Ramaikan Busworld Southeast Asia 2024, Bus Classic Hino Blue Ribbon Ini Punya Spek Unik!
Enda · 16 Mei, 2024 09:30
0
0
Ajang Busworld Southeast Asia 2024 tak hanya menampilkan berbagai bus baru dengan sederet teknologinya, namun juga turut hadir bus-bus klasik.
Terlihat pada pameran auto bus terbesar di Asia Tenggara yang diselenggarakan mulai dari 15 - 17 Mei 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat tersebut, terdapat dua bus classic yang dipajang, yakni Nissan Fuji Coach buatan tahun 1960-an dan Hino Blue Ribbon lansiran 1984.
Menariknya, kedua bus classic yang dipamerkan merupakan kepunyaan Perusahaan Otobus (PO) Sumber Alam yang bermarkas di Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah.
Bicara bus classic Nissan Fuji Coach, bus berukuran medium tersebut merupakan salah satu koleksi PO Sumber Alam yang sudah dilakukan restorasi sebelumnya.
Sedangkan bus classic Hino Blue Ribbon yang ditampilkan baru saja dibeli dari Universitas Advent Indonesia.
"Sebelumnya kan ramai di Facebook postingan tentang bus classic Hino CBU Jepang yang dijual, dan banyak netizen tag ke akun Facebook saya. Netizen menyuruh saya untuk membelinya, karena memang kami (PO Sumber Alam) punya beberapa koleksi kendaraan classic seperti motor, mobil, truk dan bus yang sebelumnya peninggalan ayah saya,” ujar Anthony Steven Hambali, pemilik PO Sumber Alam kepada Autofun Indonesia saat ditemui di pameran Busworld Southeast Asia 2024, Rabu (15/5).
Dikatakan Anthony, awalnya dirinya tidak mau membeli bus classic tersebut.
"Pertama nggak mau beli, ngapain beli mobil antik lagi, tetapi pas lihat unitnya bagus banget dan waktu dengar ceritanya, ini bus istimewa,” ungkapnya.
Bus Classic Hino Blue Ribbon Milik PO Sumber Alam Awalnya Armada Militer Amerika di Jepang
Sebelum dimiliki Universitas Advent Indonesia, bus classic Hino Blue Ribbon yang didatangkan secara utuh dari Jepang tersebut awalnya dimiliki oleh angkatan militer Amerika di Jepang.
"Kalau dengar ceritanya, jadi bus ini awalnya digunakan oleh tentara Amerika yang ditempatkan di Jepang. Makannya dia tempat duduknya tegak. Kalau bus penumpang biasa kan bisa direbahin, kalau ini tegak,” serunya.
Anthony menceritakan, kedatangan bus classic Hino Blue Ribbon hingga sampai di Indonesia melibatkan salah satu dosen Universitas Advent Indonesia.
"Salah satu dosennya itu bule asal Amerika, jadi minta tolong sama temennya yang di sana untuk mendonasikan bus atas permintaan kampus. Mungkin koneksi militer jadinya dihibahkan ke sini, dan kebetulan ini suratnya lengkap," jabarnya.
Bus Classic Hino Blue Ribbon Dibeli Seharga Rp300 Juta
Tertulis pada iklan yang tersebar di marketplace Facebook awalnya bus classic Hino CBU Jepang ini ditawarkan Rp220 juta.
"Di iklan, bus ini ditawarkan Rp220 juta untuk satunya. Dan ternyata ada dua bus yang sama, dan dibeli di angka Rp300 jutaan untuk dua unit. Nah, yang satu kemarin dibeli orang Singapur, dan rencananya paling yang ini kita rapihin kembali ke kondisi orisinilnya. Yang dibeli oleh orang Singapur tadi, rencana juga dititipin ke Sumber Alam,” tambahnya.
Di zamannya, bus Hino Blue Ribbon lansiran 1984 ini memiliki teknologi yang terbilang canggih dan modern.
"Ini ada gorden-nya, AC ada di atas, dan canggihnya punya dua kompresor yang bisa berkerja secara bergantian menyesuaikan stelan suhu. Selanjutnya juga ada fitur pemanas, karena memang di Jepang sendiri terdapat empat musim, dan fitur ini sangat dibutuhkan di sana,” ucap Anthony.
Tidak seperti bus kebanyakan, Hino Blue Ribbon 1984 yang ikut meramaikan Busworld Southeast Asia 2024 menggunakan mesin dengan posisi tertidur.
“Kalau bus pada umumnya memiliki mesin dengan konfigurasi tegak lurus ke atas. Bus ini pakai mesin Hino M10U dengan posisi tertidur seperti sepeda motor bebek,” imbuhnya.
Melansir beberapa sumber, mesin diesel Hino M10U yang digunakan memiliki konfigurasi 6-silinder segaris, 10.000 cc dengan perolehan tenaga sebesar 230 PS.
Jantung pacu dengan struktur RR (Rear-engine Rear-wheeldrive) tersebut dipadukan menggunakan transmisi manual 5-percepatan.
Seorang pengagum otomotif sejak kecil, yang suka mengoprek kendaraan di akhir pekan, membuat penulis semakin cinta pada dunia otomotif. Yang pada akhirnya hoby tersebut membawanya ke dalam dunia pekerjaanya sebagai penulis hingga saat ini.