Produsen Mobil China Mulai Bikin Pabrikan Eropa Gemetar, Negara Bisa Rugi Ratusan Triliun
Prasetyo · 31 Mei, 2023 12:01
0
0
Serangan produsen mobil China ternyata mulai membuat khawatir sejumlah pabrikan otomotif dari negara lain.
Setidaknya itulah hasil survei yang belum lama ini dipublikasikan oleh Allianz Trade, salah satu perusahaan asuransi dari Jerman.
Dikutip dari Autofun Thailand, dalam laporan riset untuk pasar otomotif di negara tersebut, ternyata kehadiran mobil-mobil listrik dari China, rentan menimbulkan kerugian besar bagi pabrikan Eropa.
Karenanya, pemerintah Eropa beserta indusri otomotif lokalnya, dituntut untuk bertindak lebih nyata dalam menghadapi gempuran mobil China.
Pabrikan Eropa Kalah Saing dengan China
Dalam laporan itu tertulis, kalau pabrikan Eropa saat ini menghadapi setidaknya dua tantangan besar di industri otomotif.
Pertama, terjadinya penurunan penjualan mobil-mobil dari brand Eropa yang dijual di China, lantaran pabrikan lokal mendapat pangsa pasar yang cukup besar.
BYD Atto 3 jadi mobil listrik terlaris di banyak negara
Masalah kedua adalah gempuran ekspor mobil dari Tiongkok ke Eropa yang ternyata juga mengekspansi pasar di Benua Biru.
Guna menghadapai kondisi ini, pemerintah Eropa diharapkan membuat kebijakan baru demi tantangan di industri otomotif.
Misalnya menetapkan tarif impor khusus dari China, serta mewajibkan produsen mobil asal Negeri Tirai Bambu bukan cuma menjual, namun juga turut memproduksi mobil di negara tujuan.
Sementara dari sisi industrinya sendiri, pabrikan di Eropa juga diminta untuk mempercepa perkembangan teknologi oomotif, khususnya untuk EV dan baterai.
Akibat Mobil China, Eropa Bisa Rugi Hampir Rp400 Triliun
Dalam laporan tersebut juga dicurigai beberapa indikasi mengapa pabrikan Tiongkok semakin menguasai pasar di Eropa.
Satu diantaranya akibat perang harga mobil-mobil di China yang membuat para produsen ini lebih memilih ekspor untuk tetap bertahan menjaga penjualan dan keuntungan perusahaan.
Geely Zeekr 001, mobil listrik dengan jarak tempuh terjauh
Dan Pasar di Eropa ternyata dinilai jadi tujuan ekspor yang penting bagi produsen-produsen tersebut.
Masih menurut Allianz Trade, jika kondisi pasar otomotif di Eropa masih dijajah oleh China akibat serbuan impor utuh dari negara asalnya, maka hal itu bisa mengguncang pekonomian negara.
Diperkirakan UE (Uni Eropa) dapat kehilangan pendapatan ekonomi hingga 24 miliar Euro pada tahun 2030.
Angka ini kira-kira setara Rp385,6 tiliun atau 0,15% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di kawasan tersebut.
Adalah Jerman, Slovakia, dan Republik Ceko yang merasakan dampak terburuk dari kondisi ini.
"Industri otomotif di Eropa menghadapi risiko sangat tinggi.nSaat ini empat dari lima mobil yang terjual di Eropa masih buatan kawasan tersbeut, tapi kondisi ini mungkin akan menurun," tulis laporan Allianz Trade.
Invasi mobil-mobil dari Asia ini ternyata juga dialami industri otomotif di Amerika Serikat (AS).
Namun belum lama ini pemerintah setempat langsung memberlakukan US Inflation Reduction Act (IRA).
Undang-undang tersebut diberlakukan demi mengurangi inflasi, caranya dengan mewajibkan para produsen mobil listrik memakai sumber bahan baku dari negara asal ketika memproduksi mobil yang mau dijual di negara tersebut.
"IRA telah menjadi benteng pertahanan terhadap mobil China yang memasuki pasar AS," ulis Allianz Trade.
Kalau di Indonesia, pemerintah membuka lebar para produsen dari Tiongkok ini, syaratnya, mereka wajib berinvesasi untuk membangun pabrik perakitan lokal.
Menggeluti bidang jurnalistik otomotif sejak 2009 selaras dengan hobinya dalam memodifikasi mobil. Apalagi karakteristik yang berbeda dari setiap kendaraan yang dibuat oleh masing-masing pabrikan, terus menumbuhkan minatnya di dunia otomotif hingga saat ini.