Sensasi Mencicipi Royal Alloy TG 150, Tenaganya Halus dan Posisi Duduk Tinggi
Fariz · 15 Feb, 2023 10:30
0
0
Punya karakter tenaga smooth di semua putaran.
Posisi berkendara tinggi dan jinjit untuk pengendara 170 cm.
Wheelbase panjang bikin radius putar lebar.
Di Indonesia, Royal Alloy dihadirkan oleh Utomo Corp dengan memberikan sensasi berkendara matic retro modern yang berbeda. Gak hanya itu, Royal Alloy juga membuat nostalgia bagi para pecinta motor klasik.
Pasalnya Royal Alloy menggunakan desain bodi yang terinspirasi dari Lambretta, hal itu juga disebutkan pada website resminya. Kami pun berkesempatan mencicipi pertama kali matic retro satu ini atas pinjaman Bellissimo Indonesia.
Unit yang kami coba merupakan tipe TG 150 dengan tampilan yang lebih klasik. Seperti desain lampu sein terpisah dengan bodi dan menggunakan casing chrome yang mengkilap. Kalau begitu langsung saja simak ulasan first ridenya berikut ini.
Riding Position & Handling Royal Alloy TG 150
Menurut data spesifikasinya, Royal Alloy TG 150 punya tinggi jok 770 mm dengan desain jok yang tidak terlalu lebar. Bahkan bodi sampingnya terasa lebih lebar dibandingkan joknya.
Ketika postur 170 cm coba duduk di atas joknya, rasa jok yang tinggi pun langsung terasa, cukup membuat kedua kaki jinjit saat menapak, tapi jika hanya satu kaki yang menapak maka terasa tidak terlalu jinjit karena bisa sedikit geser pantat.
Bodi sampingnya benar lebar, karena saat kaki menapak maka paha pengendara terasa diganjal oleh bodi, ini membuat kaki pengendara harus membuka lebih lebar lagi.
Joknya yang tidak terlalu lebar ternyata juga tidak terlalu tebal. Dari segi desain memang jok ini bagus, namun untuk rasa nyaman rasanya kurang. Rasanya akan memberi rasa pegal ketika berkendara lama.
Kemudian pijakan kaki pengendara sangat luas, walaupun ada sedikit tulang rangka yang menonjol di tengah. Di pijakan kaki pengendara dibekali dengan lis karet untuk memberikan cengkraman sepatu, tidak ada masalah di sektor ini.
Saat coba meraih setangnya, ternyata posisinya cukup rendah sehingga makin memberikan rasa berkendara yang tinggi. Untungnya ujung setang masih agak menekuk ke arah pengendara, sehingga jarak jok dan setang jadi terasa tidak terlalu jauh.
Hampir seluruh bodi utama dari Royal Alloy TG 150 terbuat dari pelat besi. Dari bagian bodi, yang terbuat dari plastik ternyata hanya sepakbor depan dan glove box saja.
Dengan dimensi bodi yang panjang serta penggunaan pelat besi yang banyak, membuat berat kosong TG 150 mencapai 122 kg. Berat tersebut dikombinasi jarak sumbu roda 1.390 mm ternyata cukup membuat momen parkir jadi sedikit rumit.
Ini juga terasa saat melakukan putar balik, wheelbase yang panjang membuat radius putarnya cukup lebar. Namun sisi positif dari hal tersebut adalah kestabilan berkendara yang dihadirkan matic retro modern ini.
Yang unik juga dari Royal Alloy TG 150 ini adalah penggunaan suspensi depan ganda dengan setelan preload, desainnya seperti suspensi belakang, bukan model teleskopik seperti matic pada umumnya.
Konstruksinya terlihat sedikit rumit, karena selain untuk meredam guncangan juga ada anti-dive system pada konstruksinya. Jadi motor tidak akan amblas atau nungging ketika melakukan pengereman.
Dengan setelan preload standar, ternyata redamannya terasa agak keras ketika melewati jalur tidak rata dengan cepat, namun kalau dilewati dengan pelan maka akan terasa lembut.
Suspensi belakangnya juga punya karakter redaman yang sama. Rasanya jadi kurang cocok dengan karakter jalan di Indonesia yang sangat beragam. Kedua remnya cukup pakem karena sudah pakai cakram berdiameter 220 mm lengkap dengan ABS.
Performa Mesin
Royal Alloy TG 150 pakai mesin 150 cc berpendingin udara, beda dengan TG 300 yang sudah pakai pendingin cairan alias radiator. Mesin ini pakai kombinasi diameter piston 59 mm dengan panjang langkah 54,8 mm.
Perbandingan kompresi dipatok 11:1 dengan klaim tenaga maksimal 13,3 ps pada 8.500 rpm dan torsi maksimal 12 Nm di 6.500 rpm. Mesin kapasitas mesinnya cukup besar, tapi ternyata karakter tenaganya cukup smooth.
Karakter tenaga smooth ini terasa sejak putaran rendah hingga putaran tinggi, karena memang motor ini tidak ditujukan untuk speeding. Vibrasi dan suara knalpotnya cukup senyap, tidak mengganggu selama perjalanan.
Karenanya untuk menyalip atau menaklukan tanjakan harus memutar selongsong gas lebih dalam. Bicara penggunaan sehari-hari dengan cruising perkotaan sih rasanya sudah cukup.