Ikuti Jejak Solar B30, ITB Kembangkan Bensa (Bensin Sawit) Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Enda · 22 Jan, 2022 11:30
0
0
Tak hanya Solar, BBM jenis bensin nantinya juga menggunakan bahan dasar dari minyak nabati yang disebut Bensa (Bensin sawit) .
Seperti yang dikutip dari situs resmi Institut Teknologi Bandung (ITB), itb.ac.id, Pusat Rekayasa Katalisis, ITB, bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), telah berhasil mengembangkan teknologi katalis dan membangun unit percontohan produksi bensin biohidrokarbon dengan bahan baku dasar minyak kelapa sawit.
Sebelumnya, uji coba produksi bensin dengan campuran minyak nabati ini telah dilaksanakan pada 11 Januari 2022, di Workshop PT Pura Engineering, Kudus, Jawa Tengah. Saat demonstrasi dilakukan, Bensa diuji coba terhadap kendaraan roda dua dan roda empat. Dan hasilnya, Bensa dapat bekerja dengan baik sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
Pembuatan Bensa sendiri dilakukan dengan cara mengkonversi minyak sawit industrial (industrial vegetable oil, IVO) menjadi bensin sawit melalui proses perengkahan yang dikembangkan oleh Pusat Rekayasa Katalisis ITB (PRK ITB), Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis ITB (LTRKK ITB), Program studi Teknik Bioenergi dan Kemurgi (TBE) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Subagjo.
Proses konversi IVO menjadi bensin sawit dilaksanakan dalam reaktor menggunakan katalis berbasis zeolit yang juga dikembangkan oleh PRK ITB dan LTRKK ITB. Sebagai informasi, Indonesia merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia yang saat ini memproduksi 49 juta ton CPO per tahun, dan pada saat yang sama Indonesia adalah negara perngimpor bahan bakar bensin terbesar kedua di dunia.
Dengan begitu, Indonesia memiliki potensi yang baik untuk terus mengembangkan teknologi produksi bensin sawit yang berkualitas dan tentunya baik bagi kendaraan.
Melihat potensi tersebut, ITB bekerja sama dengan PT Energy Management Indonesia sedang melakukan perancangan konseptual pabrik bensin sawit berkapasitas 50.000 ton/tahun. Unit produksi ini dapat dikembangkan sebagai unit produksi yang dapat dibangun secara mandiri di sentra-sentra sawit yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
“Berdasarkan instruksi dari Presiden Joko Widodo, kita harus mengolah CPO terlebih dahulu sebelum diekspor karena produksi kita banyak. Untuk itu kami mencoba mengolah CPO menjadi IVO,” ujar Dr. Ir. Melia Laniwati Gunawan, M.S. dari KK Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis - FTI , anggota tim Katalis Merah Putih kepada Humas ITB beberapa waktu lalu.
Dr Melia menambahkan, unit demo dengan skala 6-7 ton per jam telah dibangun dan saat ini ditempatkan di Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), Sumatera Selatan.
IVO dipakai sebagai bahan baku untuk membuat Bensa di unit percontohan produksi bensin sawit. Konversi IVO menjadi bensin maka membutuhkan katalisator, sehingga perlu reaktor yang memproduksi katalis.
“Dengan dana dari BPDPKS kita juga membuat set unit reaktor untuk memproduksi katalisnya. Pabrik Katalis dengan skala 40-50 kg per batch ditempatkan di Kampus ITB Ganesa,” ucapnya.
Kalahkan Pertamax Turbo, Bensin Sawit Murni Punya RON 105-112!
Punya oktan sangat tinggi, bensa memiliki nilai Research Octane Number (RON) 105-112. Itu artinya, oktan yang dimiliki lebih tinggi dari Pertamax Turbo dengan RON 98.
“Menghasilkan oktan tinggi, maka produknya nanti bisa dicampur dengan nafta yang dihasilkan dari minyak fosil. Nafta punya bilangan oktan 70-80. Sehingga apabila dicampur dengan perbandingan tertentu kita bisa dapat Bensa dengan RON 93, itu yang kita demokan di Workshop,” tambah Dr. Melia.
Atas keberhasilan demo dan uji coba Bensa tersebut, ke depannya akan dilakukan optimasi kapasitas produksi dan reaktornya, kemudian pihaknya akan membuat detail engineering design (DED). Setelah itu, maka sudah bisa membuat unit produksi dengan skala besar dengan katalis yang diproduksi ITB.
“Kita berharap unit produksi ini bisa ditempatkan di perkebunan kelapa sawit para petani, sehingga kebutuhan bahan bakar mereka bisa menggunakan Bensa. Dengan cara seperti ini, maka akan meringankan pemerintah (Pertamina) untuk memasok bahan bakar sampai ke pelosok. Dilain sisi juga mengurangi pemerintah yang selama ini impor minyak mentah dan juga mengimpor bahan bakar yang sudah jadi,” tutupnya.
Seorang pengagum otomotif sejak kecil, yang suka mengoprek kendaraan di akhir pekan, membuat penulis semakin cinta pada dunia otomotif. Yang pada akhirnya hoby tersebut membawanya ke dalam dunia pekerjaanya sebagai penulis hingga saat ini.