Menjajal SM Sport E-Classic, Bebek Listrik Malaysia Bertampang Lawas
Ilham · 10 Jan, 2023 11:30
0
0
Sensasi berkendara mirip bebek matic.
Kecepatan tertingginya hanya 50 km/jam.
SM Sport E-Classic ini unik ya bentuknya? Ya karena saat ini motor listrik tengah menjadi salah satu kendaraan yang menjamur di Indonesia. Faktor efisiensi biaya perawatan dan pengeluaran jadi alasan motor listrik dipilih oleh konsumen.
Menariknya, meski masih didominasi model skuter matic, namun tak sedikit produsen motor listrik yang coba berinovasi dengan merilis tipe berbeda. Mulai dari sport hingga bebek ada.
Nah, SM Sport E-Classic jadi salah satu motor listrik di segmen bebek yang terbilang langka. Tampilan motor asal Malaysia ini pun unik karena mengusung model lawas seperti layaknya Honda C Series. Dan beberapa waktu lalu, Autofun berkesempatan menjajal sensasinya.
Seperti namanya, SM Sport E-Classic punya kesan retro yang kental di area eksterior. Dilihat sepintas, tampangnya mirip Honda Super Cub C125. Hal ini bisa dilihat dari penempatan headlamp LED bulatnya yang lebih rendah dari setang. Bahkan saklar berbahan babet plus spidometer analognya terasa jadul.
Lalu ada leg shield putih dan bodi sederhana di bagian belakang. Joknya model split yang memisahkan bagian pengendara dan pembonceng. Kaki-kaki motor ini dikawal dengan tipe jari-jari.
Serta ada suspensi teleskopik di depan dan double sokbreker berlapis krom di belakang. Dari sistem pengereman, SM Sport E-Classic masih bertipe tromol di kedua roda, bukan cakram seperti motor listrik kebanyakan saat ini.
Meski demikian, kesan motor listrik bisa dilihat di bagian ruang mesin yang kini tertutup rapat. Di sini peranti baterai dan kelistrikan tertanam di dalamnya. Sedangkan motor listriknya terdapat di tromol roda belakang.
Mumpuni Buat Harian
Saat Autofun menjajal SM Sport E-Classic, posisi duduknya mirip bebek matic, Yamaha Lexam. Hal ini karena bentuk footstep pengendaranya yang berupa flat board, bukan bulat konvensional.
Motor ini masih memakai kunci putar biasa. Posisi motor aktif begitu lampu hijau di spidometer menyala. Indikator bar tersebut juga menunjukan sisa daya baterai. Tak ada bunyi mesin bensin seperti motor bebek konvensional.
Untungnya karakter motor listrik berdaya 1.500W ini tidaklah terlalu galak. Sehingga selongsong gas perlu diputar lebih dalam untuk menggerakan motor.
Setelah berjalan, motor ini tetap terasa lincah layaknya mengendarai motor bebek. SM Sport E-Classic sendiri diklaim hanya memiliki kecepatan maksimum di angka 50 km/jam.
Sehingga wajar jika masih mengandalkan rem tromol. Memang, sistem pengeremannya berjalan baik saat kami pakai. Namun buat yang terbiasa memakai motor bebek, patut juga dicatat jika SM Sport E-Classic tak punya gigi transmisi, sehingga tak ada engine brake untuk menunjang penurunan kecepatan.
Kesimpulan
Meski diuji di trek terbatas, namun sudah cukup untuk merasakan sensasi motor ini. Performanya sendiri cukup untuk harian, terutama rute jarak dekat atau di dalam komplek.
Sayangnya kecepatan maksimalnya yang hanya 50 km/jam, yang membuatnya kurang cocok untuk penggunaan commuter harian. Selain itu, baterai Li-ion berdaya 60V 26Ah di motor ini juga belum bertipe portable atau swap.
Sehingga perlu instalasi pengecasan di rumah, atau SPKLU untuk mengisi ulangnya.