Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) sudah mencanangkan target Net Zero Emission pada 2060. Satu diantara beberapa langkah yang sudah ditetapkan yakni percepatan peralihan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV).
Namun masih ada sejumlah halangan ketika masyarakat didorong untuk mulai menggunakan kendaraan listrik. Satu diantaranya masalah banderol dari mobil tanpa Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut. Harga mobil listrik mahal masih jadi sandungan untuk konsumen meninggalkan mobil bermesin bakar internal (Internal Combustion Engine/ICE).
Baca juga: Kendaraan Dinas Pemerintah Pusat dan Daerah Kini Wajib Pakai Mobil Listrik, Boleh Beli atau Sewa
Mobil listrik memang menjadi opsi ketika harga BBM semakin mahal. Karena biaya ngecas baterai mobil listrik hanya sekitar Rp1.400 per 1 kWh. Bandingkan dengan harga BBM RON 92 yang kini umum direkomendasikan buat mobil-mobil mesin modern. Harga Pertamax sebagai BBM RON 92 paling murah di Indonesia saja, kini sudah Rp13.900 per liter.
Tapi kendalanya balik lagi ke harga yang dipatok para produsen atau APM (Agen Pemegang Merek) mobil di Indonesia. Mengingat harga mobil listrik di Indonesia paling murah Rp238 juta. Itupun hanya satu pilihan yakni Wuling Air ev Standard Range yang merupakan varian paling murah Wuling Air ev. Sementara untuk tipe tertingginya Rp311 juta.
Berikut daftar harga mobil listrik di Indonesia per Oktober 2022:
Kalau melihat daftar harga mobil listrik di Indonesia, banderolnya bisa mencapai Rp2,3 miliar. Belum lagi mobil-mobil Tesla yang dipasarkan oleh Importir Umum (IU).
Baca juga: Bikin Pabrik di Indonesia Buat Produksi Mobil Listrik, Chery Siapkan Dana USD 1 Miliar
Kenapa sedemikian mahal? Dikutip dari Autofun Thailand, dalam sebuah industri otomotif, ada beberapa faktor yang memengaruhi harga kendaraan. Antara lain sebagai berikut:
Untuk bisa memproduksi kendaraan, sebelumnya dibutuhkan proses riset dan pengembangan (Research & Development /R&D). Penelitian ini dilakukan bertahun-tahun serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Dan karena BEV merupakan sebuah teknologi baru, maka kendaraan jenis ini tentu juga membutuhkan biaya R&D pula. Apalagi setiap tahunnya terus ditemukan teknologi baru untuk EV, alhasil penelitian pun masih tetap berlanjut.
Perlu diingat, komponen utama pada kendaraan listrik adalah baterai. Sayangnya 40% dari biaya produksi mobil listrik masih bergantung pada harga baterai.
Disatu sisi, harga baterai Lithium-Ion saat ini kondisinya sudah naik 6 kali lipat dibanding tahun lalu. Hal itu lantaran permintaannya sangat tinggi sementara produsen pembuat baterai belum terlalu banyak.
3. Persaingan Belum Ketat
Faktor lainnya soal persaingan di pasar. Lihat saja kondisi di Indonesia, APM yang terjun ke segmen EV baru Hyundai, Nissan, BMW, dan Wuling. Sementara Toyota dan Mitsubishi, baru sebatas menawarkan kendaraan hybrid.
Apalagi Daihatsu yang terkenal dengan produk-produknya dengan harga cukup terjangkau sama sekali belum memasarkan mobil dengan sumber energi terbarukan. Serta Honda yang masih terus andalkan kendaraan bermesin bakar.
Jadi, paham kan kenapa harga mobil listrik mahal?
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Toyota RAIZE S 1.0
15.274 km
2 tahun
Jawa Barat
2021 Kia SONET DYNAMIC 1.5
12.742 km
2 tahun
Java East
2021 Toyota RAIZE GR SPORT TSS 1.0
14.811 km
2 tahun
Banten
2021 Toyota RAIZE GR 1.0
16.422 km
2 tahun
Jakarta
2022 Toyota RUSH S GR SPORT 1.5
14.366 km
1,5 tahun
Jakarta