Jepang boleh saja disebut negara maju yang mampu membuat berbagai teknologi canggih, seperti mobil listrik. Namun begitu, di negeri Sakura, penjualan mobil listrik ternyata tidak selaris yang dibayangkan.
Melansir Wapcar, Kamis (04/05/2023) jika di Jerman catatan penjualan mobil listrik saat ini market sharenya mencapai 18 persen atau setara dengan mobil bermesin diesel, namun di Jepang penjualannya kurang dari satu persen.
Baca juga: Gara-gara Wuling dkk, Penjualan Mobil Listrik di Dunia Meroket dalam 3 Bulan Pertama 2023
Banyak yang menyebutkan, bahwa alasan penjualan mobil listrik tak laris karena ada peran Toyota yang keukeuh ingin mobil hybrid lebih laku. Namun begitu, hal tersebut ternyata dibantah kebanyakan orang Jepang sendiri, karena bukan alasan hybrid mereka enggan membeli mobil listrik.
Lantas apa yang membuat negara dikenal dengan memiliki teknologi canggih dalam hal otomotif ini, namun penduduknya justru enggan menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan seperti mobil listrik?
Baca juga: Mobil Listrik Wuling Mulai Pakai Baterai Buatan Lokal, Harga Air ev Bisa Lebih Murah Lagi?
Nah, berikut ini jadi alasan masyarakat Jepang ogah pakai mobil listrik.
Untuk mengetahui alasan orang Jepang enggan menggunakan mobil listrik yaitu harus memahami gaya hidupnya, dimana tempat tinggal mereka dan bagaimana cara parkir di Jepang.
Di beberapa negara maju seperti Jerman dan Norwegia, mereka memungkinkan memiliki garasi pribadi. Namun banyak juga yang parkir di depan rumah atau parkir di tepi jalan. Alhasil, mereka bisa parkir sembari isi baterai dimana saja.
Baca juga: Sebesar Agya dan Brio, Harga Mobil Listrik BYD Seagull 2023 Lebih Murah dari Wuling Air ev
Hal berbeda dengan di Jepang yang melarang pemilik mobil parkir di sisi jalan. Tak terkecuali saat di wilayah pemukiman. Bahkan bagi orang Jepang, untuk membeli mobil, maka syarat pertama adalah memiliki garasi terlebih dahulu.
Selain itu, Jepang juga dikenal sebagai negara rawan gempa. Maka dari itu sesuai peraturan pemerintah guna melakukan pencegahan, setiap jalan kecil harus steril agar kendaraan darurat bisa melewati untuk evakuasi.
Mereka yang tidak memiliki lahan garasi pribadi, diwajibkan menyimpan mobil di fasilitas parkir berbayar. Adapun rata-rata masyarakat Jepang biasanya tinggal di apartemen atau kondominium. Nah, untuk menyimpan di parkirannya memang tidak mudah.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan lahan yang tersedia agar bisa memarkirkan mobil, mereka harus menggunakan sistem parkir khusus bertumpuk yang diangkat oleh lift khusus. Nah, karena menggunakan parkir bertumpuk dan bergerak sesuai sistem inilah, untuk mengisi daya mobil listrik dianggap tidak memungkinkan.
Menyoal lahan parkir bertumpuk, beberapa developer pembuat tempat parkir dan lift menawarkan solusi pemasangan daya listrik yang terintegrasi dengan mobil saat parkir. Salah satunya produsen lift ternama asal Jepang, IHI, yang menawarkan software power management agar bisa mendistribusikan daya listrik ke baterai dengan cara mudah dan praktis sembari parkir.
Untuk memudahkan pemilik mobil, konsumen memerlukan aplikasi khusus untuk menyetel berapa lama waktu pengisian dan juga pembayarannya. Intinya, di atas kertas jadi solusi kepada masyarakat Jepang agar bisa menggunakan mobil listrik.
Namun yang jadi masalah ternyata ada pada mobil listrik yang dibuat oleh pabrikan, dimana port atau soket pengisian daya listrik kebanyakan terletak pada bagian samping. Seperti halnya mobil listrik Tesla.
Seperti diketahui, semua lift parkir di Jepang, memiliki dimensi yang sangat terbatas. Bahkan, jika terdapat komponen atau bagian mobil melebihi batas maksimal sesuai standar, maka sensor akan membaca dan lift secara otomatis tidak akan bergerak.
Hal inilah yang terjadi jika pistol atau dispenser untuk pengisian daya terpasang di mobil. Ya, karena ada yang menonjol itulah, jadi menyalahi aturan sistem parkir, sehingga hal tersebut tidak bisa optimal digunakan.
Baca juga: Mobil Listrik Wuling Mulai Pakai Baterai Buatan Lokal, Harga Air ev Bisa Lebih Murah Lagi?
Masalah lain yang ada pada mobil listrik adalah bobotnya dianggap terlalu berat dari mobil berbahan bakar, dimana kebanyakan mobil tanpa emisi tersebut beratnya lebih dari 300 kg.
Bagi operator parkir mobil di Jepang, sebenarnya cara untuk mendukung kendaraan listrik di Jepang cukup merenovasi lift mereka agar menjadi lebih besar, sehingga dapat menampung mobil dengan ukuran yang juga lebih jumbo.
Hanya saja solusi untuk membongkar lift menjadi baru supaya bisa menampung mobil listrik dibutuhkan modal yang besar. Namun tidak diimbangi dengan biaya tarif parkir yang masih sama dari sebelumnya. Apalagi, mobil berbahan bakar juga masih perlu lahan parkir.
Menurut data, sebagian besar pengemudi di Jepang 67 persennya adalah wanita, dan mereka memiliki Kei Car sebagai mobil pribadi. Sedangkan untuk laki-laki kebanyakan memilih menggunakan transportasi umum seperti kereta.
Nah, bagi sebagian wanita di Jepang, memasang dan mencabut kabel saat parkir dianggap cukup merepotkan. Apalagi saat kondisi di luar hujan atau cuaca dingin, hal itulah yang jadi masalah dan dianggap tidak realistis. Belum lagi tidak semua pemilik rumah garasinya tertutup.
Itulah beberapa alasan kenapa mobil listrik masih kurang laris di Jepang. Kalau di Indonesia kira-kira apa ya penyebabnya?
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Daihatsu TERIOS X 1.5
19.652 km
4,5 tahun
Jakarta
2017 Toyota AGYA G 1.0
10.656 km
6,5 tahun
Jawa Barat
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta