Kegiatan mengemudi malam hari lebih berisiko tinggi. Sebab menurut pakar keselamatan berkendara, malam hari bukan waktu yang tepat untuk beraktivitas, karena tidak sesuai jam biologis tubuh. Selain itu visibilitas juga terbatas karena gelap, kemudian potensi mata menjadi silau terkena lampu jauh mobil di depannya.
Kondisi ini tentunya membahayakan. Salah-salah kendali jadi hilang karena pengelihatan buyar dan mengalami 'kebutaan' sesaat. Oleh karena itu, situasi ini perlu disikapi dengan bijak demi keselamatan bersama.
Baca Juga: Pengen Cepet Bisa Nyetir Mobil? Perhatikan Hal Berikut Ini
Besar kemungkinan karena pengemudi di depan tidak memiliki rasa empati, kemudian supaya visibilitasnya tetap terjaga, lampu jauh mobil selalu dihidupkan. Kasus lain, bisa saja karena posisi ketinggian lampu yang harus diatur ulang, supaya tidak terlalu menyorot ke atas.
Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menuturkan, apabila mengalami hal tersebut, jangan dibalas juga pakai lampu jauh, karena akan membahayakan antar keduanya. Sebaiknya buang pandangan agar tidak menatap langsung arah kedatangan sinar lampu.
"Langsung lirik ke bagian marka jalan di tengah atau sebelah kiri jalan, tujuannya supaya tidak silau dan untuk mengetahui posisi tetap di median jalan," terangnya kepada AutoFun Indonesia beberapa waktu lalu.
Celakanya tak semua jalan di Indonesia dilengkapi marka jalan yang jelas. Manakala ada garisnya, sudah tidak jelas lagi. Cara di atas tentu tak bisa diaplikasikan, sehingga mau tidak mau keselamatan diri terancam. Lalu bagaimana misalnya marka jalan tidak ada?
Hal itu bukan masalah besar. Menurut Sony, pengemudi harus bisa memunculkan garis imajiner untuk memandu arah dan kendali kendaraannya tetap di lajur yang benar. Pertama ketahui dulu secara pasti dimensi mobil.
Baca Juga: Bukan Cuma Cari Nyaman, Posisi Duduk Saat Nyetir Mobil Juga Wajib Perhatikan 5 Hal Ini
Lalu pahami juga lebar jalan, kemudian pastikan arah laju mobil tetap berada di median jalan. Khususnya ketika ada mobil lain yang melintas dari arah berlawanan. Apabila berhasil, maka bisa ulangi lagi saat ada mobil yang terus menerus menyalakan lampu jauhnya dari depan.
Misalnya belum terbiasa, juga bisa manfaatkan berbagai material lain di tepian jalan. Misalnya rumput, atau beda ketinggian jalan. Semua itu dapat digunakan sebagai garis imajiner atau khayalan bahwa bagian tersebut merupakan batas akhir median jalan.
Di atas kertas memang tampak mudah dilakukan, namun sesuai jam terbang mengemudi, hal tadi bisa dilakukan demi tercipta keselamatan selama di perjalanan. "Kuncinya adalah supaya mobil tetap di posisinya dan terukur ketika melintas," lanjut Sony.
Cara ini juga bisa diterapkan bukan hanya saat ada lampu jauh menyinari kabin mobil kita. Tetapi ketika posisi kita lebih rendah misalnya di jalan turunan, yang membuat mobil dari arah berlawanan posisinya justru lebih tinggi, akibatnya mata kita terkena pancaran sinar yang menyilaukan.
Baca Juga: Ingat, Mengemudi Pelan di Lajur Sebelah Kanan Jadi Penyebab Tabrakan Beruntun!
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta