Sub Department Head Technical Service PT Daya Adicipta Motora (DAM), Ade Rohman menjelaskan, jika sistem rem tidak bekerja dengan baik karena hal tersebut.
Akibat berkurangnya kemampuan kampas rem menahan panas dari gaya gesek tersebut, rem motor bisa blong dan berisiko terjadi kecelakaan.
"Masalah lain juga bisa muncul akibat kampas rem yang habis atau aus, selain berpotensi mengganggu kinerja sistem pengereman."
"Kampas rem yang habis juga bisa merusak cakram atau dinding drum pada rem tromol sehingga biaya perawatan yang harus dikeluarkan jadi lebih besar," ujar Ade.
Makanya kenali tanda-tanda kampas rem aus sesuai dengan jenis rem yang terdapat pada motor kalian.
Karena pabrikan pun sudah memberikan indikator yang bisa jadi patokan kalian untuk mengganti kampas rem.
Misalnya pada rem cakram, indikator keausan dapat dilihat dari bawah kaliper rem.
Periksa kondisi indikator keausan, jika kampas rem sudah menunjukan tanda aus, gantilah kampas rem dengan yang baru.
Selain itu indicator lainnya adalah kapasitas minyak rem terlihat berkurang dari garis yang tertera pada tabung reservoir.
Ini karena semakin banyak minyak rem yang masuk untuk bisa mendorong piston pada kaliper.
Begitu pula pada rem tipe tromol, bisa melihat tanda keausan kampas rem lewat indikator keausan.
Jika ujung penunjuk semakin mendekat indikator penggantian, artinya kampas sudah menipis.
Selain itu bisa juga dirasakan lewat tekanan pada handle rem ketika ditarik, jika terlalu dalam artinya kampas sudah tipis.
Tapi untuk rem tromol, masih bisa memperpanjang umur dengan cara memutar setelan remnya.
Tapi jika setelan rem sudah terlalu dalam, jangan paksakan ya, baiknya langsung diganti.
Karena jika rem tromol sudah menipis, fitur parking brake lock pada motor matic jadi tak bisa dipakai!
Cara Pakai Rem Tak Boleh Asal
Meski fungsinya untuk menghambat laju roda hingga akhirnya motor berhenti total, rem juga tak boleh dipakai dengan asal-asalan.
Seeprti dikatakan Jusri Pulubuhu, Instruktur Senior dari Jakarta Defensive Driving Course (JDDC).
Dia menyebut penggunaan rem motor harus sesuai dengan laju kecepatan sepeda motor. Jadi tak bisa asal tarik atau injak rem.
"Kalau asal tarik handle atau injak tuas rem motor berhenti gak? Belum tentu, ada juga ban justru terkunci dan motor jadi semakin liar."
"Mengerem itu tindakan paling sulit, makanya muncul namanya ABS dan CBS untuk bantu pengendara ngerem yang aman," katanya.
Saat melakukan pengereman, rem depan punya fungsi yang paling vital dan kinerjanya paling efektif.
Ini karena ketika melakukan pengereman, beban motor bertumpu pada roda depan, sehingga beban tadi ikut menekan roda, memberi traksi lebih kuat untuk mengurangi kecepatan.
Itulah kenapa kalau kecepatan lagi tinggi, misal 80 km/jam lebih, baiknya hanya gunakan rem depan saja.
"Cukup rem depan saja. Kurang dari 80 km/jam gunakan rem depan dan belakang bersamaan," bebernya beberapa waktu lalu.
Lalu jika kecepatan rendah yakni kurang dari 40 km/jam, baiknya hanya gunakan rem belakang saja.
"Karena kalau pakai rem depan yang terlalu kuat, pengendara cenderung kaget dan bisa terpeleset," ungkapnya.
Kalau pun pengendara pakai rem belakang dengan sangat kuat, bahkan sampai roda belakang terkunci masih jauh lebih aman.
"Karena kecepatannya rendah. Untuk bermanuver dikecepatan rendah, juga cukup rem belakang saja," pungkasnya.
Mulai menyukai dunia otomotif sejak masih duduk di bangku SMA. Kecintaannya dimulai dengan mengoprek sepeda motor yang diberikan orangtuanya, dan terus mencintai dunia otomotif khususnya roda dua. Kecintaannya membuat dirinya berkecimpung dalam industri media otomotif sampai saat ini.
Facebook : Ainto Harry Budiawan
Instagram : harrykriwil