Efek Pakai Bio Solar di Mitsubishi Pajero Sport, Part Seharga Rp3 Jutaan Jadi Korban
Yongki Sanjaya · 19 Sep, 2024 08:02
0
0
Mitsubishi Pajero Sport pakai Bio Solar apakah masih layak atau sebaiknya dihindari? Pertanyaan itu mungkin paling sering dilontarkan sebagian besar pemilik SUV berlogo tiga berlian ini.
Saat ini SUV bermesin diesel seperti Mitsubishi Pajero Sport memang semakin disukai masyarakat. Kemampuan mesin diesel commonrail dengan turbo dengan performa yang lebih dari cukup untuk aktivitas harian membuatnya banjir peminat.
Namun agak disayangkan para pengguna SUV diesel modern masih sering mengisi BBM menggunakan bahan bakar bersulfur tinggi seperti Bio Solar dari Pertamina. Alasannya pun beragam, ada yang memang ingin menghemat biaya pengeluaran isi bahan bakar, sampai yang memang tidak bisa menemukan BBM diesel berkualitas di sekitarnya.
Sebagaimana kita ketahui, kualitas BBM bersubsidi seperti Bio Solar ini kurang bagus untuk sistem commonrail di mesin diesel modern. Meskipun banyak yang sadar hal tersebut, tapi banyak pengguna SUV diesel bergeming.
Solar bersubsidi harganya cukup murah, membuat biaya perjalanan jadi cukup ekonomis. Kondisi inilah yang kerap menciptakan stigma kalau mobil diesel jauh lebih hemat dalam hal pengeluaran biaya pembelian bahan bakar ketimbang mobil bermesin gasoline.
Padahal jika mobil diesel seperti Mitsubishi Pajero Sport pakai Bio Solar terus menerus, pengguna mobil diesel harus memperhatikan kandungan sulfur dalam solar yang dipakai. Bila kerap dipaksa diisi bahan bakar solar berkualitas rendah, ada beberapa bahaya yang bisa mengintai dan merusak beberapa komponen mesin.
Mitsubishi Pajero Sport Pakai Bio Solar Masih Boleh, Asal...
Seperti yang sudah kami singgung di awal tulisan ini, para pengguna SUV ladder frame bermesin diesel seperti Mitsubishi Pajero Sport pakai Bio Solar ada dua kemungkinan. Pertama memang ia ingin "berhemat" untuk pengeluaran isi BBM. Atau memang di lingkungan sekitarnya tidak bisa ditemui BBM diesel berkualitas.
Saat ini di Indonesia beredar beberapa jenis bahan bakar diesel. Dari Pertamina sendiri ada tiga produk, yaitu Solar (Bio Solar), Dexlite, dan Pertamina Dex. Dari ketiganya, cuma Bio Solar yang merupakan BBM yang disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya cenderung bertahan tidak mengikuti fluktuasi harga minyak dunia.
Namun menjadi BBM dengan harga paling murah, maka konsumen juga wajib menanggung risikonya. Bio Solar memiliki angka Cetane Number (CN) paling rendah yakni 48. Sepentara kandungan sulfurnya justru jadi yang tertinggi yakni 2.500 part per million (ppm).
Kemudian untuk Declite memiliki angka CN 51, serta kandungan sulfur 1.200 ppm. Terakhir yang paling tinggi ada Pertamina Dex dengan CN 53 dan kandungan sulfur hanya 300 ppm.
Dilansir dari laman resmi Pertamina, kandungan sulfur yang lebih kecil akan membuat mesin dan gas buang kendaraan diesel jadi lebih bersih. Sebaliknya, jika kandungan sulfur terlalu tinggi, nantinya dapat mengakibatkan pembakaran tidak sempurna dan justru akan berdampak buruk pada kondisi mesin kendaraan.
Selain perusahaan plat merah, ada juga penyedia BBM diesel dari pihak swasta. Diantaranya Shell yang memiliki produk V-Power Diesel. Bahan bakar ini memiliki angka CN lebih baik dari Pertamina Dex, yaitu CN 51, serta kandungan sulfurnya sangat rendah yaitu 10 ppm.
Kemudian ada juga BP-AKR yang menyediakan BBM diesel bernama Diesel Ultimate. Jenis BBM ini memiliki nilai CN 48 serta kandungan sulfur yang serupa Shell V-Power Diesel yaitu 10 ppm. Sementara untuk Vivo, sampai saat ini belum mengeluarkan bahan bakar diesel.
Untuk mesin diesel commonrail sejatinya membutuhkan bahan bakar dengan angka CN tinggi serta kandungan sulfur yang rendah. Pertimbangannya, jika partikel bahan bakar kontak dengan udara, solar akan sulit terbakar di ruang bakar.
Kondisi ini akan mengakibatkan penundaan atau jeda pada proses pembakaran yang cukup lama. Sehingga bisa menyebabkan gejala detonasi (ngelitik) pada mesin diesel.
Semakin tinggi angka CN pada bahan bakar diesel itu, maka semakin baik, karena dapat mempersingkat durasi jeda pembakaran di ruang bakar. Efeknya gejala ngelitik bisa ditekan, sehingga tenaga mesin tidak berkurang.
