Sopir truk dan bus merupakan kunci keselamatan berkendara ketika alat transportasi komersial ini tengah melaju di jalan raya.
Meski sudah menggunakan kendaraan dengan teknologi terkini yang punya fitur keselamatan lengkap, namun jika pengemudinya tidak paham teknik berkendara yang aman, maka kasus kecelakaan yang melibatkan truk dan bus akan selalu tinggi.
Padahal menciptakan sopir truk maupun bus yang profesional dan memahami pentingnya keamanan dan keselamatan di jalan raya adalah hal yang penting bagi sebuah perusahaan khususnya yang bergerak di bidang jasa transportasi.
Sehingga setiap perusahaan sudah sepatutnya menjadikan para driver ini sebagai aset berharga yang harus mendapat perlakuan serta pelatihan keterampilan yang layak.
"Tapi di satu sisi, suplai pengemudi truk yang bisa atau mumpuni dengan kapasitas serta kecakapan berkendara yang diharapkan oleh perusahaan masih kurang. Bahkan kondisinya sekarang adalah jika satu perusahaan punya 10 unit truk atau bus sopir yang tersedia hanya 8-9, sehingga beberapa unit mobilnya ada tidak beroperasi," sebut Susilo Darmawan, Sales Director PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI).
Kondisi yang demikian, sebut Susilo yang pada akhirnya akan membuat perusahaan tidak mendapat keuntungan pendapatan yang maksimal. Sementara di pihak pengemudi, mereka fisiknya cenderung terkuras lantaran harus bekerja jauh melebihi kapasitas jam kerjanya.
"Kalau kita lihat realitanya, sopir-sopir truk itu jam kerjanya gila-gilaan. Mereka mungkin takut untuk izin lebih dari 4 hari kalau misalnya sakit, karena bisa tidak dapat gaji. Kalau sudah begini akhirnya mereka tidak mempedulikan keselamatan di jalan," ucap dia ketika ditemui di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024.
Pieter Andre selaku Division Head of Hino Training and Network Development PT HMSI juga menambahkan, kondisi jam kerja dari para sopir truk dan bus di Indonesia mengakibatkan menurunnya tingkat konsentrasi berkendara selama di jalan.
"Kita baru-baru ini menemukan fakta, kalau fatigue (tubuh merasa sangat lelah) juga ternyata menjadi masalah pada sopir truk akibat manajemen waktu kerja. Tapi kemudian masalah berikutnya adalah ketika mereka coba mengurangi jam operasional, kondisi jumlah pengemudi di perusahaan itu kekurangan orang sehingga tidak ada yang menggantikan," kata dia di ICE BSD City, Rabu (24/7/2024).
Berdasar dari "kelangkaan" pengemudi kendaraan komersial besar di Indonesia yang kurang paham tentang perilaku berkendara aman di jalan inilah yang kemudian melandasi Hino Indonesia membuat sebuah pelatihan berkendara untuk para sopir truk dan bus.
Bertempat di GIIAS 2024, HMSI memperkenalkan sebuah program baru bertajuk Hino Driving School yang merupakan pusat pelatihan dari Hino, untuk mencetak pengemudi profesional dan berstandar kompetisi tinggi bagi para pelanggan Hino khususnya dan juga perusahaan transportasi lain pada umumnya.
Sehingga sebagai perusahaan yang menyediakan solusi transportasi terpercaya secara menyeluruh, Hino bukan saja menyediakan kendaraan transportasi massal seperti bus dan kendaraan komersial dengan kualitas terbaik, namun juga memikirkan para pengemudi kendaraan-kendaraan ini yang bisa menggunakannya dengan aman di jalan.
Baca juga: Hino Luncurkan Light Duty Truck 6x2 Pertama di GIIAS 2024, Solusi Transportasi di Indonesia
Ahmad Wildan selaku Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) menyebutkan, meski populasi kendaraan jenis truk besar di Indonesia jauh lebih sedikit dibanding kendaraan roda empat tipe penumpang (passenger car), namun ternyata jumlah kecelakaan di jalan raya yang melibatkan truk, menjadi yang terbesar kedua.
"Dari 150 ribuan kasus kecelakaan 27 ribu lebih melibatkan kecelakaan truk. Angka kecelakaan tertinggi di Indonesia melibatkan sepeda motor. Wajar karena populasi motor juga sangat banyak. Tapi untuk truk, dengan populasi hanya seperempat kendaraan penumpang, jumlahnya ada di posisi kedua. Sementara posisi ketiga datang dari kecelakaan bus, yang jumlahnya juga jauh lebih sedikit dari mobil," sebut Wildan.
Lebih lanjut ia menuturkan, ruas jalan di Indonesia juga ikut menjadi penyumbang tingginya kasus kecelakaan lantaran banyak yang dibangun ketika regulasi tentang jalan dan lalu lintas belum dibuat.
Akibatnya banyak jalan yang kondisinya dibuat asal-asalan, karena memang saat itu peraturan bakunya belum ada. Lantas yang terjadi kemudian ketika pengemudi tidak bisa mengantisipasi kondisi jalan yang tidak sesuai regulasinya maka akan timbul kecelakaan.
