Gempuran mobil China rupanya bukan cuma membuat khawatir pabrikan besar Jepang seperti Toyota, namun perusahaan-perusahaan otomotif di Eropa juga dibuat risau.
Bahkan para petinggi produsen mobil di Benua Biru itu beserta para analis industri sepakat untuk mempelajari dan mengejar ketertinggalan teknologi dari merek-merek Tiongkok.
Baca juga: Babak Belur Digempur BYD, Chery, hingga Wuling, Toyota Dekati China
Para pejabat pabrikan mobil di Eropa mengakui jika saat ini mereka tengah memasuki "pertarungan serius" dengan merek China sebab para produsen Asia itu bisa menawarkan produk yang kompetitif.
Pabrikan Negeri Tirai Bambu ini juga dianggap unggul dalam pengembangan teknologi, bahkan Luca de Meo, CEO Renault mengungkapkan jika mereka tertinggal selangkah dari China.
"Saya pikir mereka (produsen mobil Tiongkok) bisa satu generasi lebih maju dari kita. Kita perlu mengejar mereka secepat mungkin," kata de Meo dikutip dari Autofun Thailand.
Baca juga: Daftar Mobil China Terbaru yang Siap Menginvasi Indonesia, Nggak Kalah Hebat dari Jepangan
Selain di wilayah Asia termasuk Asia Tenggara, merek-merek China seperti BYD, Nio, Geely, dan Chery ini juga mulai menyerbu pasar otomotif di Eropa.
Data menunjukkan 8% penjualan mobil listrik di Eropa berasal dari merek China, angka ini naik dari 6% tahun lalu dan juga lebih besar dari tahun 2021 yang hanya tercaat 4%.
Kemudian di ajang Munich Motor Show 2023, dihadiri oleh 41% perusahaan mobil yang berkantor pusat di Asia.
Perusahaan asal Tiongkok, seperti BYD, Xpeng, dan produsen baterai seperti CATL ambil bagian di pameran otomotif yang berlangsung di Jerman pada 5-10 September 2023 tersebut.
"Motor Show di Jerman dulunya merupakan panggung untuk menampilkan potensi pabrikan mobil Jerman, namun kini menjadi ajang unjuk gigi pabrikan mobil dari seluruh dunia, terutama dari Tiongkok," kata Oliver Wieman, analis di Fabian Brandt.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa penetrasi perusahaan mobil listrik Tiongkok ke pasar Eropa telah menimbulkan kekhawatiran yang pada akhirnya akan menyebabkan produsen mobil lokal kehilangan pijakannya.
"Eropa harus berhenti bersikap naif dari sudut pandang makroekonomi," kata Gill Le Borge, Chief Engineer Renault.
Sementara itu, Ola Kallenius, Chief Executive Officer Mercedes-Benz mengatakan pasar sedang mengalami transformasi besar.
"Tidak ada yang bisa kami lakukan selain fokus pada pelanggan," tambah Kallenius.
Baca juga: 4 Produsen Mobil China dan Eropa Kepincut Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}