Mobil double cabin seperti Mitsubishi Triton seringkali dicap sebagai 'mobil kuli' karena seringkali digunakan sebagai kendaraan operasional perkebunan dan pertambangan. Hal inilah yang membuat banyak masyarakat yang cenderung memilih SUV medium 7-seater seperti Mitsubishi Pajero Sport. Lantas, apa kelemahan yang membuat penjualan Mitsubishi Triton kalah dari Pajero Sport 2021?
Pajero Sport total meraih lebih dari 39% pangsa pasar di segmen Medium SUV 2.500 CC (4x2 dan 4x4), dengan terjual 1.664 unit selama bulan September 2021. Bandingkan dengan Mitsubishi Triton yang terjual cuma 829 unit selama September 2021. Angka segini cukup untuk mempertahankan posisi sebagai pemimpin segmen Pick-Up 4x4 dengan pangsa pasar lebih dari 62%.
Kemampuan 4X4 di mobil double cabin bisa melibas jalan yang kondisinya kurang baik. Meskipun demikian, pemilik double cabin biasanya tidak menggunakan mobilnya untuk harian. Mobil double cabin biasanya hanya dipakai untuk kegiatan sehari-hari di tengah kota.
Walaupun statusnya sebagai market leader, penjualan Triton dalam sebulan hanya sekitar separuh dari Pajero Sport. Kultur masyarakat kita tidak begitu menggemari mobil pick-up double cabin untuk digunakan sehari-hari. Untuk itu, mari kita ulas lebih jauh apa saja kelemahan mobil double cabin yang membuatnya jadi kurang peminat.
Kelemahan Mobil Double Cabin, Harus Rutin KIR
Di Indonesia, mobil kabin ganda alias double cabin masuk sebagai kendaraan niaga angkutan barang. Ini karena ada bak terbuka di bagian belakang mobil yang fungsinya untuk muatan. Nah, inilah yang membuat mobil double cabin juga harus mengikuti KIR setiap enam bulan sekali.
Departemen Perhubungan mewajibkan KIR untuk kendaraan bak terbuka dan double cabin termasuk di dalamnya. Jadi, ini sedikit merepotkan karena harus menyisihkan waktu seharian untuk melakukan KIR. Untuk proses KIR ini juga tidak gratis, karena pemilik mobil harus mengeluarkan biaya tambahan kembali di luar pajak tahunan.
Uji KIR sendiri wajib dilakukan seluruh kendaraan niaga untuk pemeriksaan kondisi kendaraan secara rutin, demi menghindari kecelakaan lalu lintas karena mobil yang kurang terawat. Pengujian ini meliputi kegiatan pemeriksaan, pengujian fisik mobil seperti lampu, rem, emisi dan sebagainya. Petugas KIR lantas memberikan lembar pengesahan hasil uji.
Kelemahan Pick-Up Double Cabin, Harga Mahal dan Pajaknya Ikut Mahal
Pada umumnya mobil double cabin yang dijual di Indonesia telah memakai penggerak 4X4. Hal ini turut membuat nilai PPNBM jadi sangat tinggi dan berdampak pada harga jualnya yang mahal. Selain itu, kapasitas mesin yang besar dan unit yang diimor utuh jadi salah satu aspek perhitungan nilai jual kendaraan yang mahal tadi.
Perhitungan nilai PPNBM Hal ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor dikenai PPNBM.
Untuk pajak tahunan mobil double cabin ini tergolong mahal, karena mengacu pada harga jual mobil yang juga tinggi. Hal ini juga yang membuat orang enggan memiliki double cabin karena mahalnya soal biaya administrasi.
Body Mobil yang Bongsor, Jadi Kelemahan Mobil Double Cabin Saat di Jalan Sempit
Mobil double cabin biasanya memiliki ukuran yang cukup besar, dan karena lebarnya ini membuatnya kesulitan untuk parkir di perkotaan atau pusat perbelanjaan. Sebagian mobil Double Cabin bahkan memiliki dimensi lebih besar dibanding mobil SUV.
Berbeda dengan pick up biasa yang ukurannya proporsional, double cabin kurang cocok di jalanan kota besar yang sempit dan macet. Mobil jadi sulit bermanuver dan membawa mobil ini jadi harus lebih berhati-hati.
Mobil Double Cabin Seperti Mitsubishi Triton Karakter Suspensinya Cukup Keras, Bikin Kurang Nyaman
Double cabin seringkali disebut sebagai truk, karena punya bak terbuka di belakang. Rupanya karakteristik suspensinya juga mirip dengan truk, yang sedikit keras supaya kuat saat membawa muatan. Konsekuensinya, bantingan suspensi mobil double cabin jelas kurang nyaman, terutama bagi penumpang.
Sebagai mobil berkemampuan off-road, maka karakter suspensi yang cukup keras diperlukan supaya tidak limbung saat mobil diajak berkendara di jalan terjal. Suspensi yang empuk seperti pada sebagian SUV dan kebanyakan MPV jelas tidak cocok bagi double cabin karena membuat limbung.
Kursi Baris Kedua Sempit, Sandaran Tidak Bisa Direbahkan
Kelemahan yang muncul di mobil double cabin ialah pada kursi baris kedua. Ruangnya tak seluas SUV, dan kursinya tidak bisa diatur maju mundur apalagi direbahkan. Alhasil, kenyamanan penumpang pun tidak optimal karena posisi duduk yang fix seperti ini.
Layout kursi yang cukup nyaman hanya ada di baris pertama, baik pengemudi maupun penumpang depan. Kursinya bisa diatur maju mundur dan punya ruang untuk merebahkan sandarannya. Untuk baris kedua sandarannya mentok pada dinding belakang kabin.