang tinggi.
Presiden Direktur PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI), Masahiro Aso mengatakan, agar target emisi gas buang dari mesin diesel lebih baik, maka harus menggunakan bahan bakar yang sesuai.
Baca Juga: Penjualan Bus Hino atau Mercedes-Benz yang Paling Laris di Indonesia?
"Sebaiknya menggunakan bahan bakar solar dengan minimal cetane number 51 dan kandungan sulfur maksimal 50 ppm," terangnya dalam peluncuran produk baru Hino yang sudah berstandar mesin Euro 4, Rabu 9 Maret 2022 di Purwakarta, Jawa Barat.
Sayangnya produk solar yang dijual di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan standar tersebut. Sebut saja Dexlite dari Pertamina, yang jadi produk solar tipe menengah di atas solar reguler.
Kandungannya memiliki nilai cetane 51 yang mana sudah memenuhi syarat, tapi kandungan sulfurnya masih tinggi maksimal 1200 ppm (part per million). Dengan kata lain belum cocok untuk mesin Euro 4 Hino.
Ada satu produk lagi sebenarnya yakni Pertamina Dex yang kualitasnya lebih tinggi. Namun juga tidak memenuhi syarat, karena kandungan sulfurnya di angka maksimal 300 ppm, sedangkan cetane number-nya sudah cocok di angka 53.
Maka dari itu, mesin Euro 4 Hino idealnya meminum produk non Pertamina yakni Shell V-Power Diesel yang justru sudah memenuhi standar Euro 5. Berdasarkan spesifikasi, cetane number produk ini 51, kemudian kandungan sulfurnya rendah maksimal 10 ppm.
Baca Juga: Hino Luncurkan Truk dan Bus Baru, Semuanya Berstandar Emisi Euro 4
Kondisi ketersediaan jenis bahan bakar ini sejatinya sudah dipelajari oleh Hino Indonesia. Pabrikan sadar betul, beberapa solar series yang dijual di tanah air belum memiliki kualitas yang baik untuk mesin berstandar Euro 4. Bahkan belum merata sampai ke pelosok negeri.
Untuk itu pabrikan mendesain mesin commron rail ini menggunakan tiga macam saringan bahan bakar sebelum dikompresi. Ini dilakukan untuk menyaring kotoran maupun residu pada solar yang kualitasnya masih rendah.
Cara ini bukannya menghalalkan para pebisnis atau pengguna truk dan bus Hino menggunakan solar reguler atau produk yang dijelaskan tadi. Sebab akan berpengaruh pada performa mesin dan umur filter solar.
"Kami siapkan dari sisi sepsifikasi, tangki BBM-nya menggunakan alumunium mencegah terkikis dari asam yang ada di sulfur, serta beberapa part yang terhubung sudah kami antisipasi," kata Aftersales & Technical Director PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) Irwan Supriyono.
Lanjut Irwan, bagi pengguna yang menghendaki sistem penyaringan solar yang lebih baik lagi, karena terkendala ketersediaan bahan bakar berkualitas tinggi yang belum merata misalnya di daerah tertentu, bisa pakai komponen penyaring tambahan.
"Kami sarankan tambahkan strainer untuk membantu menyaring bio solar. Kelebihannya selain menaikkan cetane number lebih bersih, juga bisa memisahkan residu sehingga filter tidak bekerja berat. Filter tambahan ini permanen terbuat dari stainless steel, semisal sudah jenuh bisa dibuang lapisan kotornya," katanya.
Baca Juga: Biar Lolos Standar Emisi Euro4, Hino Pasang Alat Ini di Mesinnya
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta