Usulan Pengamat Agar Penjualan Mobil di Indonesia Lebih dari 1 Juta Unit
Herdi · 21 Feb, 2025 15:03
0
0
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memprediksi penjualan mobil diIndonesia tahun 2025 saat ini belum terlihat akan tembus satu juta unit, bahkan hanya menyentuh angka 900 ribuan.
Tentu saja prediksi ini bukan tanpa sebab. Karena para pengusaha otomotif memang sudah melakukan perhitungan secara internal. Meskipun angka tersebut tidak jauh berbeda dengan tahun 2024 yang mencapai 800 ribu.
Hanya saja, di tahun 2024 penurunan penjualan di Indonesia ada beberapa faktor penyebabnya, seperti adanya pemilihan umum, pemilihan kepala daerah, hingga adanya pelemahan daya beli masyarakat, dan kenaikan suku bunga kredit kendaraan bermotor.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Joshua Pardede, berdasarkan survei yang diketahuinya, pada tahun 2024 meski ada golongan masyarakat yang mengalami peningkatan pendapatan, namun untuk kelas menengah cenderung tidak membuat mereka berminat untuk membeli sebuah kendaraan.
ICMS menggelar acara Dialog Industri Otomotif Nasional yang dihelat di event IIMS 2025
"Kita lihat yang tengah pekerjaan, ada job insecurity, perasaan mungkin kedepannya bisa ter-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), apalagi dengan kondisi ekonomi saat ini," jelas Joshua saat ditemui di sela acara IIMS 2025, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.
Joshua mengakui, bahwa pasar otomotif terbesar di Indonesia berada di kelas menengah, dan kebanyak dari mereka membeli mobil yang harganya di bawah Rp300 jutaan, bahkan masih ada menyentuh kurang dari Rp200 juta, seperti Low Cost Green Car (LCGC).
Karena itu, lanjut Joshua, tak sedikit masyarakat yang berada di golongan level menengah, ingin mencari mobil dengan harga lebih murah dengan spesifikasi, fitur dan teknologi sesuai keinginan. Maka, jalan ninjanya adalah membeli mobil bekas yang harganya bisa di bawah Rp200 juta.
Menurut Joshua, tantang akan selalu ada di sektor otomotif, termasuk di tahun 2025 mulai dari pajak, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen dan pungutan pertambahan pajak menurut persentase tertentu atau Opsen Pajak .
"Pajak di satu sisi, dari Gaikindo juga sudah mengungkapkan bahwa memang dampaknya adalah harga mobil akan cenderung meningkat. Namun kalau kita lihat dampak dari pajak opsen ini, implementasi terkait UU HKPD, pusat berikan keleluasaan kepada pemda untuk berikan fleksibilitas," ucapnya.
Kendati begitu, terkait kebijakan perpajakan kata Joshua pada dasarnya akan berbeda antar wilayah. Ya, di beberapa wilayah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mengalami penurunan harga, namun adanya Opsen justru terjadi penambahan biaya, sehingga hasilnya akan sama saja. Kendari demikian hal itu tidak semua terjadi di daerah.
"Tentunya kalau kita lihat apa dampaknya? Akan ada potensi, harga otomotif naik. Ada insentif hybrid, tapi tentunya kebijakan atau kenaikan harga tentu mempengaruhi untuk kelas menengah," tuturnya.
Ada sejumlah faktor yang membuat masyarakat menahan membeli mobil
Penjualan otomotif nasional bisa dibilang cukup stagnan, karena hanya tembus 1 jutaan unit. Parahnya, dalam beberapa tahun terakhir penjualan kendaraan roda empat justru tak sampai 1 juta.
Berangkat dari kejadian tersebut, Joshua menyebutkan, untuk meningkatkan penjualan otomotif di Indonesia, maka harus ada akselerasi dan kebijakan reformasi struktural. "Nggak bisa stay di 5 persen. Syukur-syukur bisa sama dengan di Vietnam," ucap Joshua.
Dia menuturkan, penurunan penjualan otomotif juga tak lepas dari tinggi pengeluaran masyarakat saat ini. Bahkan sebagian golongan memiliki pengeluaran Rp10 juta per bulan, sehingga tidak bisa menghidupi keluarga, dan terpaksa kerap menggunakan tabungan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bahkan tak sedikit kalangan menengah merasa terbebani, dan lebih memilih menahan membeli mobil, karena harus mengeluarkan biaya yang lebih urgent. Belum lagi, adanya kewajiban masyarakat untuk mengeluarkan dana pribadinya agar digunakan pada BPJS kesehatan, Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), dan potongan lainnya.
Produksi mobil Toyota Yaris Cross
"Harus ada kebijakan pemerintah yang lebih out of the box, supaya investasi tumbuh meningkat, tumbuh usaha baru dan penyerapan tenaga kerja agar pendapatan masyarakat meningkat," terangnya. "Perlu kebijakan ekonomi agar kelas menengah bisa mendapatkan pendapatan meningkat. Purchasing powernya diharapkan juga meningkat," tambahnya.
Maka dari itu Joshua menyarankan, agar kualitas kredit masyarakat dibuat lebih transparan, sehingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa memberikan kelonggaran. "Harapannya, semakin banyak pemain otomotif, maka kompetisi semakin ketat, harganya makin bersaing dan kompetitif," ujarnya.
Sementara itu, Joshua meyakinin, jika pendapatan masyarakat meningkat, maka yang akan terjadi adalah tidak ada gangguan beban hidup.Hal itu tentu akan mendapatkan dukungan kemudahan pembiayaan terhadap masyarakat, yang nantinya jadi lebih mudah untuk melakukan pembelian mobil.
Mengawali karir sebagai jurnalis sejak tahun 2011 di salah satu media massa Nasional Tanah Air. Memiliki ketertarikan untuk membahas bidang otomotif, mulai dari sepeda motor, mobil, hingga bus dan truk.