Ya, kalau kita bicara SUV kelas medium yang berkonfigurasi 7 penumpang dan bermesin diesel, maka tak bisa lepas dari nama besar Toyota Fortuner atau Mitsubishi Pajero Sport.
Kedua SUV ladder frame itu seakan mendominasi penjualan, dan populasinya begitu masih di jalan-jalan seluruh pelosok Nusantara.
Lantas sanggupkah Ford Everest 2023 mematahkan dominasi duet Fortuner dan Pajero Sport di segmen SUV ladder frame 7 seater?
Harga Ford Everest 2023 Lebih Tinggi dari Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport
Kalau menilik harga jula dari Everest terbaru ini, pihak RMA Indonesia yang kini bertindak selaku distributor mobil-mobil Ford, memasarkannya antara Rp778 juta - Rp871 juta.
Tapi jika dibandingkan harga Toyota Fortuner, tipe terendahnya masih ada di Rp556,3 juta sementara untuk varian tertinggi Rp728 jutaan.
Lantas harga Mitsubishi Pajero Sport juga ternyata masih lebih murah dbanding Everest 2023, mengingat Mitsubishi menbanderolnya direntang Rp577,6 juta sampai Rp735 juta.
Itu berarti ada selisih harga Rp143 juta antara Everest dengan Fortuner, dan Everest juga lebih mahal Rp136 juta dari Pajero Sport.
Menanggapi harga yang lebih mahal ini, Yanto Mardianto sebagai General Manager Sales and Marketing RMA Indonesia mengamini jika banderol untuk Everest 2023 masih di atas rival-rivalnya dari Jepang.
"Memang benar, kalau dibandingkan kompetitr, harga Everest lebih tinggi, tapi kita tawarkan opsi-opsi yng jauh sekali dari rival Jepang," sebut Yanto.
Contohnya soal kekuatan mesin, Everest memiliki daya maksimum 210 PS dengan torsi 500 Nm, sementara Fortuner 2.8 cuma di 204 PS meskipun torsinya sama-sama 500 Nm.
Untuk kekuatan mesin 4N15 MIVEC Turbocharged milik Pajero Sport juga hanya berdaya puncak 181 PS dengan torsi maksimum 430 Nm.
Belum lagi sejumlah fitur dari Everest juga tak dimiliki duet Jepang tersebut, antara lain headunit 10,1 inci yang diposisikan vertikal lengkap dengan Apple CarPlay dan Android Auto, serta panoramic sunroof.
"Fitur safetynya juga cukup mumpuni, karena kita sudah punya Adaptive Cruise Control dan Blind Spot Monitoring, jadi itulah kenapa harganya bisa lebih mahal," tukas Yanto.
Menggeluti bidang jurnalistik otomotif sejak 2009 selaras dengan hobinya dalam memodifikasi mobil. Apalagi karakteristik yang berbeda dari setiap kendaraan yang dibuat oleh masing-masing pabrikan, terus menumbuhkan minatnya di dunia otomotif hingga saat ini.