Insentif mobil hybrid di Indonesia memang terus digaungkan oleh berbagai pihak. Termasuk juga Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) selaku asosiasi para produsen kendaraan bermotor roda empat atau lebih di Tanah Air.
Pasalnya, usulan mengenai insentif mobil hybrid Indonesia ini sudah diungkapkan oleh Agus Gumiwang Kartasasmita selaku Menteri Perindustrian Republik Indonesia (Menperin RI). Menurut Menteri, usulan itu bahkan sudah ia teruskan kepada pihak Presiden Prabowo Subianto. Dan saat ini sedang dalam pembahasan lebih lanjut.
Namun Agus yang sempat ditemui di ICE BSD City, Tangerang akhir November 2024 belum mau merinci, akan seperti apa bentuk insentif mobil hybrid tersebut. Apakah dengan pemberian PPN 0% seperti halnya insentif untuk mobil listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV).
Atau bentukannya berupa penurunan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah), atau pakai mekanisme seperti yang pernah diterapkan untuk program Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) atau yang kita kenal dengan istilah LCGC (Low Cost Green Car).
Harapan akan ditetapkannya insentif mobil hybrid ini pun juga dinanti pihak Gaikindo. Jongkie D. Sugiarto selaku Ketua I Gaikindo mengaku kalau ia berharap insentif ini akan segera diputuskan pemerintah RI.
"Kita sih berharapnya segera diputuskan insentif mobil hybrid dan plug-in hybrid ini. Ya mungkin walaupun tidak sama dengan insentif untuk BEV, tapi setidaknya yang hybrid ini diberi insentif juga," sebut Jongkie saat ditemui di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Selasa (10/12/2024).
Baca juga: Indonesia Ogah Kasih Insentif Mobil Hybrid, Pabrikan Otomotif Kabur ke Negara Tetangga
Lebih lanjut Jongkie juga menuturkan, sebenarnya kalau berkaca pada insentif yang diberikan pemerintah untuk kendaraan listrik berbasis baterai dengan alasan melihat dampaknya pada pelestarian lingkungan, maka hal itu juga sedikit banyak sudah terpenuhi oleh kendaraan hybrid.
"Kalau sampai tidak jadi dapat insentif ini kan jadi aneh, masalahnya mobil-mobil hybrid ini sudah memenuhi 5 kriteria untuk bisa dapat insentif berdasarkan kriteria yang sama dengan insentif untuk EV," sebut dia.
Adapun kelima kriteria itu disebutkan Jongkie sebagai berikut:
Mobil hybrid tentunya bisa jauh lebih irit bahan bakar dibanding mobil dengan sistem ICE (Internal Combustion Engine). Mengingat dengan keberadaan motor dan baterai listrik, pada keadaan tertentu, tugas mesin bakar bisa distop, untuk kemudian peranannya diganti motor electric yang pakai sumber tenaga dari baterai. Alhasil, kebutuhan akan bahan bakar juga dapat dihentikan dalam waktu tertentu.
Sama seperti kendaraan listrik murni, pada saat sistem motor elektrik dan baterai listrik bekerja di mobil hybrid, maka otomatis tidak ada polusi udara sedikit pun yang dihasilkan kendaraan tersebut.
Berbeda dengan mobil listrik murni yang sangat tergantung pada charging station, mobil hybrid masih memiliki mesin bakar internal. Mesin ini akan berfungsi menggantikan peranan motor electric ketika dibutuhkan.
Selain itu, ada juga sistem regeneratif, yang memungkinkan daya listrik baterai bisa terisi secara otomatis pada saat kendaraan memperlambat laju atau melakukan pengereman. Alhasil mobil hybrid tidak butuh charging station sedikit pun, yang saat ini infrastrukturnya masih sangat kurang, terutama di daerah pelosok.
Lebih lanjut Jongkie juga menceritakan, jika ongkos produksi untuk mobil hybrid atau PHEV masih jauh lebih murah ketimbang biaya produksi mobil listrik murni. Dengan biaya produksi yang lebih rendah ini, maka bisa membuat harga mobil hybrid lebih murah dibanding mobil BEV.
Mobil hybrid karena masih menggunakan mesin bakar internal yang disandikan motor electric dan battery, maka beberapa komponen seperti mobil ICE tetap ada. Misalnya radiator untuk pendingin mesin, oli mesin, filter oli, sampai sistem knalpot.
Mengapa alasan ini penting dan wajib jadi bahan pertimbangan pemerintah, kata Jongkie, sebab dengan masih terpasangnya komponen-komponen itu, maka industri yang memproduksi komponen pendukung tadi masih tetap bisa berjalan.
"Jangan sampai apa yang terjadi di Thailand sebagai efek populasi kendaraan listrik, terjadi pula disini. Bisa mati semua itu industri-industri pendukung, kalau pemerintah maunya semua mobil jadi mobil listrik. Nantinya yang ada malah pengangguran dimana-mana," jelas Jongkie.