Contohnya ketika ada pengemudi truk tronton berpenggerak 6x2 menemui kondisi jalan tidak rata, maka kendaraan itu tidak bisa melaju dengan baik karena yang bersentuhan dengan permukaan jalan hanya roda sumbu satu dan tiga, semenara truk tersebut yang bergerak roda sumbu 2.
"Misalnya seperti jalan di Sitinjau Lauik di Sumatera Barat sana, kondisi jalan karakternya menikung tajam kemudian menanjak. Kalau ada truk yang hanya sumbu roda satu yang bergerak, sudah pasti tidak bisa jalan. Jadi ini bukan soal torsi truk yang kurang tapi memang ban tidak mendapat traksi yang cukup karena tidak nempel ke aspal," jelas dia.
Kemudian sebaliknya, pada kondisi jalan turunan tajam, maka pengemudi yang tidak paham tentang kontur daerah tersebut, akan melakukan pengereman berulang-ulang, sementara posisi transmisi ada di gigi tinggi. Pada akhirnya menimbulkan kasus rem blong.
"Banyak sekali sopir yang di turunan pakai gigi 5 atau 6 atau malah di netral kemudian di rem-rem terus, ya lama-lama rem blong. Itu bukan salah truknya tapi sopirnya yang tidak paham teknik berkendara," ucap dia.
Untuk itulah, setiap sopir truk dan bus di Indonesia sebaiknya memiliki empat aspek yang selalu diperhatikan. Pertama soal Safety Driving, yakni memahami bagaimana berkendara yang aman seperti menjaga kecepatan, menjaga jarak dengan kendaraan lain dan sebagainya.
Kemudian pengemudi juga harus paham teknik Defensive Driving yaitu kondisi dimana pengemudi harus tahu persis apa saja yang harus dilakukan saat sebelum mulai mengemudi, ketika mengemudi, dan sesudah mengemudi.
Contoh ringan saja, menurut Wildan sebelum mulai aktifkan starter mesin, pengemudi wajib klakson 1-2 kali. Kemudian ketika mau mulai majukan kendaraan klakson lagi 1-2 kali. Dan ketika mau mundur klakson lagi 1-2 kali, serta di perempatan jalan klakson juga 1-2 kali.
Karena kita tidak tahu apakah ada kendaraan lain atau objek lain disekitar truk, mengingat blind spot kendaraan ukuran besar seperti turk maupun bus jauh lebih besar dan lebar dibanding mobil penumpang lain.
Lantas pengemudi juga harus menerapkan Disiplin selama berkendara, dan kondisi tubuh wajib Bugar. "Hal-hal seperti ini kan yang gak ada sekolahnya. Jadi memang harus dibuat pelatihan khusus," ucap dia.
Baca juga: Hino Hapus Nama Ranger dan Dutro dari Peredaran, Kenapa?
Mengenai kurangnya kualitas dan kemampuan berkendara yang aman dari pada sopir truk dan bus di Indonesia juga diakui oleh Pieter. Menurutnya, berdasarkan data Korlantas sepanjang 2023, total kecelakaan lalu lintas mencapai 152.008 kasus, dengan korban meninggal dunia mencapai 27.895 jiwa.
Dari data kasus kecelakaan itu, ternyata faktor paling dominan yang menyebabkan kecelakaan di jalan raya adalah human error. Dan jumlah kecelakaan yang melibatkan truk dan bus adalah yang terbesar setelah kecelakaan sepeda motor.
Karena itulah sejak 27 Januari 2022, Hino Indonesia sudah melakukan program Hino Total Support Customer Center (HTSCC). Pelatihan yang berlangsung di Purwakarta itu demi mencetak pengemudi truk dan bus dengan sejumlah pelatihan berkendara baik secara praktek di sirkuit yang sudah disiapkan maupun pelatihan dalam kelas
Namun program yang juga bekerja sama dengan KNKT dan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) itu kemudian berubah menjadi Hino Driving School yang bukan saja memberikan pelatihan kepada pengemudi, tapi juga kepada mekanik.
Untuk pelatihan pengemudi tetap dilaksanakan di pabrik Hino Indonesia yang ada di Purwakarta, Jawa Barat. Sementara pelatihan mekanik ditempatkan di Hino Training Center yang ada di Jatake, Tangerang.
Metode pelatihan yang digunakan di Hino Driving School menggabungkan antara teori dan praktek. Dengan komposisi 25 persen teori dan 75 persen praktek. Selain itu pelatihan praktek bukan cuma siang hari tapi juga malam hari, untuk mensimulasikan kondisi berkendara dengan penerangan yang terbatas atau situasi darurat.
Sementara kurikulum yang diajarkan antara lain:
Program Hino Driving School sendiri terbuka untuk para pelanggan Hino, perusahaan, dan juga umum dan peserta program Pra Kerja. Syarat untuk ikut program ini hanya memiliki SIM A atau B1 yang masih aktif ketika mendaftar.
Pieter menyebutkan, hingga Juli 2024, sudah ada 166 peserta yang mendaftar ikut pelatihan pengemudi bus dan truk. Satu diantaranya dari perusahaan jasa transportasi bus, Primajasa.
Baca juga: Mengenal Hino AK, Bus 'Pelari' Bermesin Depan yang Jadi Andalan Perusahaan Otobus Jawa
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
{{variantName}}
{{expSellingPriceText}}
{{carMileage}} km
{{registrationYear}} tahun
{{storeState}}