Transmisi matic saat ini jadi andalan khususnya mereka yang tinggal di kota-kota besar. Karena selain nyaman, mobil matic keluaran anyar juga lebih hemat dalam hal penggunaan bahan bakar.
Untuk diketahui transmisi otomatis pada mobil baru berbeda dengan mobil keluaran lawas. Mobil baru memiliki beberapa jenis mulai dari matic konvensional, CVT (Continuous Variable Transmission), DCT (Dual Clutch Transmission) dan AMT (Automated Manual Transmission).
“Transmisi matic sekarang punya teknologi lebih canggih dan banyak variannya. Begitupun dari segi kualitas berbeda. Umumnya transmisi sekarang banyak mengalami masalah dibanding model lama. Selain pemakaian yang tidak sesuai, masalah timbul karena kualitas sekarang lebih rendah untuk mengejar cost produksi dan teknologi,” ujar Lung Lung, selaku Founder Dokter Mobil baru-baru ini.
Baca juga: Dokter Mobil Buka Bengkel Service Transmisi Matic, Apakah Harganya Lebih Terjangkau?
Ia menambahkan, ciri-ciri transmisi matic rusak salah satunya terasa berat meski pedal gas diinjak pada RPM tinggi. Selain itu, terasa menyentak saat perpindahan tuas dan tuas transmisi bergetar.
“Untuk perbaikan transmisi matic yang rusak umumnya mengganti segelondong atau overhaul. Ganti segelondong memang lebih mudah, tapi lebih mahal. Kalau beli bekas juga lebih mahal dibandingkan overhaul. Kondisi bekas juga tidak menjamin keawetan kalau tidak di overhaul,” tambahnya.
Sebagai contoh Toyota Vellfire, katanya di diler untuk harga baru transmisi maticnya mencapai Rp120 jutaan. “Beli baru Rp120 jutaan, kalau bekasnya Rp45 juta sampai Rp55 juta belum overhaul. Kalau overhaull paling belasan juta sudah menggunakan parts asli tergantung bagaimana tingkat kerusakan,” serunya.
“Jadi kalau dilihat dengan adanya case tersebut, lebih baik melakukan overhaul memakai parts baru asli pabrik, dan lama pengerjaan cuma 3 hari kalau parts yang dibutuhkan sudah ready,” imbuhnya.
Baca juga: Ingat, Segera Ganti Oli Transmisi Mobil Manual Kalau Sudah Muncul Tanda Ini
Bicara mahalnya perbaikan transmisi matic, Lung Lung mengatakan bahwa saat ini CVT dan DCT lah yang paling mahal.
“CVT dan DCT itu buatnya murah, tapi kalau maintnance menghabiskan biaya mahal,” katanya.
Disampaikan Lung Lung juga untuk penggunaan mobil bertransmisi CVT tidak boleh injak gas secara spontan guna menjaga keawetan.
“Kalau sering dibejek belt yang ada di dalam transmisi CVT mudah kendor. Cirinya terasa endut-endutan ketika menambahkan akselerasi atau melepas gas. Tapi bukannya gak smooth, kalau gak smooth bisa jadi body valve atau selenoid bermasalah. Dan untuk pemakaian gas yang tidak diurut paling awet cuma 80.000 kilometer,” ungkapnya.
Mengenai transmisi DCT, Lung Lung mengatakan bahwa biaya yang dihabiskan untuk perbaikan transmisi ini gak kalah mahal dengan CVT bisa mencapai Rp20 juta.
“Kenapa transmisi DCT menghabiskan biaya mahal? Karena spare partnya gak ada atau jarang. Kalaupun ada mahal,” tukasnya.
Baca juga: 5 Teknologi di Mobil Lawas yang Mulai Ditinggalkan, Mulai Dari Lampu Pop Up Sampai Transmisi Manual
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Daihatsu TERIOS X 1.5
19.652 km
4,5 tahun
Jakarta
2017 Toyota AGYA G 1.0
10.656 km
6,5 tahun
Jawa Barat
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta