- Royal Enfield tak akan bikin motor bermesin kecil 150 cc supaya harga jualnya lebih murah
- Pabrikan blasteran Inggris-India ini menilai segmentasi Royal Enfield untuk konsumen yang mau naik kelas, jadi tak bikin mesin 150-250 cc
Popularitas pabrikan motor Royal Enfield berawal dari 2015 lalu, kemudian membuka dealer perdananya di Jakarta. Royal Enfield coba mempenetrasi pasar motor tanah air dengan motor-motor berdesain klasik.
Pamornya terus berlanjut sampai sekarang, hingga akhirnya memiliki banyak dealer yang tersebar di Jakarta, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi. Dengan modal itu, populasi motor ini pun terus bertambah sampai 3.500 unit, kemudian melahirkan 8 komunitas dengan lebih dari 2.000 anggota.
Baca Juga: Bukan Indonesia, Pabrik Royal Enfield Mulai Beroperasi di Thailand
Kini portofolio model Royal Enfield Indonesia terdiri dari beberapa produk, salah satunya Classic 350 baru yang baru saja diluncurkan. Harganya mulai dari Rp 105 juta on the road (OTR) Jakarta. Sekaligus menjadikannya model Royal Enfield termurah.
Walaupun termurah, sayangnya belum bisa menjangkau pasar yang lebih luas di dalam negeri. Sesuai segmentasinya, terbatas pada segelintir orang paling tidak konsumen hobi, juga terutama penyuka motor klasik.
Padahal di Indonesia, salah satu pasar terbesarnya adalah motor bermesin 150 cc atau 250cc, sehingga tak sedikit pabrikan yang menawarkan berbagai macam produk di kelas ini. Harganya juga tidak begitu tinggi, cocok untuk pasarnya.
Jadi sudah barang tentu supaya lebih bisa mengepakkan sayap bisnis, serta brand motor Royal Enfield makin dikenal, harus bisa menjangkau segmen yang pembelinya banyak dengan harga yang lebih terjangkau.
Terlebih Royal Enfield telah memiliki pabrik perakitan motor di Thailand yang diresmikan akhir tahun lalu. Pasar di Asia Tenggara termasuk Thailand dan Indonesia hampir mirip, yang mana segmen motor sport pemula 150-250 cc paling banyak pasarnya.
Baca Juga: Royal Enfield Himalayan 650 Segera Rilis, Siap Tantang Kawasaki Versys 650
Royal Enfield Punya Pandangan Lain
Namun sayangnya, Head Business APAC Royal Enfield, Vimal Sumbly berkata lain. Pabrikan memiliki pandangan lain kenapa akhirnya fokus pada pengembangan mesin menengah, tidak terlalu besar sampai 1.000 cc ke atas.
"Kami fokus di mesin 350 cc hingga 650 cc, karena kami melihat pelanggan Royal Enfield adalah konsumen yang mau upgrade misalnya dari motor 250 cc ke 350 cc, kami melihat peluang di situ," terangnya dalam konferensi pers virtual peluncuran new Classis 350, Selasa (22/2).
Dari pandangan itu, Vimal menjelaskan lagi. Preferensi konsumen Royal Enfield semakin luas lagi. Jadi bukan semata cuma ingin naik kelas dan menyesuaikan gaya hidup. Paling tidak motornya juga bisa diandalkan sebagai kendaraan komuter harian.
"Jadi mereka ingin memiliki motor yang lebih bisa dipakai sehari-hari, makanya Royal Enfield bermain di segmen itu, di mana kami fokus pada kelas 350-650 cc saja," pungkasnya.
Sekarang ini model Royal Enfield yang dijual di Indonesia terdiri dari produk beragam mulai dari mid entry level Meteor, Classic 350, model penjelajah Himalayan, sampai mesin 650 twin Continental GT dan Interceptor. Jadi jangan ngarep ada motor Royal Enfield yang lebih murah pakai mesin lebih kecil ya!
Baca Juga: Royal Enfield Himalayan Sukses Menjelajahi Kutub Selatan, Siap Ganti Model di 2022