Cara kerja transmisi CVT mobil berbeda dengan transmisi matic konvensional. Mobil matic zaman sekarang mulai dari City Car, MPV hingga SUV banyak yang menggunakan transmisi CVT karena dianggap memiliki banyak kelebihan.
Sebagai contoh mobil matic jenis city car yang memakai transmisi CVT yakni Honda Brio, Toyota Agya dan Daihatsu Ayla gen 2, Honda Jazz gen 3, serta Honda City hatchback. Untuk model MPV sendiri ada Mitsubishi Xpander, Hyundai Stargazer, Toyota Avanza-Daihatsu Xenia gen 3, Toyota Innova Zenix, Toyota Voxy dll.
Selanjutnya untuk model SUV ada Toyota Raize-Daihatsu Rocky, Honda WRV, Chery Tiggo 5X, Chery Omoda 5, Mitsubishi Xpander Cross, Honda BR-V, dan masih banyak lainnya.
Mengutip beberapa sumber, teknologi yang dipakai untuk transmisi CVT sudah ada sejak lama. Konsepnya sendiri sudah ada sejak 1879. Saat itu orang yang berkecimpung di industri otomotif Amerika Serikat, Milton Reeves menemukan konsep dan cara kerja transmisi CVT yang disebut sebagai variable-speed transmission.
Sebelum diimplementasikan pada mobil, awalnya konsep cara kerja transmisi CVT diterapkan di mesin gergaji kayu. Seiring berkembangnya zaman, teknologi transmisi CVT diterapkan pada mobil. CVT mobil direalisasikan pertama kali pada tahun 1958. Saat itu Pria asal Belanda, Hubert Jozef Van Doorne mengembangkan cara kerja transmisi CVT pada mobil dengan menggunakan sabuk V-belt yang terbuat dari karet.
Transmisi ini kemudian disematkan pada DAF 600 yang saat itu untuk sabuk V-belt dengan bahan dari karet bertugas untuk menggerakan kedua pully. Sebagai informasi, DAF 600 merupakan mobil dengan transmisi CVT yang dibuat pada 1958.
Mobil keluarga berukuran mungil dengan kapasitas 600 cc ini diproduksi oleh Van Doorne Automobiel Fabriek (DAF), dengan transmisi CVT-nya yang dinamai Variomatic. Diperkenalkan pertama kali pada ajang Amsterdam Motor Show 1958, DAF 600 diproduksi secara massal satu tahun setelahnya.
Berikutnya pada 1987, Ford Fiesta gen 2 dan Fiat Uno gen 1 menjadi mobil pertama dengan transmisi CVT yang sudah menggunakan sabuk baja. Transmisi CVT yang ada pada mobil keluaran sekarang menggunakan sabuk baja dan dua puli untuk mengatur rasio perpindahannya.
Diameter setiap pulley dapat berubah secara fleksibel menyesuaikan akan kebutuhan menggantikan peran planetary gear, yang mana setiap pulley bisa berubah jadi lebih besar atau lebih kecil. Kedua pulley yang terhubung ke sabuk baja ini dapat membesar dan mengecil serta bergerak ke kiri atau ke kanan menuruti perintah sesuai putaran mesin dan laju mobil. Perubahan kedua pulley ini membuat diameter sabuk ikut berubah, dan diameter inilah yang menjadi rasio gigi pada transmisi CVT.
Sabuk baja yang menghubungkan drive pulley dan driven pulley yang didorong sistem pompa fluida. Ini membuat tenaga yang disalurkan lebih sempurna dengan menyesuaikan perubahan kecepatan dan torsi secara tepat.
Dengan begitu konsep cara kerja-nya berbeda jika dibandingkan dengan sistem transmisi otomatis konvensional, yang menggunakan gir untuk bisa mengatur rasio. Dengan pulley yang bekerja secara luas, maka untuk membuat perpindahan giginya transmisi CVT tidak muncul hentakan seperti transmisi matic konvensional.
Baca juga: 3 Momok Menakutkan yang Bisa Terjadi pada Transmisi Matic CVT, Waspadai Kilometer Gondrong
Memiliki kemampuan melakukan perubahan rasio gigi menyesuaikan dengan putaran mesin, transmisi CVT dipastikan bisa memberikan sensasi berkendara yang lebih halus saat perpindahan kecepatan. Hal ini membuat pengendara mobil bertransmisi CVT seperti tidak merasakan perpindahan gigi.
Pada transmisi CVT, rentang rasio roda gigi telah diperpanjang pada sisi rendah dan tinggi, hingga memungkinkan akselerasi yang bertenaga dan mulus, serta kinerja yang hemat bahan bakar dan senyap pada kecepatan tinggi karena membuat RPM (Revolutions Per Minute) berada diposisi rendah dan stabil.
Transmisi CVT bisa mentransfer tenaga dari mesin dengan lebih efektif, sehingga di putaran rendah pun bisa mendapatkan tenaga yang cukup baik.
Tidak seperti transmisi matic konvensional, CVT memiliki ukuran lebih ringkas dan ringan. Dengan begitu bobot kendaraan menjadi lebih ringan serta memberikan ruang mesin lebih lega. Selain itu power loss yang dimiliki transmisi CVT tergolong kecil.