Selain itu perlu memperhatikan kandungan sulfur (sulphur content) dalam solar. Sebab mesin diesel masa kini memang membutuhkan bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah. Sebab material belerang ini bisa memicu karat, yang memungkinkan terjadinya penyumbatan di saluran-saluran kecil pada sistem common-rail.
Sebenarnya pengguna SUV diesel masih bisa menggunakan bio solar, asalkan rutin melakukan penggantian filter solar setiap 10 ribu kilometer. Tak cukup sampai di situ, gunakan filter solar yang genuine karena kemampuannya dalam menyaring kotoran dalam bahan bakar jauh lebih baik ketimbang filter solar yang biasa alias KW.
Dampak Mitsubishi Pajero Sport Pakai Bio Solar Terus Menerus
Perlu kamu ketahui kalau SUV modern seperti Toyota Fortuner (Spesifikasi | Berita) atau Mitsubishi Pajero Sport sudah menggunakan sistem commonrail. Masalah pertama yang masih ringan dan bakal sering terjadi yakni filter solar akan lebih cepat kotor. Untuk kasus yang cukup parah di Pajero Sport bisa merusak komponen Switch Control Valve (SCV).
Kerusakan ini ditandai dengan check engine menyala dan mesin terdengar kasar. Kemudian saat di scan terbaca mengalami trouble pada supply pump. Tugas SCV untuk mengatur jumlah bahan bakar yang mengalir ke supply pump, dan dikontrol secara elektronik. Walau kecil ukurannya tapi harganya lumayan mahal, di marketplace mencapai Rp3.450.000 dan untuk versi 'lokal' harganya Rp900.000.
Dikutip dari tayangan Youtube Dokter Otomotif, kalau SCV rusak maka cirinya yaitu check engine bisa nyala terus, dan ciri lainnya di mesin kadang sulit untuk starter. Ketika mesin sudah hidup, putaran mesin tertahan antara 1.500-2.000 rpm. Ketimbang komponen kecil yang mahal ini rusak, kita bisa melakukan pencegahan walau masih nekat memakai bio solar.
Kalau kalian mau pakai solar biasa, diharuskan pada filter solarnya memakai part yang original, dengan penggantian rutin tiap 10 ribu kilometer. Kalau pakai filter solar yang biasa, membuat SCV cepat rusak akibat kotoran yang tak tersaring masuk ke komponen ini.
Bahaya Solar Berkualitas Rendah di Mesin Diesel Commonrail
Solar berkualitas rendah memiliki kadar air dan sulfur yang cukup tinggi. Hal ini dapat membuat injector pada commonrail menjadi tersumbat. Efeknya cukup bahaya kalau didiamkan, karena pembakaran tidak sempurna dan nantinya akan muncul gejala brebet atau mesin menjadi ngelitik.
Kalau sudah begini, tinggal menunggu waktu masuk bengkel. Pasalnya mobil diesel modern yang sudah menggunakan commonrail cenderung lebih sensitif, injector pada mesin rawan mampet akibat sulfur dan kandungan air.
Mesin diesel commonrail memerlukan pressure bahan bakar yang sangat tinggi untuk pengabutan yang sempurna. Supaya tekanan tetap optimal memerlukan bahan bakar kualitas baik sehingga kinerja mesin diesel tetap maksimal. Kandungan air dan sulfur itu rentan membuat kotor dan tekanan semprotan berkurang.
Kesimpulan
Mitsubishi Pajero Sport pakai Bio Solar secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai masalah serius pada sistem mesin kendaraan. Salah satu efek buruk yang sering terjadi adalah kerusakan pada Switch Control Valve.
Komponen ini memiliki fungsi vital dalam mengatur aliran bahan bakar, dan jika mengalami kerusakan, maka distribusi bahan bakar akan terganggu, yang bisa mengakibatkan performa mesin menurun drastis.
Selain itu, Supply Pump juga rentan mengalami kerusakan. Bio Solar, yang memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan bahan bakar diesel standar, mengandung lebih banyak air dan partikel yang dapat merusak komponen ini.
Supply Pump yang rusak tidak hanya menyebabkan kinerja mesin terganggu, tetapi juga bisa mengakibatkan mogoknya kendaraan di tengah jalan, yang tentu sangat merugikan pengendara.
Efek buruk lain dari penggunaan Bio Solar adalah tersumbatnya injector. Injector adalah komponen penting yang bertugas menyemprotkan bahan bakar ke dalam ruang bakar.
Partikel-partikel dalam Bio Solar dapat menyumbat injector, sehingga pembakaran menjadi tidak sempurna dan mesin tidak bekerja secara optimal. Hal ini juga dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang lebih tinggi.
Kerusakan-kerusakan ini tidak hanya berdampak pada performa kendaraan, tetapi juga menimbulkan biaya perbaikan yang tinggi. Harga komponen seperti Switch Control Valve, Supply Pump, dan Injector bisa mencapai jutaan rupiah.
Oleh karena itu, penggunaan Bio Solar pada Pajero Sport tidak disarankan karena bisa menimbulkan kerusakan yang mahal dan menurunkan usia pakai kendaraan.
Berpengalaman di beberapa media online. Bermula menjadi reporter otomotif di situs yang lain hingga kini menjadi Editor di Autofun Indonesia. Penghobi mobil lawas dan anak 90-an banget.
FB:Yongki Sanjaya Putra