Di segmen elektrifikasi, penjualan mobil hybrid ternyata jauh lebih tinggi dari pada mobil listrik.
Bahkan berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), wholesales (penjualan pabrik ke dealer) mobil hybrid selama Januari-Juni 2023 tembus diangka 17.305 unit.
Jumlah tersebut 14 kali lipat meningkat dibandingkan tahun 2022 yang tembus 10.344 unit, dan lebih tinggi daripada mobil listrik yang hanya terjual 5.849 unit di semester pertama tahun 2023.
Baca juga: Update Spesifikasi dan Harga Mobil Hybrid di Indonesia, Siapa Paling Murah?
Meski tergolong laris untuk ukuran model mobil yang ramah lingkungan, namun faktanya kendaraan bermesin ganda ini belum mendapatkan hak istimewa seperti mobil listrik atau Low Cost Green Car (LCGC).
Lantas apakah hybrid juga akan mendapat insentif seperti model mobil lainnya yang mengedepankan kendaraan ramah lingkungan?
Menurut Pengamat Otomotif LPEM Universitas Indonesia, Riyanto, kendaraan hybrid sudah seharusnya ikut merasakan nikmatnya pemberian insentif, karena turut mengurangi emisi karbon.
"Saya kira ini bisa dipertimbangkan juga ke hybrid, karena bisa mengurangi emisi sampai 50 persen. Jadi, mobil hybrid layak mendapatkan tambahan insentif,” ungkap Riyanto di sela acara Diskusi bertemakan Otomotif, Ujung Tombak Dekarbonisasi Indonesia, yang digelar Forum Wartawan Industri bersama Kementerian Perindustrian, di Gedung Kemenperin, Selasa (8/8/2023).
Selain itu, lanjut Riyanto, dari sisi harga kendaraan ini memiliki target pasar yang tepat di Indonesia, karena di bawah mobil listrik dan mirip dengan mesin bensin, yaitu Rp200-300 jutaan.
Berbeda dengan mobil listrik, yang saat ini terasa masih sangat mahal, yaitu lebih dari Rp300 jutaan.
Meski terdapat mobil listrik dibanderol di bawah Rp 300 juta seperti Wuling Air ev, namun produk tersebut dianggap bukan untuk pembeli pertama, melainkan pembeli kedua dan ketiga.
Baca juga: Gara-gara Hybrid, Mobil Toyota Buatan Indonesia Semakin Laris di Luar Negeri
"BEV memang bisa menurunkan emisi sesuai target pemerintah. Akan tetapi, bisakah volume penjualan BEV sesuai target pemerintah untuk mengurangi emisi?” kata dia.
Maka dari itu, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) mobil hybrid yang saat ini sama seperti mobil bermesin pembakaran internal yaitu 12,5 persen dan 1,75 persen (total 14,25 persen), banyak disarankan untuk diubah.
Kata Riyanto, mobil hybrid bisa diberikan insentif berupa diskon PKB 7,5 persen dan BBNKB sebesar 1,31 persen sehingga totalnya jadi lebih rendah, yaitu 8,81 persen.
Tak hanya itu, dia juga menyarankan, jika PPnBM mobil hybrid bisa dipangkas sampai 0 persen atau minimal seperti LCGC 3 persen, sehingga konsumen mampu membeli, dan target pemerintah untuk mengurangi polusi tercapai.
Mobil hybrid yang dianggap pantas mendapatkan insentif, ternyata mendapatkan respon positif dari berbagai kalangan. Tak terkecuali dari Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier.
Menurut Taufiek, Kemenperin menjajaki pemberian insentif untuk mobil hybrid, selain PPnBM enam persen sesuai PP 74 Tahun 2021.
"Namun, basisnya bukan pajak, melainkan emisi karbon yang dikeluarkan. Ini akan menjadi tambahan insentif mobil hybrid selain PPnBM 6 persen sesuai PP 74 Tahun 2021. Aturan ini akan dirilis secepatnya," ucapnya.
Taufiek mengakui, mobil hybrid dapat mengurangi emisi secara signifikan. Bahkan, saat ini, ada model HEV dengan emisi mencapai 75 gram/kilometer (km).
Selain itu, penjualan HEV saat ini lebih tinggi dibandingkan BEV, karena alasan sederhana, yaitu masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan pengecasan baterai saat membawa HEV menempuh jarak jauh.
Lain halnya dengan mobil listrik, konsumen harus memperhitungkan daya baterai dan infrastruktur pengisian di tengah perjalanan.
Sementara itu, Kukuh Kumara menyatakan, sektor transportasi tidak hanya mobil listrik yang dapat menurunkan emisi di Indonesia. Tapi ada inovasi dan teknologi lainnya, yang cocok untuk mengurangi emisi.
“Prinsipnya, Gaikindo mendukung semua pilihan teknologi untuk menurunkan emisi. Soal mana yang lebih disukai, itu diserahkan ke konsumen,” tutup dia.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2022 Toyota CALYA G 1.2
4.994 km
1,5 tahun
Banten
2019 Suzuki ERTIGA GX 1.5
15.040 km
4 tahun
Jawa Barat
2017 Toyota AGYA G TRD 1.0
10.656 km
6,5 tahun
Jawa Barat
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta