Toyota terus berkomitmen untuk mewujudkan net zero emission atau nol bersih emisi, tak terkecuali di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tantangan global demi keberlangsungan hidup dengan lingkungan yang lebih bersih.
Oleh karena itu, CEO Toyota Motor Corporation (TMC) Akio Toyoda juga ingin mewujudkan netralitas karbon bersih pada 2050 dengan seluruh kendaraan beralih ke kendaraan listrik. "Dalam mencapai itu, musuhnya adalah karbondioksida, bukan pembakaran internal," katamya.
Baca Juga: Jajal Toyota Kijang Innova Listrik Pertama Kali, Ini Tanggapan Menko Airlangga
Kendaraan listrik yang dimaksud bukan serta-merta mobil listrik yang membutuhkan pasokan daya dari baterai. Teknologinya lebih luas lagi namun tetap konsep utamanya adalah electric vehicle (EV), sehingga pabrikan menamainya sebagai xEV, yang terdiri dari baterai EV, hybrid EV, plug-in hybrid EV, fuel cell EV, hingga flexy engine dengan bio fuel salah satu contohnya.
Sejalan dengan itu, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) juga tengah menerapkan upaya yang sama. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengkolaborasikan tiga aspek terpenting di dalam ekosistem: industri, pemerintah, dan perguruan tinggi.
Presiden Direktur PT TMMIN Warih Andang Tjahjono menjelaskan konsep tersebut dinamakan kolaborasi triple helix. Dirinya meyakini, untuk mewujudkan pengembangan kendaraan elektrifikasi, melibatkan seluruh stakeholder industri otomotif. Mulai dari pemangku kebijakan, pelaku bisnis, akademisi, dan masyarakat umum yang membutuhkan edukasi untuk mewujudkan ekosistem EV.
Baca Juga: Toyota Sienta 2022 Bakal Full Listrik, Indonesia Kebagian?
"Kami sadar sebagai pelaku industri harus mengambil peran aktif dengan kontribusi sebesar-besarnya dalam era net zero emission. Pertama kami kembangkan produk ramah lingkungan dengan multipathway approach untuk menyiapkan semua teknologi elektrifikasi, agar le depan bisa menjawab semua tantangan bukan hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia," jelasnya di Seminar Nasional: Realizing Indonesia Net Zero Emission di Semarang, Rabu (25/5).
Ketiganya dibutuhkan sebagai langkah strategis mewujudkan misi besar demi hajat hidup orang banyak. Kolaborasi pemerintah dengan industri dapat merumuskan peta jalan. Ditambah peran perguruan tinggi, dapat terlebih dulu dilakukan riset dan studi, serta pandangan ekonomi dan bisnisnya sehingga mencapai regulasi yang tepat.
Setelah terwujud, industri kemudian mengambil peran lagi dengan mewujudkan proses fabrikasi kendaraan listrik dari hulu hingga hilir yang lebih ramah lingkungan atau dikenal green manufacturing, dengan mengeliminasi atau meminimalisir dampak lingkungan yang dihasilkan dari seluruh mata rantai kegiatan bisnis.
"Kami yakin dengan melibatkan stakeholder industri otomotif akan dapat cepat terakselerasi. Semua negara berlomba menetapkan era elektrifikasi di 2030, kira-kira 8 tahun lagi dan ini bukan waktu yang panjang. Mari wujudkan agar semua orang punya kesempatan yang sama menurunkan emisi karbon, no one left behind!" tuntasnya.
Baca Juga: Sosok Toyota Kijang Innova Listrik Tampil di IIMS Hybrid 2022
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta