Waduh Pertumbuhan Kendaraan Bikin Angka Kecelakaan Jalan Makin Tinggi, Korban Meninggalnya Usia Produktif
Herdi · 4 Des, 2022 08:03
0
0
Pertumbuhan angka kecelakaan jalan ternyata beriringan dengan makin meningkatnya jumlah populasi kendaraan bermotor. Walau disatu sisi, pertumbuhan produksi kendaraan juga dianggap jadi bagian penting bagi perekonomian masyarakat dalam kondisi membaik pasca pandemi.
Namun begitu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hendro Sugiatno mengatakan, ketika melihat pertumbuhan kendaraan bermotor, maka jangan hanya dilihat dari sekedar angka, tapi juga termasuk dampak yang bisa terjadi.
"Kendaraan naik ekonomi masyarakat itu makin bagus, itu korelasinya. Tapi korelasi dari pertumbuhan kendaraan adalah pasti akan meningkatnya angka kecelakaan," ungkap Hendro saat mengisi Rapat Kerja Bidang Perhubungan Darat Tahun 2022.
Kata Hendro, meski pada tahun 2021 angka kecelakaan menurun dibandingkan 2019, namun rata-rata angka kecelakaan jalan masih tinggi, yaitu rata-rata 27-30 ribu per tahun.
"Dan yang meninggal adalah usia-usia produktif, yang nantinya ada di Indonesia Emas (100 tahun Indonesia). Korban kecelakaan paling banyak adalah sepeda motor, ini menjadi konsen kita, sehingga langka-langkah kebijakan harus mengarah kesitu," kata Hendro.
Lebih parahnya lagi, karena kecelakaan menyebabkan korban meninggal dunia membuat 62,5 persen keluarganya mengalami kemiskinan. Sedangkan ketika korban mengalami luka berat 20 persen keluarga mengalami kemiskinan.
Selain kecelakaan, Hendro mengatakan, dampak pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi akan menimbulkan permasalahan baru khususnya di perkotaan. Satu diantaranya kemacetan.
"Hasil penelitian jumlah penduduk 60-70 persen itu tumbuh di kota, di Indonesia. Ketika manusia 60-70 persen tumbuh di perkotaan, maka kondisi ini akan memperbesar tingkat mobilitas warga di perkotaan," jelasnya.
Lebih lanjut dia menyatakan, jika mobilitas semakin meningkat dan tidak diimbangin kemampuan suplai dan deman, maka akan menjadi permasalahan di perkotaan.
Untuk mengurangi dampak buruk dari pertumbuhan kendaraan bermotor baik mobil maupun sepeda motor, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Kata Hendro, hal yang perlu diterapkan pertama adalah membangun transportasi yang baik, dengan cara kolaborasi antara kota, kabupaten dengan wilayah di sekitarnya.
"Dalam membangun transportasi, tidak lagi sesuai antara administrasi kota saja, Kepala daerah atau Provinsi, Dinas Perhubungan Kota dan kabupaten berpikir juga dengan kota, kabupaten disampingnya. Sehingga membangun transportasi itu utuh antar kota induk dan kota-kota pendukung di sekitarnya," ujar Hendro.
Hendro mencontohkan, ada beberapa wilayah di Indonesia seperti Kota Jakarta, Kota Bogor, dan Kota Sukabumi, meski sudah menertibkan transportasi umumnya, namun hal tersebut tidak dibarengi dengan kota atau kabupaten di sekitarnya.
"Akibatnya, kesemrawutan dan tatanan transportasi di perkotaan menjadi masalah," ucapnya.
Hendro juga mengatakan, untuk menyiasati munculnya kemacetan, maka disarankan melakukan rekayasa. "Tanpa rekayasa, transportasi di perkotaan dan perkembangannya akan menjadi masalah komplek di masa depan," ucap Hendro.
Maka dari itu, Hendro mengajak berbagai stakeholder ikut berpartisipasi untuk menyelesaikannya secara bersama-sama.
Mengawali karir sebagai jurnalis sejak tahun 2011 di salah satu media massa Nasional Tanah Air. Memiliki ketertarikan untuk membahas bidang otomotif, mulai dari sepeda motor, mobil, hingga bus dan truk.