Perkembangan teknologi mobil listrik beberapa tahun belakangan memang begitu pesat. Jika awalnya kendaraan listrik (EV) dinilai cuma cocok buat mobilitas jarak pendek, kini mulai dari mobil sport sampai truk ukuran besar pun sudah dipersenjatai baterai serta motor electric.
Keberadaan teknologi elektrifikasi ini menggantikan peran mesin pembakaran internal (ICE) yang dianggap tidak ramah lingkunagn. Namun ada satu permasalahan yang masih jadi isu paling kuat untuk EV. Yaitu kemampuan baterai untuk menempuh jarak yang mencukupi.
Dengan adanya baterai mobil listrik dengan jarak tempuh cukup jauh, dianggap bisa menghilangkan rasa kekhawatiran para penggunanya. Apalagi charging station tentu saja saat ini di hampir seluruh negara, belum sebanyak stasiun pengisian bahan bakar (SPBU).
Baca juga: Males Ribet Charger Mobil Listrik, Biarkan Robot Ini yang Bekerja
Berbagai produsen otomotif saat ini pun seakan berlomba menciptakan kemampuan jarak tempuh terjauh untuk sebuah EV. Bahkan sejumlah produsen Cina, seperti Zeekr, bisa membuat mobil electric dengan daya tempuh hingga 1.000 km.
Namun ternyata kondisi ini dianggap bukan hal paling krusial untuk memecahkan masalah baterai EV. Justru yang terbaik adalah bagaimana kecepatan charger baterai mobil tersebut ketika dibutuhkan.
Setidaknya itulah yang diungkapkan Jeffrey Guyton, Chief Executive Mazda USA. Ia merasa skeptis terhadap kendaraan listrik yang memiliki jarak tempuh sangat jauh. "Saya tidak berpikir itu suatu hal yang benar-benar akan berkelanjutan," katanya dikutip dari Carscoops, Kamis (09/02/2023).
Ia menyebutkan, saat ini sebenarnya pemilik mobil listrik tidak mungkin berkendara lebih dari 500 kilometer (km) dalam sekali perjalanan. Pasti mereka membutuhkan istirahat di tengah perjalanannya. Sehingga sebenarnya saat ia sekali berkendara paling hanya setengah dari total jarak tempuh yang ia butuhkan untuk sampai di tujuan akhir.
Guyton pun menyebut kalau para pemilik EV seharusnya mulai melihat hal yang berbeda pada sebuah kendaraan elektrik. Mereka harus mepertimbangkan pengalamannya memiliki mobil setrum itu dan mencatat apa saja kebutuhan dari kendaraan tersebut.
Hal yang terpenting kata dia, adalah kemudahan melakukan isi daya baterai dirumah, dan cepatnya saat mengisi daya di charging station umum. "Lebih masuk akal untuk menggunakan paket baterai kecil yang lebih ringan tapi dapat mengisi daya lebih cepat secara signifikan daripada kemampuan isi baterai EV saat ini. Apalagi kalau pemiliknya hanya menggunakan di perkotaan dengan jarak tempuh harian cuma beberapa puluh kilometer," sebut Guyton.
Ia pun yakin, Mazda akan bergerak lebih maju untuk menciptakan kendaraan elektrifikasi dengan kemampuan charging lebih singkat. Targetnya yaitu sekitar 25 menit dari kondisi baterai kosong hingga full charge.
Baca juga: Teknologi e-Power di Nissan Kicks Jadi Solusi Hadapi Sulitnya Charging Station
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Mazda CX-5 ELITE 2.5
45.271 km
4 tahun
Jakarta
2021 Toyota FORTUNER VRZ 4X2 2.4
28.559 km
2,5 tahun
Jawa Barat
2019 Mazda CX-5 ELITE 2.5
28.043 km
4 tahun
Java East
2018 Mazda CX-9 2.5
53.282 km
5 tahun
Jakarta
2019 Daihatsu TERIOS X 1.5
19.652 km
4,5 tahun
Jakarta