Indonesia Bisa Jadi Tempat Sampah Mobil Bekas dari Negara Lain Jika Tak Segera Beralih ke EV
Prasetyo · 27 Des, 2023 16:01
0
0
Peralihan ke mobil listrik dari mobil dengan mesin pembakaran internal (ICE) yang menggunakan bahan bakar fosil, mau tidak mau harus kita hadapi dan lakukan dengan cepat.
Berbagai kebijakan terkait mobil listrik dan motor listrik saat ini pun terus digenjot oleh pemerintah Indonesia.
Mulai dari membuka peluang kepada seluruh pabrikan otomotif yang hendak memproduksi EV (Electric Vehicle) secara lokal, sampai memberi insentif bagi konsumen yang mau membeli mobil listrik.
Tujuannya adalah mencapai target Nasional untuk netralitas karbon pada tahun 2060 yang menggandeng semua pihak untuk saling bersinergi.
Dan kondisi yang hampir mirip juga saat ini telah berlangsung di sejumlah negara maju di belahan benua yang lain, seperti Eropa dan Amerika.
Namun untuk negara-negara yang masih menolak untuk peralihan kepada penggunaan EV, berhati-hatilah untuk dijadikan sasaran impor mobil bekas yang memiliki kadar emisi tinggi.
Negara Bisa Jadi Tempat Pembuangan Sampah Mobil Bekas
Peringatan ini dikeluarkan oleh Carbon Tracker, sebuah organisasi lingkungan yang berbasis di London, Inggris.
Menurut tim riset mereka, Eropa, Amerika, bahkan China sudah memperketat aturan mengenai kadar emisi dan penggunaan bahan bakar fosil kepada seluruh pabrikan otomotif.
Bahkan pemerintah di negara-negara tersebut secara tidak langsung memaksa masyarakatnya untuk bealih ke mobil listrik dengan memberikan sejumlah peraturan dan insentif.
Para produsen yang sudah sejak lama berinvestasi dan memiliki fasilitas perakitan di negara-negara itu mau tidak mau wajib mengikuti aturan main yang sudah ada.
Masalah baru pun akan timbul dalam waktu dekat, yaitu bagaimana "menyingkirkan" mobil-mobil yang masih menggunakan sistem ICE bahkan memiliki kadar emisi gas buang yang jauh di atas ambang minimal yang telah ditetapkan oleh negara.
Tentunya para produsen ini tidak mau rugi terlalu jauh akibat biaya produksi yang telah mereka keluarkan untuk kendaraan-kendaraan tersebut.
Alhasil mereka akan menjadikan negara-negara yang belum memiliki kebijakan terkait pengurangan karbon sebagai tempat untuk menyingkirkan mobil-mobil dengan teknologi lawas tersebut.
Australia, Asia Tenggara, dan India Jadi Targetnya
Carbon Tracker menyoroti beberapa negara yang bakal menjadi tujuan para produsen otomotif global untuk membuang kendaraan dengan emisi tinggi.
Diantaranya Australia, India, Rusia, dan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand atau Malaysia.
Negara-negara ini dibidik sebagai tempat sampah mobil bekas bermesin bensin dan diesel jika mereka terlihat stagnan atau tidak melakukan upaya apapun untuk menyediakan kesempatan lebih besar bagi pertumbuhan kendaraan ramah lingkungan.
Selain itu, negara-negara tersebut juga diprediksi akan sulit untuk meminta kuota impor dari negara-negara yang sudah besar dalam hal kendaraan elektrifikasi.
Sebab mereka tentu telah memikirkan pula mengenai kebijakan daur ulang komponen elektronik pada EV, seperti baterai, yang lebih insentif, sehingga tidak akan terjadi dampak buruh mobil listrik bekas di dalam negeri.
Makin Miskin Akibat Biaya Impor BBM Terus Melonjak
Selain jadi sampah mobil bekas, negara-negara yang belum atau tidak mau beralih ke EV juga diprediksi bakal semakin membengkak anggaran pengeluaran tahunannya.
Afrika misalnya, saat ini rela menghabiskan lebih dari USD80 miliar per tahun atau kira-kira Rp 124 triliun) hanya untuk impor bahan bakar minyak (BBM).
Carbon Tracker pun memberikan saran agar pemerintah negara-negara itu mempercepat kebijakan transisi ke kendaraan lebih ramah lingkungan.
Misalnya dengan mengurangi atau menghapus pajak untuk mobil listrik, dan mendukung investasi produsen mobil listrik di dalam negeri.
Gimana, masih merasa Indonesia belum butuh mobil listrik? Atau rela jadi tujuan tempat sampah mobil-mobil dari AS yang ber-cc besar dan peminum bensin?
Menggeluti bidang jurnalistik otomotif sejak 2009 selaras dengan hobinya dalam memodifikasi mobil. Apalagi karakteristik yang berbeda dari setiap kendaraan yang dibuat oleh masing-masing pabrikan, terus menumbuhkan minatnya di dunia otomotif hingga saat ini.