Daftar Fitur Motor Baru Yang Dianggap Mubazir, Cuma Bikin Harga Jadi Mahal?
Harry · 24 Sep, 2021 14:00
0
0
Sekarang ini fitur pada sepeda motor terus berkembang semakin canggih. Setiap pabrikan motor pun seolah berlomba-lomba memberikan fitur terbaru demi memuaskan konsumen dan memberikan nilai lebih pada produk yang dijualnya.
Teknologi yang dulunya dianggap mahal, perlahan-lahan mulai diterapkan pada motor dengan harga murah. Contohnya panel meter full digital yang dulu hanya terpasang pada moge, sekarang malah sudah dipasangkan untuk skutik entry level.
Contoh lain adalah kunci keyless yang awalnya lebih banyak digunakan pada mobil, kini sudah banyak motor yang menggunakannya demi keamanan. Contoh lainnya yakni lampu LED, yang perlahan-lahan sudah menjadi standar dihampir seluruh produk motor keluaran terbaru.
Dari beberapa contoh di atas, fitur canggih selain memberi rasa bangga terhadap tunggangan, juga memberikan rasa aman dan sensasi berkendara menyenangkan. Namun ada kalanya fitur yang dipasangkan dianggap mubazir karena kurang terasa manfaatnya.
Ini karena fitur tersebut tak selalu digunakan atau tak terasa manfaatnya selama motor digunakan. Dan justru fitur ini membuat harga jual motor menjadi lebih tinggi. Lalu apa saja fitur yang dianggap mubazir tadi?
Traction Control
Dengan mayoritas motor yang beredar di Indonesia bermesin 110 cc sampai 250 cc, fitur ini dianggap seperti pelengkap saja. Ini karena sekalipun pengendara membuka gas dengan spontan, roda belakang masih bisa mendapatkan traksi dengan baik.
Respon mesinnya pun tak sebegitu kuat sampai bisa membuat roda belakang jalan di tempat, yang bisa membuat fitur ini aktif, terutama jika motor itu berjenis skutik.
Kecuali jika kondisi jalan yang dilalui licin dan berpasir, namun kondisi seperti ini tak setiap saat dialami pengendara. Sesuai namanya, Traction Control punya tugas menjaga roda belakang tetap mendapatkan traksi dan menghindari selip.
Jika dijelaskan secara singkat, kinerja fitur ini membaca pergerakan roda depan dan belakang lewat sensor. Jika sensor mendeteksi roda belakang berputar tak seirama dengan roda depan, sensor tadi akan mengirim sinyal pada ECU untuk memutus tenaga sampai roda belakang kembali mendapat traksi.
Saat ini fitur Traction Control telah tersedia untuk motor skutik premium seperti Yamaha Nmax 155 2022 atau Honda PCX 160 2022. Pabrikan pun kadang memberi nama berbeda untuk fitur ini, meski secara prinsip kerja masih sama.
Biasanya terpasang pada motor tipe sport, dan syaratnya sudah menggunakan teknologi Ride by Wire. Pengaturan buka tutup gas bukan lagi pakai tali sling, tapi sudah pakai sensor. Inilah kenapa fitur Riding Mode bisa dipasangkan.
Riding mode sendiri punya prinsip kerja mengubah reaksi mesin terhadap bukaan tuas gas. Bahasa mudahnya, ECU memanipulasi bukaan throttle body sesuai dengan Riding Mode yang dipilih.
Misalnya pada Honda CBR250RR yang punya 3 Riding Mode yakni Comfort, Sport dan Sport+. Pada mode Comfort, ECU akan memperlambat reaksi mesin dari putaran tuas gas yang dilakukan pengendara, sehingga penyaluran tenaga lebih halus.
Pada mode Sport, maka bukaan katup throotle body diatur oleh ECU seirama dengan pergerakan tuas gas. Maka pada mode Sport+, bukaan throotle body lebih besar dari bukaan tuas gas yang dilakukan pengendara, sehingga tenaga terasa lebih responsif.
Power Mode
Ramai dibahas usai Kawasaki merilis Ninja ZX-25R tahun lalu, dengan 2 opsi Power Mode yakni F (Full) dan L (Low). Tentunya prinsip kerjanya pun beda dengan Riding Mode ya, secara namanya saja juga sudah berbeda.
Power Mode ini bisa menyesuaikan tenaga mesin yang disalurkan menuju roda. Pada Kawasaki Ninja ZX-25R 2022 tadi, pada model F tenaga akan 100% tersalurkan menuju roda.
Lantas kalau pakai mode L, tenaga yang dikirim menuju roda belakang hanya 80%. Ya seperti memangkas tenaga maksimal motor, dan tujuannya untuk membuat tenaga motor jadi lebih jinak.
Lampu Hazard
Dulu kalau mau punya fitur ini, anak touring harus beli dan pasang modul khusus. Tapi sekarang sudah banyak diterapkan untuk skutik-skutik kecil, seperti skutik Yamaha macam Yamaha Gear 125.
Kalau digunakan secara tepat, fitur ini berfungsi sebagai tanda bahaya ketika motor mogok atau kala berhenti di pinggir jalan. Tapi masalahnya, fitur ini jadi sering diaktifkan terus menerus oleh pengendara alay selama perjalanan.
Akibatnya bukan saja pengendara tersebut terlihat norak, tapi juga membuat bingung pengendara lainnya. Apakah dia mau belok kiri atau kanan, karena lampu seinnya tak berfungsi tergantikan dengan aktifnya lampu hazard.
Kesimpulan
Itulah beberapa fitur yang sebenarnya masih kurang pas untuk dipasangkan pada motor-motor di Indonesia. Tapi bukan berarti itu hal yang buruk, pabrikan tentunya sudah memikirkan matang-matang penggunaan fitur-fitur tadi dengan tujuan yang baik.
Mulai menyukai dunia otomotif sejak masih duduk di bangku SMA. Kecintaannya dimulai dengan mengoprek sepeda motor yang diberikan orangtuanya, dan terus mencintai dunia otomotif khususnya roda dua. Kecintaannya membuat dirinya berkecimpung dalam industri media otomotif sampai saat ini.
Facebook : Ainto Harry Budiawan
Instagram : harrykriwil