Upaya elektrifikasi kendaraan merupakan implementasi dari konsep industri 4.0 yang dicetuskan oleh Presiden Joko Widodo. Salah satu poin yang jadi sorotan yaitu kesiapan industri kendaraan bermotor menyambut era elektrifikasi.
Bahkan, Presiden Jokowi menargetkan di tahun 2025 mendatang bisa memproduksi 2.200 unit mobil listrik, 711 ribu unit mobil hybrid, dan 2,1 juta motor listrik di dalam negeri.
Melalui Kementerian Perindustrian, pemerintah terus berupaya mengajak perusahaan asing untuk melakukan riset kendaraan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan ambisi pemerintah supaya Indonesia pada 2030 menjadi pusat industri motor listrik di ASEAN.
Ambisi ini dilandasi karena Indonesia merupakan penghasil nikel terbesar di dunia. Negeri ini menyumbang 25 persen dari total nikel secara global. Bagi kalian yang belum tahu, nikel adalah bahan baku utama untuk baterai mobil listrik.
Dikutip dari Medcom.id, pada tahun lalu, produksi nikel dunia mencapai 2,6 juta ton. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi nikel Indonesia pada 2019 sebesar 800 ribu ton.
Indonesia memiliki hampir seperempat dari cadangan nikel dunia dan ini merupakan kunci utama untuk mengembangkan mobil listrik. Dengan potensi ini tentunya pemerintah akan menggunakan kekayaan kandungan nikel tersebut untuk membangun pabrik baterai di dalam negeri.
Melihat kondisi ini, merek mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat, Tesla Motors menyatakan minatnya untuk membangun fasilitas produksi baterai mobil listrik di Indonesia. Perusahaan yang dirintis Elon Musk itu telah menghubungi pemerintah Indonesia secara informal, terkait model investasi yang sesuai untuk Tesla di Tanah Air.
Indonesia pun saat ini tengah fokus untuk meningkatkan produksi nikel dalam negeri. Hal tersebut dilakukan untuk menggenjot produksi baterai lithium dan beberapa komponen utama dalam mobil listrik.
Keseriusan pemerintah mendorong produsen baterai di dalam negeri telah terwujud dalam sebuah kesepakatan dengan dua perusahaan baterai raksasa di Asia, yakni LG Chem dan Contemporary Amperex Technology, pada September lalu.
Dalam kerja sama ini, pemerintah Indonesia sepakat untuk membangun pabrik baterai lithium di Tanah Air dengan kedua perusahaan masing-masing asal Korea Selatan dan China tersebut. Konon, rencana inilah yang mendorong Tesla tertarik untuk turut berinvestasi di Tanah Air.
Penambangan nikel dilakukan di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara, yang punya potensi terbesar di Indonesia. Apabila eksploitasi nikel dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Indonesia di masa depan bisa menjadi the next Arab Saudi ketika tambang minyak booming di tahun 60-an.
Pemerintah perlu membuat aturan soal penambangan nikel beserta pengelolaan harus dilakukan di dalam negeri. Dengan demikian, perusahaan raksasa yang bergerak di industri mobil listrik akan terdorong membangun fasilitas produksi baterai atau bahkan komponen penting di Indonesia.
Hyundai Motor Company (HMC) telah mengumumkan rencana investasinya sebesar US$1,549 Miliar (Rp 21,8 triliun) di Indonesia. Investasi tersebut sebagian akan digunakan untuk memproduksi kendaraan Hyundai, termasuk mobil listrik. Pabrikan asal Korea Selatan ini jugs memiliki rencana membangun R&D Center (pusat penelitian dan pengembangan).
Realisasi investasi Hyundai di Indonesia direncanakan akan dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahun 2019-2021 dan tahun 2022–2030. Pada fase pertama Hyundai akan berfokus pada investasi pabrik pembuatan mobil yang akan berlokasi di Jawa Barat dan akan mengekspor setidaknya 50 persen dari total produksi.
Hyundai telah menyiapkan rencana jangka panjang untuk lebih jauh lagi membangun ekosistem EV di Indonesia. Merek asal Korea Selatan ini telah menyatakan komitmennya di depan Presiden Joko Widodo untuk memperkuat sektor otomotif Indonesia.
Upaya yang dilakukan pabrikan asal Negeri Ginseng ini berupa melakukan pengembangan pusat manufaktur ASEAN pertama di negara ini, serta menjajaki peluang memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai.
Kehadiran manufaktur mobil listrik di Indonesia bisa menekan biaya impor dan bea masuk yang signifikan. Apabila komponen terpentingnya sudah diproduksi di dalam negeri, maka impor hanya dibutuhkan untuk komponen pendukung sehingga menekan banyak biaya.
Untuk sekarang ini, harga mobil listrik berkisar Rp 400 jutaan ke atas. Mahalnya mobil listrik karena baterai dan komponen kelistrikan masih impor utuh.
Tantangan pun muncul dari ketersediaan pengisian baterai yang belum tersebar luas. Untuk sementara, alat pengisian masih jadi tanggungan agen pemegang merek sebagai tambahan fasilitas saat pembelian. Fleksibilitas pengisian baterai masih repot tidak seperti mobil konvensional.
Pemilik mobil listrik masih kerepotan soal pengisian daya yang amat terbatas. Apabila untuk bepergian jauh, perlu membawa alat pengisian baterai dan waktu pengisian pun masih relatif lama.
PLN juga perlu proaktif untuk membangun fasilitas pengisian daya listrik hingga tersebar luas. Dengan demikian masyarakat pun secara sukarela akan berpindah memakai mobil listrik karena terbukti efisien.
Kembali ke kenyataan, kita sama sekali tidak mau secara sewenang-wenang menyumbangkan sumber daya kita kepada orang lain, dan kita bahkan mungkin menjadi tenaga kerja murah. Mengambil Hyundai sebagai contoh, kita bisa merasakan ketertarikannya pada sumber daya kita yang melimpah dan tenaga kerja murah dari lebih dari 50% volume ekspornya, namun ini sebenarnya sangat terbatas pada perkembangan kendaraan listrik di negara kita.
Di sisi lain, jika Indonesia tidak bisa mengatasi masalah listrik, kendaraan listrik tidak akan pernah bisa muncul di jalan dalam skala besar. Singkat kata, mari kita nantikan masa depan bersama, mungkin pemerintah punya solusi yang baik.
Jaminan Kualitas Mobil
Garansi Satu Tahun
Jaminan 5 Hari Uang Kembali
Harga Pasti, Tidak Ada Biaya Tersembunyi
2021 Toyota RAIZE S 1.0
15.274 km
2 tahun
Jawa Barat
2021 Kia SONET DYNAMIC 1.5
12.742 km
2 tahun
Java East
2021 Daihatsu TERIOS X 1.5
19.465 km
2,5 tahun
Banten
2021 Toyota RAIZE GR SPORT TSS 1.0
14.811 km
2 tahun
Banten
2021 Daihatsu ROCKY X 1.2
13.726 km
1,5 tahun
Banten