Baca juga: Toyota Mau Bikin Mobil Hybrid Sejuta Umat?
Rencana akan digulirkannya insentif mobil hybrid di Indonesia ini rupanya juga sedang ditunggu oleh PT Chery Sales Indonesia (CSI). Sebab mereka sudah menyiapkan setidaknya satu mobil hybrid untuk pasar dalam negeri.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Zeng Shuo sebagai Assistant President Director CSI. Menurut dia, Chery secara global memiliki lini produk yang lengkap, mulai dari ICE, EV, HEV, dan PHEV. "Dan semuanya bisa kita masukkan ke Indonesia jika memang permintaannya ada," sebut dia.
Dirinya bahkan menegaskan, tahun depan, Chery akan mulai memperkenalkan Jaecoo sebagai sub brand premium dari pabrikan ini. Adapun satu dari beberapa produk Jaecoo yang hadir untuk pasar Indonesia, juga ada yang berteknologi hybrid dan PHEV. "Tahun depan kita ada model hybrid, jadi mari kita sama-sama tunggu insentif mobil hybrid itu," ucap Zeng Shuo.
Sementara itu Jongkie yang mewakili pihak Gaikindo juga mengapresiasi apa yang dilakukan Chery selama ini di Indonesia. Sebab pabrikan yang berkantor pusat di Wuhu, China itu menunjukkan komitmennya terhadap pasar otomotif di dalam negeri.
"Kenapa saya yakin dengan brand yang satu ini, karena pertama, mereka sejak awal datang, langsung mau merakit mobilnya disini. Jadi tidak semata-mata datang dengan unit CBU, tapi mereka mau langsung CKD," tuturnya.
Keputusan untuk melakukan perakitan secara lokal ini, menurut Jongkie, adalah satu bentuk komitmen jangka panjang yang sudah ditunjukkan oleh Chery sedari awal. Sebab proses CKD (Completely Knock Down) atau bahkan produksi utuh di Indonesia tentunya membutuhkan investasi yang besar.
"Selain itu kalau mereka punya fasilitas CKD atau produksi, berarti ada transfer teknologi yang terjadi. Kemudian membuka lapangan kerja juga. Dan itu mereka lakukan sejak awal, makanya saya sangat apresiasi kepada Chery," kata Jongkie.
Lantas dari segi lini produk, Chery juga cukup komplit menyajikan pilihan kepada para konsumennya di Indonesia. Ada model yang tetap pakai mesin bakar internal (ICE), ada yang full electric (BEV), dan nantinya ada yang hybrid (HEV) serta Plug-in Hybrid (PHEV).
Hal lain lagi yang menurut dia Chery cukup istimewa adalah langkah ekspor yang sudah dilakukan pabrikan ini. Padahal usianya baru sekitar 1,5 tahun di Indonesia, namun sudah mampu menetapkan Indonesia sebagai basis produksi untuk unit kendaraan negara lain.
"Coba, jarang ada merek otomotif yang baru setahun lebih sudah berani ekspor. Sekarang ke Vietnam nantinya menyusul ke negara lain. Saya lihat Chery ini punya visi besar di negara ini," terang Jongkie.
Baca juga: Pemerintah Pastikan Tak Ada Insentif Tambahan untuk Mobil Hybrid
Selain menyiapkan model-model baru untuk tahun depan, Chery Indonesia juga terus melakukan perluasan jaringan dealer resminya. Kali ini menggandeng PT Bina Sarana Pradipta (BSP), Chery resmikan dealer di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Ini merupakan dealer ke-40 Chery yang diresmikan sepanjang tahun 2024. Sementara Sunter dipilih karena kawasan ini dinilai strategis dan perkembangannya cukup pesat untuk wilayah Jakarta Utara.
Berlokasi di Jl. Danau Sunter Barat Blok A4 No.6, Sunter, Jakarta Utara, dealer ini hadir dengan layanan 3S (Sales, Service dan Spare Parts). Berdiri di atas lahan seluas 1.460 m2 dan luas bangunan 900 m2, Chery BSP Sunter mempunyai area showroom yang luas untuk memajang lini produk Chery seperti Tinggi 5X, Tiggo 8 Series, Omoda 5 Series, Omoda E5, dan model terbaru yaitu Chery J6.
Kemudian ada juga area bengkel yang modern dengan standar Chery Indonesia, hingga tersedia area suku cadang lengkap sebagai one-stop solution bagi pemilik kendaraan Chery. Dealer ini juga memiliki layanan perawatan dan perbaikan kendaraan listrik Chery. Selain itu ada juga charging station yang bisa digunakan oleh konsumen Chery Omoda E5 dan Chery J6.
Sampai Desember 2024, Chery terhitung sudah memiliki 50 jaringan dealer di seluruh Indonesia. Dan rencananya, tahun depan akan ditingkatkan menjadi 80 dealer.