Modal Tukar Baterai Jadi Kesuksesan Motor Listrik Gogoro di Taiwan, Cocok Diadaptasi di Indonesia
Adit · 19 Sep, 2021 15:00
0
0
Penggunaan motor listrik di Indonesia belum mendominasi. Pengetahuan masyarakat mengenai teknis dan benefit soal kendaraan setrum ini masih minim. Terlebih kekhawatiran kehabisan baterai di tengah jalan kerap menghantui.
Pasalnya mengisi daya baterai motor listrik tak semudah dan secepat isi bensin. Setidaknya butuh waktu paling cepat 2 jam untuk pengisian dari nol hingga 100 persen. Sehingga dirasa masih belum cukup 'user friendly'.
Hanya saja keraguan tersebut coba ditepis oleh Gogoro, perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pengembangan layanan tukar baterai motor listrik perkotaan, yang berbasis di Taiwan. Perusahaan juga menjual berbagai produk roda dua berbasis elektrifikasi.
Bentuknya bermacam-macam dan menjanjikan output berbeda sesuai kebutuhan. Paling basic ada Gogoro 1 Series, yang bertenaga 9,7 ps, memiliki baterai yang berdaya tempuh 150 km, dan mampu melesat dari diam ke 50 km/jam dalam waktu 3,7 detik.
Terbaru ada Gogoro S Performance. Skutik listrik ini cocok bagi pecinta kecepatan, karena bisa digeber hingga 95 km/jam, serta torsi badak setara mobil, yakni 213 Nm. Membetot motor ini harus ekstra persiapan tentunya, sebab jengatan akselerasinya bisa menghempaskan badan ke belakang.
Namun dari segi harga, motor listrik ini kurang ramah kantong. Sebab banderolnya mulai dari Rp 30 jutaan. Itu pun sudah dapat subsidi dari pemerintah setempat. Andai di Indonesia, harga tersebut sudah setara skutik Yamaha Nmax atau Honda PCX.
Rahasia Orang Taiwan Mau Pakai Motor Listrik Gogoro
Tapi meskipun dipasarkan cukup tinggi, Gogoro perlahan membuktikan bahwa menggunakan motor listrik tak serumit dan memusingkan seperti yang ada di benak orang-orang. Buktinya banyak masyarakat perkotaan yang beralih pakai kuda besi setrum ini.
Usut punya usut ternyata rahasianya ada pada inti bisnis Gogoro. Mereka tak cuma menjual produk, melainkan juga fokus pada layanan operasional penggunanya. Seperti penjelasan awal, Gogoro telah menerapkan kunci keberhasilan sehingga terjadi peningkatan penggunaan motor listrik
Perusahaan dari awal telah menyediakan fasilitas berupa stasiun pertukaran baterai (swap battery). Mirip-mirip depot gas dan air galon, sehingga konsumen lebih mudah menggunakannya. Jadi tak takut baterai habis di jalan, tinggal sambangi stasiun terdekat, copot baterai yang habis dayanya dari baterai, lalu masukkan ke slot yang tersedia untuk diisi ulang dayanya.
Selama itu pula sistem akan menjalankan diagnosa dan merekam daya tempuh maupun kondisi baterai. Untuk selanjutnya disesuaikan dengan baterai baru. Setelah proses tersebut selesai, pengguna bisa mengambil baterai yang telah terisi penuh dan bisa melanjutkan perjalanan.
Di sisi lain, baterai berdaya lemah yang sebelumnya diganti akan diisi dayanya di stasiun tadi yang dinamakan GoStation. Secara total proses ganti baterai tadi memakan waktu sekitar 96 detik. Efektif dan efisien seperti isi bensin tanpa antre.
Tak tanggung-tanggung, Gogoro mendirikan stasiun tersebut dibuat berjarak setiap 500 meter di pusat kota. Sehingga setiap pengguna motor listrik besutannya jadi lebih mudah menjangkaunya. Misalnya motor Gogoro mengalami kehabisan daya, aplikasi yang terkoneksi pada telpon genggam bisa mengarahkannya ke stasiun terdekat.
Sistem pembayarannya pakai skema langganan atau subscribe selama sebulan untuk membayar daya tempuh, bukan berapa kali ganti baterai atau untuk bayar biaya pengecasan. Ya boleh dibilang seperti mengisi paket data smartphone.
Sebuah riset yang dilakukan Frost & Sullivan baru-baru ini mengemukakan, lewat cara itu pengguna motor biasa jadi mau beralih ke motor listrik. Bahkan perusahaan telah mencatat peningkatan pengguna yang signifikan.
"Strategi Gogoro menempatkan stasiun baterai setiap 500 meter di pusat kota yang dekat perbelanjaan, tempat parkir, atau kedai kopi sukses mengerek pengguna hingga 265 ribu pertukaran baterai setiap harinya," demikian keterangan resminya.
Model bisnis tersebut bisa jadi cocok diaplikasikan di Indonesia. Setidaknya menjamin terlebih dulu bahwa penggunanya tak perlu takut kehabisan baterai motor listrik apabila penggunaannya hanya di dalam kota. Terlebih Indonesia punya target pada 2030, 2,45 juta motor listrik telah diproduksi di dalam negeri.
Seperti pabrikan mobil, sebelum berekspansi lebih luas perusahaan harus menyiapkan dulu jaringan purnajual yang gampang dijangkau konsumennya. Sehingga calon pembeli yakin terhadap pilihannya.
Skema ini sejatinya telah diterapkan oleh pabrikan motor listrik debutan bernama Smoot Tempur dari PT Swap Energi Indonesia. Harga unitnya tergolong murah sekitar Rp 14,9 juta dan menerapkan skema swap battery. Pengguna tak diwajibkan pada kepemilikan baterai, karena ketika dayanya habis bisa ditukar dengan baterai yang dayanya penuh.
Jumlah stasiun penukaran baterainya masih terbatas 100 unit yang tersebar di minimarket atau Shell di ibu kota. Biar lebih banyak pemakai, tentunya harus ada penambahan fasilitas tukar baterai yang signifikan.
Oh iya, sistem pembayarannya juga sama seperti Gogoro, pelanggan cukup beli kuota jarak tempuh. Tarif Rp 20 ribu untuk 100 km, Rp 45 ribu untuk 250 km, dan Rp 80 ribu untuk 500 km.
Soal spesifikasi, motor listrik ini menggunakan menggunakan baterai 1.500 Watt yang bisa digeber hingga kecepatan puncak 60 km/jam serta jarak tempuh maksimal 70 km. Nah, kalau sudah ramai stasiun penggantian baterainya, mau beralih nggak ke motor listrik?