Saat ini mobil mulai jadi kebutuhan sekunder bagi sebagian kalangan masyarakat sebagai alat transportasi utama sehari-hari. Pilihan mobil yang tersedia di pasaran umumnya lebih banyak tersedia mobil berbahan bakar bensin daripada diesel. Kondisi tadi juga mendorong preferensi masyarakat yang cenderung menyukai mobil bensin.
Lantas kenapa populasi jenis mobil diesel tidak berkembang pesat di Indonesia? Salah satu pertimbangan utama orang memilih mobil berbahan bakar bensin daripada tipe mobil lainnya adalah karena harga mobil bensin yang relatif lebih murah daripada mobil diesel.
Baca juga:
Cuma Remap ECU, Torsi Toyota Fortuner 2.8 Naik 80 Nm dan Kalahkan Mitsubishi Colt Canter
Kelebihan dan Kekurangan Toyota Fortuner 2.8, Si Buas yang Minim Fitur Keselamatan
Perbandingan Toyota Fortuner VRZ Bekas 2017 vs Innova Reborn Diesel G Baru, MPV Lebih Favorit?
Mobil bensin ini tersedia mulai dari jenis LCGC yang harga barunya paling murah, di bawah Rp200 juta. Sedangkan mobil bermesin diesel tidak ada yang dijual di rentang harga tersebut dalam kondisi baru. Selain itu, mobil diesel kebanyakan hanya tersedia dalam jenis MPV dan SUV.
Masih banyak faktor lain kenapa masyarakat tidak begitu menyukai mobil bermesin diesel walau punya banyak hal menarik. Berikut ini alasan kenapa mobil bermesin bensin lebih dipilih ketimbang mesin diesel.
Dulu mobil dengan mesin diesel umumnya hanya ada truk dan bus serta segelintir mobil jip. Masyarakat melihat mobil bermesin diesel ini mobil pekerja, dan terkesan kotor karena asap hitam yang dihasilkan. Situasi tersebut lantas membuat banyak orang juga enggan mengantri solar untuk mobil pribadi bersama dengan truk saat ke SPBU.
Asap mobil bensin yang tidak hitam pekat dianggap lebih bersih dan umumnya mobil bensin merupakan mobil penumpang. Hal inilah yang kemudian jadi alasan orang Indonesia agak enggan memilih opsi mesin diesel yang terkesan sebagai mobil pekerja.
Selama ini banyak orang menyukai mobil diesel karena bahan bakar murah. Jelas saja, mereka hanya mengisi mobilnya dengan solar bersubsidi sama seperti truk dan bus. Beda cerita kalau sesama mobil pribadi menggunakan bahan bakar non subsidi.
Seiring kemajuan dalam industri migas, kini pemerintah bersama dengan perusahaan swasta telah menyediakan bahan bakar diesel non subsidi. Hanya saja harga bensin non subsidi di pasaran masih lebih terjangkau ketimbang diesel non subsidi.
Pengguna mobil diesel tanpa solar subsidi bisa keluar duit jauh lebih banyak, dan ketika subsidi BBM ditiadakan maka akan semakin memberatkan pengguna diesel. Sebagai perbandingan, Dexlite Rp14.250 vs Pertamax Rp13.300 itu bedanya lumayan.
Untungnya mobil SUV seperti Mitsubishi Pajero Sport atau Toyota Fortuner masih agak bersahabat untuk konsumsi BBM dalam kota. Sebagai contoh untuk Fortuner 2.8 pemakaian dalam kota di angka 11,7 km/liter, mirip seperti di low MPV 1.500 cc namun dengan dimensi mobil SUV yang lebih besar.
Mesin diesel itu umumnya jauh lebih mahal untuk dirawat dibandingkan mesin bensin. Belum lagi ada penyakit khas yang namanya diesel runaway.
Mesin saat terjadi diesel runaway tidak bisa dimatikan, meski kunci sudah dilepas karena oli masuk ke ruang bakar. Solusinya harus tutup jalur udara masuk menggunakan kain yang dibasahkan. Ini sering terjadi ke mobil diesel yang sudah berumur, atau ke mesin diesel yang ring pistonnya sudah lemah.
Perawatan dan perbaikan mesin turbodiesel itu jadi lebih mahal, karena selain turbo ada 4 faktor yang membuat biaya perawatan meningkat tinggi:
Faktor tadi membuat perawatan mesin diesel jadi sangat mahal, karena membersihkan ruang bakarnya jadi tidak mudah. Mekanik harus cabut injektor, dan cabut injektor itu tidak semudah mengganti busi.
Bagi orang awam, memelihara mobil bermesin diesel dianggap menguntungkan dari berbagai aspek. Padahal, mesin diesel juga perlu perawatan rutin yang tak kalah telaten dibandingkan mesin bensin.
Belum lagi kalau kita membahas mobil diesel modern dengan teknologi commonrail, tidak bisa sembarangan memakai solar bersubsidi karena rentan membuat mampet saluran bahan bakarnya.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2019 Daihatsu TERIOS X 1.5
19.652 km
4,5 tahun
Jakarta
2017 Toyota AGYA G 1.0
10.656 km
6,5 tahun
Jawa Barat
2021 Suzuki ERTIGA GL 1.5
5.727 km
1,5 tahun
Jakarta
2019 Toyota CALYA G 1.2
16.171 km
4 tahun
Jawa Barat
2020 Honda BRIO RS 1.2
18.587 km
3 tahun
Jakarta