Dengan karakter ini maka berdampak pada gas buangnya, karena mobil tidak diharuskan membuang tenaga secara berlebih untuk menambah laju kendaraan yang sekaligus membuat lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Penyebab Transmisi CVT Overheat dan Cara Mencegahnya Supaya Tidak Jebol
Membuat RPM lebih stabil yang bikin hemat bahan bakar serta memiliki ukuran ringkas dan ramah lingkungan, transmisi CVT mempunyai sejumlah kekurangan yang tak dapat dielakan. Kekurangan pertama transmisi CVT mobil yakni perawatan yang mahal. Seperti halnya pelumas atau oli transmisi, CVT menggunakan oli khusus tidak seperti matic konvensional pada umumnya.
Untuk harganya oli transmisi CVT dibandrol lebih mahal dua kali lipat. Tidak cuma itu, perbaikan transmisi CVT juga lebih kompleks dan mahal dibandingkan transmisi matic konvensional yang bisa diganti per bagiannya.
Penggantian sendiri meliputi dari belt hingga pulley yang tentu saja memakan biaya tidak sedikit karena bisa mencapai puluhan juta. Beda dengan transmisi matic konvensional, untuk penggantian serta perbaikannya umumnya dibandrol Rp7 juta sampai dengan Rp10 jutaan.
Karenanya transmisi CVT harus diganti secara keseluruhan jika ada kerusakan di satu bagiannya, pemilik juga diharuskan lebih memperhatikan kondisi sabuk baja. Karena masa pakai, kondisi sabuk baja dapat melemah yang membuat tenaga mobil berkurang. Apabila tidak langsung dilakukan pergantian, selain mengakibatkan mobil lebih boros bahan bakar, lama kelamaan sabuk baja dapat putus secara tiba-tiba ketika mobil sedang digunakan.
Mobil dengan transmisi CVT memiliki daya tahan yang lebih rendah dibandingkan transmisi otomatis konvensional, terutama pada kendaraan yang digunakan untuk keperluan berat atau sering berada dalam kondisi jalanan ekstrim.
Karenanya transmsi CVT umumnya tersedia pada mobil berpenumpang yang mengutamakan faktor kenyamanan berkendara. Untuk membawa beban berat, transmisi jenis ini tidak cocok karena selain mudah rusak, bisa menimbulkan dampak seperti sabuk pully putus akibat selip.
Ketika digunakan melewati jalan yang ekstrim dengan kontur terjal, berliku dengan performa tinggi, bisa dipastikan membuat umurnya menjadi lebih pendek.
Transmisi CVT mobil memiliki karakter tenaga yang linear. Untuk menambah kecepatannya tidak bisa langsung instan, dimana harus bertahap secara perlahan. Ini dianggap oleh beberapa pengguna mobil dengan transmisi CVT terasa lemot pada momen tertentu, meskipun beberapa mobil transmisi CVT sudah dibekali dengan paddle shift di balik lingkar kemudi.
Nissan Serena C26, Nissan X-Trail T31 dan Wuling Almaz menggunakan transmisi matic jenis CVT. Tak sedikit pemilik mobil ini mengalami masalah safe mode dalam kondisi tertentu. Safe mode sendiri merupakan kondisi dimana transmisi tidak bisa berpindah untuk menambah kecepatan.
Transmisi CVT akan bertahan pada gigi teratas, bahkan setelah melakukan kick down. Kondisi seperti ini juga dikenal sebagai limp mode. Safe mode atau limp mode dapat diaktifkan ketika ECU (unit kontrol elektronik) mendeteksi adanya masalah.
Penyebab safe mode bisa diakibatkan kadar oli atau cairan pendingin yang sangat rendah, suhu transmisi tinggi akibat mobil dipakai melaju kencang dan menanjak dengan jarak panjang, serta kesalahan transmisi seperti kotak roda gigi yang tidak dapat mengubah gigi dengan benar.
Apabila mengalami safe mode, sebaiknya segera menepikan mobil dan mematikan mesin untuk mendinginkannya kurang lebih 30 menit. Setelah suhunya normal, maka dapat kembali melanjutkan perjalanan.
Baca juga: Ketahui Cara Merawat Transmisi CVT Mobil yang Benar, Kalau Rusak Bikin Isi Dompet Jebol!
Transmisi CVT mobil sangat cocok untuk pengemudi yang mengutamakan efisiensi bahan bakar, kenyamanan, dan kemudahan pengoperasian. Untuk kalian yang sering melakukan perjalanan jauh atau mengemudi di kota dengan kondisi lalu lintas yang padat, CVT dapat menjadi pilihan terbaik.
Namun, apabila lebih mengutamakan performa tinggi atau sering mengendarai mobil dalam kondisi jalanan yang ekstrim seperti di medan off-road, atau pengendaraan berat, transmisi otomatis konvensional lebih bisa diandalkan.
Belum ada patokan berapa laman keawetan transmisi CVT mobil. Namun tak sedikit para teknisi mobil sering mengatakan bahwa umur transmisi CVT hanya mampu bertahan hingga 5 tahun.
Dikutip dari laman Daihatsu, pendeknya umur transmisi CVT ini sangat wajar karena semakin canggih teknologi sebuah transmisi, semakin kompak perangkatnya, dan semakin ringan serta halus ketika dikendarai, maka transmisi tersebut umumnya berusia semakin pendek.
Mobil matic zaman sekarang mulai dari City Car, MPV hingga SUV banyak yang menggunakan transmisi CVT karena dianggap memiliki banyak kelebihan. Sebagai contoh yakni Honda Brio, Toyota Agya dan Daihatsu Ayla gen 2, Honda Jazz gen 3, serta Honda City hatchback. Untuk model MPV sendiri ada Mitsubishi Xpander, Hyundai Stargazer, Toyota Avanza-Daihatsu Xenia gen 3, Toyota Innova Zenix, Toyota Voxy dll.