Ketersediaan nikel membuat banyak perusahaan ingin membangun pabrik baterai EV di Indonesia. Begitu pula Pertamina yang selama ini memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pelumas (oli).
Hal tersebut merupakan langkah PT Pertamina (Persero) untuk berperan secara signifikan dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Demikian diungkapkan Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina melalui keterangan tertulisnya.
Menurut dia, Pertamina memiliki infrastruktur yang bisa dioptimalkan untuk penetrasi EV. Selain itu, perusahaan plat merah ini juga memiliki data segmentasi karakteristik, mobilitas, dan kemampuan membeli dari masyarakat.
Baca juga: Gak Ribet, Beli BBM Pakai MyPertamina Juga Bisa Dapat Poin Buat Ditukar Hadiah
Masih menurut Nicke, keinginan membangun pabrik baterai EV untuk pasar domestik lantaran cadangan nikel di Indonesia yang cukup besar. "Kami yakin dengan cadangan nikel di Indonesia, kami bisa memproduksi baterai dan meningkatkan penetrasi EV," ucapnya.
Komitmen ini kata dia, sejalan dengan rekomendasi yang diajukan oleh Gugus Tugas Energi, Keberlanjutan dan Iklim B20 (Business 20-Task Force Energy, Sustainability, and Climate / B20-TF ESC). Satu diantaranya mengajukan rekomendasi kebijakan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV).
Baca juga: Beli BBM Bersubsidi Tanpa Aplikasi MyPertamina Hanya Dijatah 20 Liter per Hari
Jaringan infrastuktur yang dimiliki Pertamina, sebut Nicke, juga akan mempermudah penyebaran baterai EV untuk kebutuhan masyarakat. Hal tersebut lantaran Pertamina memiliki lebih dari 7.400 SPBU, 6.100 Pertashop, dan 63.000 outlet LPG.
"Pertamina juga siap berkolaborasi dengan pihak lain dari berbagai negara untuk mengembangkan baterai EV dan mengoptimalkan infrastruktur yang dimiliki," lanjut Nicke.
Demi mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik, Pertamina mengajukan beberapa rekomendasi kebijakan. antara lain percepatan penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta meningkatkan ketahanan energi.
Selain itu, Nicke juga menyoroti perlunya pembiayaan, terutama dari negara maju. Mengingat transisi energi ke energi terbarukan membutuhkan investasi modal yang sangat besar. Sehingga diperlukan dukungan investasi dari negara maju.
Baca juga: Viral Pengguna Mitsubishi Pajero Sport Arogan Rusak Mesin EDC di SPBU, Alasannya Bikin Malu!
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Daihatsu TERIOS X 1.5
19.652 km
4,5 tahun
Jakarta
2017 Toyota AGYA G 1.0
10.656 km
6,5 tahun
Jawa Barat
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta