Harga BBM atau bahan bakar minyak yang terus melambung, memaksa pengendara untuk menerapkan teknik berkendara irit BBM. Dulu istilah ini kita kenal dengan eco driving. Namun di samping itu, rupanya ada penamaan lain lagi yang disebut hypermiling.
Melansir dari CBC, keduanya ternyata memiliki arti yang sama. Jadi segala macam strategi yang dilakukan untuk menekan pengeluaran di jalan, sembari mempraktikkan metode irit berkendara. Pengertian ini lebih luas lagi bukan cuma menerapkan bukaan gas yang kecil atau meminimalisir penggunaan AC mobil.
Baca Juga: Mesin Sama 1.200 cc, Mana yang Lebih Irit? Suzuki Ignis atau Honda Brio?
Disebut-sebut teknik hypermiling bahkan bisa menghemat konsumsi BBM melebihi klaim pabrikan mobil. Tak ada salahnya bila teknik ini juga diterapkan oleh pengguna kendaraan di Indonesia, yang notabene harga bahan bakarnya juga merangkak naik. Lalu bagaimana caranya?
Teknik hypermiling bukan sekadar kemahiran ketika mengemudi, tetapi juga perencanaan perjalanan yang matang. Seorang hypermiler, sebutan bagi seorang yang melakukan teknik hypermiling, akan terlebih dulu mengevaluasi cara menuju lokasi tujuan. Sederhananya jika bisa berjalan kaki atau bersepeda, maka tak perlu lagi mengemudi kendaraan.
Tapi beda cerita ketika memang perlu membawa kendaraan pribadi. Maka hal yang dilakukan pertama kali adalah perencanaan rute sependek, waktu tempuh secepat, dan seefisien mungkin agar memungkinkan kendaraan bisa berakselerasi mulus dan meminimalisir pengereman.
Ini lantaran teknik pengereman yang kurang tepat, atau selalu mengerem bisa memengaruhi tingat efisiensi bahan bakar. Sebab saat pengereman, mesin juga membutuhkan tenaga saat mengurangi kecepatan hingga berhenti. Ketika kecepatan menengah kemudian mengerem dalam, saat itulah mesin membutuhkan tenaga guna mengurangi laju.
Selain itu, hypermiler juga akan meriset kondisi lalu lintas yang akan dilalui melalui pantauan di media sosial, maupun kamera lalu lintas yang bisa diakses publik.
Syukur-syukur bila kondisinya lengang tidak terlalu ramai, sehingga bisa menjaga momentum percepatan dan deselerasi secara alami alias tanpa dorongan pengereman berlebih. Sebaliknya bila padat tersendat, maka BBM akan terbuang sia-sia.
Baca Juga: Mengejutkan, Konsumsi BBM Mitsubishi Xpander Setara LCGC
Belum cukup di situ, unsur-unsur yang ada di mobil juga perlu diperhatikan. Salah satunya adalah menjaga tekanan angin ban selalu ideal. Pastikan tekanannya tepat, tidak terlalu kurang supaya tapak ban yang menempel ke permukaan jalan tidak besar, sehingga pergerakan mobil tidak terlalu berat.
Kemudian barang-barang yang bisa memengaruhi bobot di kabin mobil juga perlu dipindahkan. Ini tentu juga sebagai upaya meningkatkan efisiensi bahan bakar. Semakin berat barang bawaan di mobil, maka bisa membuat konsumsi BBM semakin boros. Mesin butuh jadi ekstra bekerja untuk mengimbangi gerak ketika kondisi mobil normal.
Lalu saat parkir. Para hypermiler akan memarkirkan kendaraan mereka di tempat yang ideal. Dalam artian ketika kondisi dingin dan turun salju, maka posisi parkir sebisa mungkin menghadap matahari, sehingga sinarnya bisa melelehkan lapisan es di kaca mobil, jadi pemiliknya tak perlu menyalakan pemanas kaca.
Sebaliknya ketika musim panas, mobil diparkirkan di tempat yang teduh. Ini memungkinkan AC mobil tidak perlu bekerja keras menurunkan suhu kabin saat pengemudi kembali ke mobil. Intinya pemilihan waktu berkendara juga patut dipertimbangkan dalam teknik hypermiling.
Lebih lanjut ketika tersedia, hypermiler juga akan memilih ruang parkir yang tidak merepotkan. Artinya tidak sampai bermanuver berlebih untuk membuang bahan bakar. Contohnya posisi yang menghadap ke pintu keluar, sehingga ketika hendak memulai perjalanan bisa langsung segera ke depan.
Selebihnya untuk menerapkan teknik hypermiling, selalu ingat lakukan 5 hal ini:
Baca Juga: LCGC Terkenal Irit, Konsumsi BBM Toyota Calya Ternyata Diluar Dugaan!
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta
2018 Suzuki ERTIGA GX 1.4
17.724 km
5,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
12.488 km
3,5 tahun
Jakarta