Kalau dilihat dengan harga yang ditawarkan, fitur yang ada pada motornya tak begitu banyak, tapi fungsional.
Misalnya lampu depan dan belakang sudah LED, namun untuk lampu sein masih pakai bohlam.
Kemudian panel meter sudah full digital monokrom, dengan beragam informasi yang cukup lengkap.
Misalnya spidometer, odometer, fuelmeter, jam digital, voltmeter, konsumsi bahan bakar rata-rata dan konsumsi bahan bakar real time.
Pada setang sisi kanan terdapat engine cut off yang juga berfungsi sebagai tombol starter.
Asyiknya ada teknologi Suzuki Easy Start System, yang memudahkan saat menghidupkan mesin, karena tak perlu ditekan lama.
Kemudian bergeser dibagian setang sebelah kiri, terdapat switch low beam high beam, switch lampu sein dan tombol klakson.
Lalu di bawahnya terdapat kunci kontak pengaman magnet sekaligus pembuka jok.
Konsol terbuka yang lumayan dalam ada didekatnya, lalu tepat di tengah ada gantungan barang model hook.
Paling kiri terdapat konsol tertutup, yang di dalamnya ada power outlet untuk mengisi daya handphone.
Urusan bawa barang memang dimanjakan pada motor ini, selain konsol depan dan gantungan model hook, ada juga gantungan barang model lipat di bawah ujung jok.
Menyusuri baliknya joknya, bersemayam bagasi dengan kapasitas 21,5 liter, namun sayang tak semua helm bisa tersimpan di sana.
Nah yang menarik mulut tangki bahan bakar justru terletak di buritan motor, dengan kapasitas total 5,2 liter.
Untuk kaki-kaki sebenarnya standar ya, suspensi depan teleskopik dan belakang tunggal.
Kemudian rem cakram hanya di depan saja, sedang belakang pakai tromol, yang mana telah disematkan teknologi Combined Brake System.
Nah yang unik tentu saja pemilihan lingkar roda, yakni depan 90/90-12 dan belakang 90/100-10.
Kesan ketika mencoba motor ini adalah handlingnya lincah dan nyaman untuk dipakai sehari-hari.
Maklum saja, kami menggunakannya di dalam kota Jakarta dengan kondisi lalu lintas yang semakin padat.
Bicara handling, dengan bobotnya yang 107 kg motor ini masih terasa lincah untuk bermanuver dikemacetan.
Sudut belok setang yang lebar memudahkan untuk selap-selip, belum lagi lingkar roda juga ikut mempengaruhi pengendalian.
Ditambah jarak sumbu roda yang pendek, cuma 1.265 mm, lebih pendek dari sesama pemain asal India, TVS Ntorq 125 Race XP.
Terkait posisi berkendara pun, untuk rider berpostur 172 cm rasanya masih oke. Meski posisi setang dirasa agak rendah.
Kemudian area dek yang rata mumpuni untuk kaki bergerak-gerak dengan sepatu ukuran 44.
Yang paling penting, ujung setang tak mentok dengkul kala setang belok sampai habis.
Soal kenyamanan pun juara, dengan permukaan jok yang lebar, serta karakter busa yang sedang empuknya, bikin betah berkendara lama.
Redaman suspensi khas motor harian yang memang diset nyaman, suspensi depan dan belakang empuk, bahkan mentul-mentul.
Makanya kalau bermanuver cepat dengan motor ini akan timbul gejala mengayun, apalagi profil ban juga tinggi, jadi kudu hati-hati.
Bicara pengereman, rasanya cukupan untuk harian. Rem depan cakram dengan kaliper satu piston namun besar.
Rem belakang tromol pun cukup menggigit kala direm kuat-kuat. Pun kinerja fitur CBS pada motor ini tak ada masalah.
Hanya saja fitur rem parkir kurang praktis, karena harus pakai dua tangan dan titik penguncinya pun agak kurang pas.
Performa Pas Untuk Harian
Lantas bagaimana dengan kinerja mesin berteknologi Suzuki Eco Performance (SEP) ini, apakah mantap?
Menurut kami respon mesinnya sigap, terutama pada putaran mesin bawah sampai menengah. Ciri khas skuter harian.
Hanya saja saat sudah melaju, nafas atasnya cenderung ngambang, dengan top speed spidometer 100 km/jam lebih sedikit.
Yang paling disuka tentu saja vibrasi mesin yang minim dan kehalusannya, terutama saat cruising santai di 60-80 km/jam.
Pun tak ada gejala gredek saat awal berakselerasi, ya meski suara dinamo starternya terdengar kasar.
Dan sebagai motor perkotaan dan dipakai rider dengan bobot 72 kg, motor ini relatif irit untuk konsumsi bahan bakarnya.
Menggunakan oktan 92, catatan pada layar panel meter mencapai 51,5 km/liter. Wow!
Dan ketika dihitung pakai metode full to full, maka hasilnya 47,9 km/liter. Masih iritlah ya!
Bicara akselerasi, karena punya respon mesin yang sigap, untuk melesat dari 0-60 km/jam butuh waktu 7,9 detik.
Kemudian 0-80 km/jam mencatatkan 15,53 detik. Top speed dispidometer 102 km/jam dan dari alat ukur Racebox, diangka 96,38 km/jam.
Spesifikasinya sendiri 4-tak, 124,3 cc, SOHC 2 katup, pendingin udara, dengan injeksi bahan bakar. Output maksimal mencapai 8,7 PS @ 6.750 rpm dan torsi 10 Nm di 5.500 rpm.
Data Akselerasi Suzuki Avenis 125
0-60 km/jam
7,9 detik
0-80 km/jam
15,53 detik
0-100 km/jam
N/A
0-100 meter
8,56 detik
0-201 meter
13,72 detik
0-401 meter
22,44 detik
Top Speed Spidometer
102 km/jam
Top Speed Racebox
96,38 km/jam
Konsumsi BBM (spidometer)
51,5 km/liter
Konsumsi BBM (full to full)
47,9 km/liter
*pakai oktan 92 & bobot rider 72 kg
Kesimpulan
Mencari motor matic bermesin 125 cc yang nyaman dipakai harian dan juga irit, Suzuki Avenis 125 ini patut dipertimbangkan.
Statusnya CBU India dan punya kualitas yang khas Suzuki, solid dan rapi, meski harga jualnya kini tembus Rp 30,180 juta on the road Jakarta.
Kenyamanan dan handling yang dimilikinya sangat mendukung untuk jadi kuda besi andalan sehari-hari.
Ya meski desainnya mengundang pro dan kontra, tapi menurut kami lupakan saja tampangnya, dan nikmati rasa berkendaranya.
Mulai menyukai dunia otomotif sejak masih duduk di bangku SMA. Kecintaannya dimulai dengan mengoprek sepeda motor yang diberikan orangtuanya, dan terus mencintai dunia otomotif khususnya roda dua. Kecintaannya membuat dirinya berkecimpung dalam industri media otomotif sampai saat ini.
Facebook : Ainto Harry Budiawan
Instagram : harrykriwil