BRIN Riset Motor Berpenggerak Hidrogen di Indonesia, Biayanya Sampai Ratusan Juta
Ilham · 5 Des, 2021 13:30
0
0
Menyebut kendaraan berpenggerak hidrogen, banyak dari kita mungkin langsung membayangkan mobil-mobil keluaran merek Jepang. Semisal Honda Clarity, Toyota Mirai atau bus Toyota Sora. Karena produsen asal Jepang memang lebih gencar mengembangkan kendaraan dengan sistem fuel cell tersebut ketimbang baterai elektrik.
Komponen fuel cell rumit dan rawan korslet
Namun sistem fuel cell yang dikembangkan di Indonesia oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini justru bukan dihadirkan pada mobil. Tapi pada sebuah motor berbentuk skuter matic.
Sontak hal ini membuat kami penasaran. Apalagi saat motor ini ditemui di sebuah pameran kendaraan listrik beberapa waktu lalu, kondisinya terbilang mengenaskan.
Kondisinya kumal dan absennya bodi eksterior membuat jarang ada pengunjung yang meliriknya. "Nggak berani dicuci, karena komponen kelistrikannya bisa korslet," kata Ganesha Tri Chandrasa, Kepala Program KBL (Kendaraan Berbasis Listrik) Dan Charging Station di BRIN sembari menjelaskan kondisi motor tersebut.
Cara Kerja Rumit Dengan Memanfaatkan Perubahan Energi
Meski menggunakan hidrogen, namun sejatinya skuter bersistem fuel cell ini tetaplah digerakan oleh motor listrik. Sehingga komponen seperti baterai dan motor elektrik masih tetap digunakan. Jadi bukan serta merta memakai hidrogen yang dimasukan ke mesin sebagai pengganti bensin.
Fuel cell stack untuk mengubah hidrogen jadi listrik
Hidrogen sendiri digunakan sebagai bahan pembangkit elektron negatif yang bakal diubah menjadi sumber listrik penggerak motor tersebut. Ubahan dari energi kimia ke energi listrik tersebut membutuhkan komponen bernama fuel cell stack.
Pertama, hidrogen dari tangki khusus masuk ke fuel cell stack. Di komponen yang dilengkapi kisi-kisi udara ini, akan membuat oksigen bertubrukan ke sela kisi tersebut. Efeknya akan mengubah zat tersebut menjadi elektron negatif yang kemudian berubah jadi energi listrik.
Boks penyimpan baterai
Kemudian energi listrik tersebut disalurkan ke kontroler sebagai inti 'otak' motor. Di mana sebaran listrik akan didistribusikan sesuai kebutuhan daya yang dibutuhkan ke kontroler speed dan lampu-lampu. "Serta baterai, jika masih ada energi yang tidak terpakai," kata Ganesh, sapaannya.
Karena baru sebatas riset, motor ini hanya dibekali motor listrik berdaya 500 watt. Serta sokongan baterai 48 volt 5 Ah yang disimpang di boks belakang motor. Urusan performa, Ganesh menyatakan jika daya jelajah motor ini lebih dari 60 km, top speed 55 km/jam.
Motor listrik berukuran kecil
Butuh Komponen Khusus
Meski terlihat apa adanya, ternyata motor hidrogen ini dipersiapkan matang dengan penggunaan komponen-komponen khusus. Seperti penggunaan tabung hidrogen yang didatangkan langsung dari Amerika Serikat dengan standar DOT untuk kendaraan.
Meski bentuknya sangat mungil, bahkan jika dibandingkan dengan botol air mineral 1,5 liter, tapi volumenya terbilang luar biasa.
Tabung bertekanan tinggi bervolume 700 liter
Tabung kecil itu sanggup diisi hingga 700 liter hidrogen dengan tekanan hingga 125 psi. Pengisiannya pun berbeda, karena harus dilakukan di suhu minus 4 derajat Celcius. "Lebih dingin lebih baik untuk pemadatannya," ungkap Ganesh.
Yang namanya riset, tentu biaya yang dikeluarkan tidak bisa ditakar. Apalagi terkait teknologi canggih. Karena itu Ganesh mengaku jika motor tersebut sudah menghabiskan dana hingga ratusan juta rupiah. Karena komponennya masih banyak yang impor.
Harga tabung ini mencapai Rp 86 jutaan
Sebagai catatan, part paling mahal ada di fuel cell stack yang mencapai USD 15.000 (Rp 216 juta). Kemudian tangkinya yang seharga USD 6.000 (Rp 86 juta).